- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Pengacara Muslim terkemuka dibunuh di Myanmar

 

Kekhawatiran tentang konflik agama meningkat di Myanmar setelah seorang pengacara Muslim terkemuka dan penasihat hukum Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dibunuh di Yangon pada 29 Januari.

Pengacara, U Ko Ni, ditembak di kepalanya dari jarak dekat di luar Bandara Yangon setelah kembali dari Indonesia di mana ia menghadiri program kepemimpinan, lapor Global New Light of Myanmar.

Laporan itu menambahkan bahwa pria bersenjata, Kyi Lin, dari kota Mandalay, Myanmar tengah, ditangkap dan sedang diselidiki. Dia juga menembak mati U Nay Win, sopir taksi berusia 42 tahun.

Wunna Shwe, sekjen bersama Dewan Urusan Agama Islam, yakin pembunuhan tersebut bukan masalah agama, tapi masalah politik.

“Ini adalah berita yang sangat mengejutkan tidak hanya bagi komunitas Muslim, tapi juga orang di seluruh negeri itu. Danpehanya itu telah menyerukan keamanan dan penegakan hukum,” kata Wunna Shwe kepada ucanews.com.

Ia menambahkan bahwa pembunuhan itu adalah “ancaman bagi negara itu” dan mencoba menggangu transisi politik dari diktator militer ke demokrasi.

Pengacara berusia 64 tahun itu adalah seorang ahli hukum konstitusi dan telah berbicara menentang militer menyusun Konstitusi 2008 yang memungkinkan pihak militer untuk mempertahankan pengaruh signifikan meskipun menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada April 2016. Sebagai pengacara, U Ko Ni menangani lebih dari 900 kasus pidana dan 1.400 kasus sipil.

Kyaw Nyein, sekretaris Organisasi Ulama Islam Yangon, mengatakan ia terkejut dan sedih. “Kita perlu mengambil tindakan pencegahan termasuk kebencian masih bermasalah,” kata Kyaw Nyein.

Dia menuntut agar pemerintah mengambil tindakan terhadap mereka yang menyebarkan kebencian di media sosial dan di kalangan masyarakat.

Tin Myint, warga Muslim dari Yangon dan teman dekat U Ko Ni, mengatakan bahwa ia khawatir bahwa pembunuhan itu bisa menimbulkan konflik.

“Kami mendesak komunitas Muslim kami untuk bersabar dan tidak bereaksi secara emosional,” katanya.

International Crisis Group, yang berbasis di Brussels, Belgia, merilis pernyataan mengecam pembunuhan pada 30 Januari itu.

“Dalam konteks sentimen anti-Muslim yang kuat, maraknya kebencian di media sosial, dan nasionalisme Buddha ditunjukkan oleh sejumlah biksu senior, kejahatan ini bisa memberi semangat orang lain dan melepaskan kekerasan lebih lanjut,” kata pernyataan itu.

Seluruh negara berpenduduk mayoritas Buddha itu, sentimen anti-Muslim telah memicu konflik, terutama di Negara Bagian Rakhine, di mana kekerasan tahun 2012 menewaskan lebih dari 200 orang dan memaksa puluhan ribu lain – kebanyakan Mulim Rohingya – melarikan diri. Sekitar 140.000 orang di negara bagian itu masih tinggal di kamp-kamp pengungsian sementara.

Baru-baru ini, pasukan keamanan Myanmar telah dituduh melakukan kekejaman di Negara Bagian Rakhine terhadap warga Rohingya, seperti pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran rumah. Operasi aparat keamanan di Rakhine saat ini sedang berlangsung.

Sumber: ucanews.com [1]