UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Penangkapan teroris kelompok baru memunculkan kekhawatiran

Maret 16, 2017

Penangkapan teroris kelompok baru memunculkan kekhawatiran

Penangkapan terbaru dari sembilan anggota yang oleh pihak berwenang diyakini sebagai kelompok teroris baru memperingatkan kita untuk mengantisipasi ancaman yang dilancarkan oleh  ekstremisme, kata seorang aktivis agama.

Skuad anti-teror Densus 88 menangkap beberapa orang, yang diduga memiliki hubungan dengan Negara Islam (ISIS), di Provinsi Sulawesi Tengah.

Pihak berwenang mengatakan bahan pembuat bom disita selama penangkapan dan bahwa orang-orang itu menargetkan polisi dan instalasi militer.

“Hal ini menunjukkan bahwa orang harus tetap waspada dan bahwa kelompok teroris masih sangat aktif,” kata, Romo Antonius Benny Susetyo dari Setara Institute, sebuah kelompok hak asasi, kepada ucanews.com.

Terorisme tidak mudah untuk dilawan “ini persoalan menyangkut ideologi,” katanya.

Pemerintah harus memperbaiki kebijakan kontra-terorisme, ia menambahkan.

Kelompok kontra-terorismisme, Densus 88, yang memiliki sekitar 500 anggota, dibentuk setelah bom Bali tahun 2002 yang menewaskan 209 orang. Tahun lalu, Densus 88 telah menggagalkan setidaknya 15 serangan dan melakukan lebih dari 150 penangkapan, menurut laporan.

Munculnya kelompok teroris baru

Menurut Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi, tersangka teroris bukan bagian dari Mujahidin Indonesia Timur, sebuah kelompok lokal yang dikendalikan oleh teroris yang dikenl  sebagai Santoso.

Pihak berwenang membunuh Santoso pada Juli tahun lalu di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Namun diyakini bahwa pengikutnya masih bersembunyi di hutan pegunungan.

“Mereka adalah kelompok yang baru terbentuk,” kata Sufahriadi  kepada wartawan pada 12 Maret, tanpa mengungkapkan apa nama kelompok itu.

Pakar terorisme, Ridwan Habib, dari Universitas Indonesia, mengatakan kemungkinan munculnya kelompok teroris baru terkait dengan IS “ini adalah tanda,” dan bisa lebih dari itu.

“Orang-orang ini tidak takut polisi atau militer dan mereka masih merekrut anggota di daerah di mana banyak polisi dan militer dikerahkan,” kata Habib.

Mereka terus mencari untuk memperkuat dan menyebarkan ideologi mereka sehingga “mereka dapat mengambil alih pemerintahan. Mereka tidak mengakui Negara Indonesia.”

Khaerul Ghazali, seorang mantan teroris, mengatakan kelompok teroris baru itu mungkin sebuah cabang dari jaringan lama.

“Harus ada pemimpin dari jaringan lama yang terlibat,” katanya.

Terorisme belum mati, kata Ghazali, dan itu dibuktikan oleh lima insiden tahun lalu termasuk bom bunuh diri untuk menyerang seorang imam Katolik di Medan dan bom bensin di Kalimantan Timur di Gereja Protestan yang menewaskan seorang anak.

LINK: Indonesian terror group

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi