UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Birokrat Hong Kong jawab ‘panggilan Tuhan’ untuk jabatan tertinggi

Januari 17, 2017

Birokrat Hong Kong jawab ‘panggilan Tuhan’ untuk jabatan tertinggi

Carrie Lam berbicara pada konferensi pers untuk mengumumkan pengunduran dirinya dari Dewan Legislatif dalam rangka pencalonannya sebagai Kepala Eksekutif Hong Kong, 12 Januari.

 

Hong Kong telah membuat langkah penting untuk mendapatkan pemimpin Katolik kedua dalam lima tahun setelah birokrat nomor dua Carrie Lam mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri bersama kepala keuangan John Tsang.

Pasangan ini adalah pesaing terdepan untuk menggantikan CY Leung dalam pemilihan yang diselenggarakan oleh 1.200 elit Hong Kong – termasuk perwakilan Katolik, tetapi hanya kandidat disetujui oleh Tiongkok – meskipun Tsang belum secara resmi mengumumkan pencalonannya yang akan dimulai enam pekan sebelum pemilihan 26 Maret.

Sementara Tsang belum secara resmi mengkonfirmasi pencalonannya, Lam dilaporkan mengatakan dalam sebuah seminar yang diadakan pemerintah pada 12 Januari bahwa satu-satunya alasan untuk keputusannya adalah apa yang ia katakan sebagai “panggilan Tuhan.”

Lam adalah seorang Katolik taat dan juga berbicara tentang delapan poin visinya untuk Hong Kong, termasuk kebutuhan untuk mendukung orang yang kurang beruntung dan mempromosikan pembangunan setara dan masyarakat inklusif.

Tapi, kemarahan muncul melalui media sosial setelah pengunduran dirinya sebagai sekretaris kepala membuat publik, terutama dalam menanggapi pendekatan Lam terkait pendapat publik dan berbagai petunjuk bahwa ia berencana melanjutkan garis keras CY Leung, kepala eksekutif tidak populer yang secara dramatis memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi bulan lalu. Lam telah dijuluki sebagai seorang “CY wanita.”

Lina Chan, sekretaris eksekutif Komisi Keadilan dan Perdamaian, mengatakan kepada ucanews.com bahwa Lam membanggakan dirinya menjadi “pejuang yang baik” menentang suara pembangkang terkait kebijakan pemerintah, “dan keras kepala. Dia dapat menetapkan prasyarat untuk konsultasi publik dan mengabaikan suara-suara di tingkat akar rumput ketika merumuskan kebijakan.”

Chan menambahkan bahwa Lam mengusulkan untuk mengurangi subsidi bagi orang miskin ketika dia menjadi kepala departemen kesejahteraan sosial.

“Media juga telah mengungkapkan bahwa kebijakan pensiun ketika ditangani oleh Lam tidak akan memperkenalkan skema pensiun yang mencakup semua warga negara dalam Kebijakan Anggaran 2017,” kata Chan.

Komentar Lam melihat keputusannya untuk mencalonkan diri sebagai “panggilan Allah” juga mengundang kecaman keras dari umat Katolik, sejumlah orang bertanya, apakah “Tuhan-nya” adalah Beijing – dan dia menggunakan nama Tuhan demi keuntungan pribadi.

Dominasi umat Katolik di kota itu di mana Gereja Katolik berada di bawah Vatikan kaya dengan ironi. Hong Kong sekarang secara resmi dikendalikan oleh Tiongkok di mana “Gereja” Katolik dikelola oleh pejabat Partai, ketimbang Takhta Suci.

Calon kepala eksekutif lain

Terlepas dari Lam, tampaknya ada tiga calon kepala eksekutif, termasuk Sekretaris Keuangan John Tsang. Calon lainnya adalah pensiunan hakim Woo Kuo-hing dan Regina Yip Lau Suk-yi, anggota parlemen dan ketua Partai Rakyat Baru.

Tsang, seorang Katolik yang jarang ke gereja, diduga masih menunggu persetujuan Beijing untuk pengunduran dirinya yang diajukan pada 12 Desember. Berbagai media melaporkan bahwa Beijing diperkirakan akan menyetujui pengunduran diri Lam dan Tsang pada 19 Januari.

Tsang, yang sangat populer lebih ketimbang Leung, merupakan kandidat utama dalam pemilihan itu.

Dalam program berita online 13 Januari, Tsang ditanya apakah Tuhan mendukung dia untuk mencalonkan diri dalam pemilu.

“Saya tidak meminta. Tapi cerita Kitab Suci mengatakan orang-orang pilihan Allah biasanya harus berjalan di jalan buruk,” jawabnya, seraya menambahkan “Saya telah berjalan di jalan buruk selama puluhan tahun dan akan terus melakukannya.”

Malu membawa identitas Katolik

Hong Kong memiliki proporsi yang lebih tinggi dari orang-orang Kristen memegang posisi di pemerintah senior karena sejarah kolonialnya dan pengaruh besar Gereja Katolik dan Gereja Protestan melalui sekolah dan universitas berkualitas.

Namun, skandal pejabat pemerintah Kristen terus meningkat dan anggota parlemen Kristen semakin membela kepentingan rezim otoriter di Beijing. Hong Kong akan merayakan ulang tahun ke-20 dari Inggris pada pertengahan tahun ini.

Seorang pejabat senior Gereja mengatakan kepada ucanews.com bahwa politisi Katolik selalu lupa Gereja dan agamanya. Bahkan, mereka harus lebih aktif dalam kehidupan beragama mereka sebagai pemimpin agar sikap mereka berdasarkan iman mereka.

Pendahulunya Leung Donald Tsang Yam-kuen, seorang Katolik yang sungguh-sungguh menyatakan tidak bersalah, diadili karena diduga tuduhan menerima dana 3,35 juta dolar HK (432.000 dolar AS).

Raffael Hui, seorang Katolik dan mantan sekretaris, dijatuhi hukuman tahun 2014 selama tujuh setengah tahun penjara atas tuduhan penyuapan.

Lam juga menciptakan badai politik ketika ia kembali dari Beijing pada akhir Desember lalu dan tiba-tiba mengumumkan pembangunan pos Museum Istana di Hong Kong tanpa konsultasi publik atau debat di Legislatif.

Perancang dia dipilih untuk proyek tersebut juga dikabarkan terhubung dengan berbagai skandal yang belum terselesaikan terkait dengan CY Leung.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi