UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Provinsi SVD Cina mendapat imam baru dari Togo

Pebruari 24, 2017

Provinsi SVD Cina mendapat imam baru dari Togo

Mgr John Hung Shan-chuan, Uskup Agung Taipei menahbiskan Diakon Joseph Youta Djiba sebagai imam di Kaohsiung pada 18 Februari.

 

Terinspirasi oleh seorang misionaris abad ke-19 ke Cina, Pastor Joseph Youta Djiba dari Togo ditahbiskan menjadi imam di Taiwan pada 18 Februari untuk Provinsi Serikat Sabda Allah (SVD) Cina.

Mgr John Hung Shan-Chuan, Uskup Agung Taipei, dari tarekat yang sama, memimpin upacara pentahbisan di Gereja Santa Maria dari Fatima Kaohsiung, Taiwan bagian selatan.

Mgr Peter Liu, Uskup Kaohsiung dan Pastor Frank Budenholzer, provinsial SVD adalah konselebran.

Provinsi SVD Cina meliputi Taiwan, Macau, Hong Kong, dan Tiongkok.

Pastor Djiba, 34, lahir di Togo, sebuah negara di Afrika Barat di mana seperempat dari 7,5 juta penduduk beragama Katolik. Ia adalah diakon di Paroki Santa Maria dari Fatima di Kaoshiung sebelum ditahbiskan.

Togo dijajah oleh Jerman dan Prancis hingga kemerdekaan tahun 1960. Agama Katolik diperkenalkan ke kampung halamannya, Siou, oleh para misionaris Jerman seabad lalu.

Imam baru itu adalah putra bungsu dari delapan bersaudara. Kakak sulungnya Gregory Djiba adalah seorang imam di Keuskupan Atakpame, Togo.

Pastor Djiba mengatakan kepada orangtuanya bahwa ia ingin menjadi seorang imam ketika dia berusia 15 tahun, tapi ayahnya menolak karena sudah ada satu imam dalam keluarga.

Dalam tradisi Togo, putra bungsu mewarisi kekayaan keluarga dan berkewajiban mengurus orangtua selama sisa hidup mereka.

Pemuda itu akhirnya melanjutkan studinya. Setelah lulus, Djiba bekerja sebagai sekretaris di perusahaan kapas terbesar di negara ini.

0224dPastor Joseph Youta Djiba SVD (tengah) dan kakak sulungnya Pastor Goergy Djiba (kiri) memegang jubahnya, dan ibunya (kanan), yang disaksikan  dua saudara perempuannya.

 

“Bos saya itu baik dengan saya dan saya dibayar dengan baik. Tapi, saya tidak senang,” kata imam baru itu kepada ucanews.com dalam bahasa Mandarin, yang dia belajar di Universitas Katolik Fu Jen, Taiwan.

“Ada banyak ketidakadilan sosial di Togo. Sejumlah orang sangat kaya dan sejumal orang sangat miskin,” katanya.

“Saya adalah seorang putra altar dari usia 10 hingga 22 tahun. Saya melayani banyak Misa pemakaman. Hal ini mendorong saya berpikir tentang arti kehidupan. Saya ingin menyelamatkan dunia dan melakukan perbuatan baik, yang paling penting dari semua adalah menyelamatkan jiwa,” lanjutnya.

Rektor universitas itu, seorang biarawati, memintanya berpikir jika pekerjaan sebagai sekretaris adalah sebuah keinginannya. Dia meminta nasihat pastor paroki dan akhirnya memutuskan bergabung dengan Keuskupan Atakpame.

Namun, Djiba meninggalkan keuskupan itu bergabung dengan SVD dalam waktu tiga bulan, setelah membaca biografi St. Josef Freinademetz, misionaris Tyrolean abad ke-19 ke Cina.

St. Freinademetz pertama kali tiba di Hong Kong tahun 1897 dengan perahu dan pindah sejumlah desa di timur laut Sai Kung. Kemudian ia pindah ke Provinsi Shandong, Tiongkok bagian timur.

Dengan nama Cina, Fu Rouse, misionaris itu dikenal sebagai “Ibu Misi Lunan” untuk merintis pekerjaan misionaris di Shandong. Dia meninggal di Tiongkok akibat wabah penyakit tahun 1908 dan dikanonisasi bersama pendiri tarekat SVD, St. Arnold Janssen tahun 2003.

Saat ini, ada 5.000 anggota SVD melayani di 70 negara di seluruh dunia.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi