UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik didorong untuk berpartisipasi dalam pilkada

Januari 16, 2017

Umat Katolik didorong untuk berpartisipasi dalam pilkada

Basuki Tjahaja Purnama di pengadilan negeri Jakarta Pusat.

 

Seorang intelektual muda Muslim mendesak umat Katolik untuk melepaskan segala prasangka apapun dan memberikan hak suara dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) bulan depan, tanpa memandang latar belakang agama atau etnis mereka.

Jutaan rakyat Indonesia akan memilih para kepala daerah pada 15 Februari di 101 daerah di seluruh tanah air dari tingkat provinsi, kabupaten, dan kota, termasuk DKI Jakarta.

Tiga kandidat yang bersaing menjadi gubernur DKI Jakarta, termasuk petahana Basuki Tjahaja Purnama, atau “Ahok.” Para calon lainnya adalah Agus Harimurti Yudhoyono, putra mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Anies Baswedan, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan dalam Kabinet Kerja.

“Kita harus memilih pemimpin yang berani yang bisa membuat perubahan di ibukota ini,” kata Mohammad Qodari, direktur eksekutif Indo Barometer, sebuah lembaga survei dan penelitian independen, kepada ratusan umat Katolik dari sejumlah paroki di keuskupan agung Jakarta, yang menghadiri seminar di aula Paroki Hati Kudus, Kramat, Jakarta Pusat, pada 15 Januari.

Ahok dicalonkan untuk masa jabatan kedua meski menghadapi tuduhan penghujatan atas komentar yang dibuat selama pidato pada September yang banyak umat Muslim menuduh dia melakukan penghinaan terhadap Alquran.

Dukungan kepada Ahok telah merosot dari 65 persen menjadi 35 persen menyusul tuduhan penodaan tersebut.

Pada pertemuan itu Qodari memuji Ahok, dengan mengatakan gubernur itu telah mengubah Jakarta dari sebuah kota metropolitan. Sebelumnya, menurutnya,  Jakarta hanya sebuah kampung besar karena banyak tempat kumuh, banjir, dan sungai-sungainya kotor.

“Anda jangan memilih golput,” kata Qodari pada pertemuan itu, seraya menambahkan bahwa “Anda tidak hanya menjadi umat Katolik, tetapi juga menjadi warga bangsa baik.”

Pastor Guido Suprapto, sekretaris eksekutif Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Kerawam KWI), mengatakan para uskup Indonesia telah mengeluarkan Surat Gembala terkait Pilkada pada November tahun lalu, mendorong umat Katolik untuk berpartisipasi dalam pemilu dan bahkan meminta umat untuk ikut mengawal seluruh proses Pilkada mulai dari kampanye hingga debat terbuka di televisi.

“Partisipasi dalam Pilkada adalah panggilan dan perutusan kita sebagai orang beriman guna mewujudkan kebaikan bersama,” katanya.

Umat Katolik dapat membuat perubahan dengan memilih para calon pemimpin daerah dan memastikan orang yang bijak, menghayati nilai-nilai agamanya dengan baik dan benar, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti-kekerasan serta peduli pada pelestarian lingkungan hidup, katanya.

Imam itu juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memilih calon pemimpin daerah yang jelas-jelas berwawasan sempit, cenderung mementingkan kelompok, terindikasi bermental koruptif dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan.

“Marilah kita mengiringi proses pelaksanaan Pilkada dengan doa. Kita memohon berkat Tuhan agar Pilkada berlangsung dengan damai dan menghasilkan pemimpin daerah yang berintegritas serta mau berjuang keras memperhatikan rakyat demi terwujudnya kesejahteraan umum,” tambahnya.

Yunarto Wijaya, seorang pengamat politik, mengatakan Gereja perlu mendorong umat untuk tidak memilih calon yang primordial dan menyebarkan isu SARA.

Menurut awam Katolik itu, “Pilkada kali ini jauh lebih keras ketimbang sebelumnya. Siapa yang menang akan menentukan kebangsaan kita.”

Konradus Epa, Jakarta

Baca juga: ucanews.com

 

 

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi