UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Para petani organik beruntung dengan pasar yang dikelola Gereja

Pebruari 20, 2017

Para petani organik beruntung dengan pasar yang dikelola Gereja

Sejak dibuka tahun lalu, Pasar Rebo yang dikelola oleh Gereja Katolik di Muntilan, Jawa Tengah, telah membantu para petani menjual sayur-sayuran dan buah-buahan organik.

 

Dua kali sepekan Petrus Legiman berangkat dari rumahnya pagi-pagi dengan sepeda motor penuh sayur-sayuran yang dikemas dalam keranjang bambu, dan menuju pasar lokal di mana ia menjual hasil pertaniannya tersebut.

Puluhan petani lain dari sejumlah desa juga menjual produk mereka, seperti sayur, beras, buah, dan banyak pangan buatan sendiri – semuanya dari organik, di Pasar Rebo.

Pasar itu mulai Juni 2016 dan dikelola oleh Pusat Pastoral Sanjana di Muntilan, Keuskupan Agung Semarang.

Pasar ini berada di area seluas 1.000 meter persegi. Selama hari-hari awal pasar itu dibuka hanya pada hari Rabu, tapi karena permintaan meningkat, kini pasar tersebut dibuka juga pada akhir pekan.

“Saya menjual sayur-mayuran setiap Rabu dan Sabtu di sini,” kata Legiman, berusia 51 tahun.

Siti Maemunah, seorang ibu rumah tangga dekat Kalipepe, mengatakan dia pergi ke pasar itu selama dua bulan terakhir setelah ia mendengar orang berbicara tentang pasar tersebut dan produknya berkualitas.

“Saya suka sayur-sayuran organik di sini karena saya percaya produk organik adalah baik untuk kesehatan,” kata dia.

Agatha Widiarsih, seorang umat dari Paroki St. Antonius Muntilan, juga membeli produk organik di pasar karena kualitasnya bagus dan segar.

“Harga di sini lebih murah ketimbang di supermarket,” kata Widiarsih, seorang ibu hamil, seraya menambahkan bahwa ia akan terus membeli sayur-sayuran organik dan buah-buahan untuk kesehatan keluarganya.

Melestarikan alam

Pastor Alexius Dwi Aryanto, ketua Komisi Pengembangan Sosial dan Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Semarang, mengatakan pasar itu merupakan bagian dari upaya keuskupan agung itu untuk membantu para petani lokal dan melestarikan lingkungan.

“Dengan mendorong pertanian organik kita bisa melestarikan lingkungan,” katanya.

Tahun lalu, Paus Fransiskus melalui ensikliknya Laudato si’, menyerukan umat manusia untuk peduli terhadap lingkungan, yang telah mengilhami umat Katolik di seluruh dunia, termasuk umat Katolik Keuskupan Agung Semarang.

Pasar ini sejalan dengan pedoman pastoral keuskupan agung itu yang menekankan Gereja inklusif, inovatif dan transformatif, dengan tujuan membangun masyarakat yang lebih sejahtera dan bermartabat, kata Pastor Aryanto.

Demikian pula, Pastor Lambertus Issri Purnomo, otak di balik pasar itu, mengatakan ide tersebut untuk meningkatkan produktivitas para petani organik yang tertinggal dalam proses pembangunan negara.

Gereja melatih dan melengkapi mereka dengan keterampilan yang diperlukan, termasuk bagaimana memasarkan produk mereka untuk menarik pembeli untuk mendapat lebih banyak keuntungan.

Petani adalah raja

Hal yang baik dari petani organik adalah memiliki tempat yang ditunjuk untuk menjual produk mereka dan mereka bisa mengendalikan harga, tidak seperti sebelumnya ketika para tengkulak yang menentukan harga.

“Para tengkulak biasanya mengambil keuntungan dari para petani, terutama petani miskin,” kata Pastor Purnomo.

“Kini saya mendapat keuntungan karena saya bisa menentukan harga sayur saya. Sebelum pasar ini ada, para tengkulak membeli semua produk di bawah harga normal,” kata Legiman.

Menurut Asosiasi Petani Organik Indonesia, tahun 2010 para petani organik di dalam dan sekitar Muntilan mengolah lahan pertanian lebih dari 239.000 hektar. Namun, tidak ada pasar khusus di mana mereka bisa menjual produk mereka.

“Saya berharap ini akan tumbuh dan menjadi pusat produk organik di Jawa Tengah,” kata Pastor Purnomo.

Koordinator pasar itu Sigit Triyono mengatakan pasar ini dikelola Gereja tidak hanya efektif dalam membantu para petani menjual produk mereka, tapi juga memungkinkan mereka untuk saling pertukar ide dengan pelanggan. Lalu para petani mendengarkan kebutuhan apa yang diinginkan para pelanggan mereka.

Triyono mengatakan pengelola pasar dan petani harus kreatif untuk memenuhi kebutuhan pasar, seperti kemasan yang baik.

“Kemasan yang baik akan meningkatkan harga,” katanya.

Agustinus Budiarto, sekretaris Dekenat Kedu, Keuskupan Agung Semarang, mengatakan PSE keuskupan agung itu mempromosikan produk organik kepada para petani melalui pertemuan, kunjungan, dan mambagi brosur kepada masyarakat.

“Impian kami adalah para petani tidak hanya menjual produk, tetapi juga sarana pendukung pertanian,” seperti bibit, pupuk, pestisida organik, kata Burdiarto, seraya menambahkan bahwa mereka juga ingin mendorong lebih banyak orang agar tertarik dengan pertanian organik.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi