- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Uskup bersumpah melawan serangan terhadap keyakinan Kristiani

Seorang uskup terkemuka di Filipina mengatakan Gereja Katolik akan terus melawan penganiayaan terhadap keyakinan Kristiani, apapun rintangannya.

“Umat Kristiani terbiasa dengan penganiayaan,” kata Uskup Agung Socrates Villegas dari Lingayen-Dagupan, ketua Konferensi Waligereja Filipina.

Dia mengatakan bahwa meskipun orang Kristen tidak dianiaya di Filipina, tapi keyakinan Kristiani sudah mulai dianiaya.

“Prinsip-prinsip kekristenan sedang dipertanyakan dan diserang,” kata uskup yang sering bersuara lantang itu dalam pernyataan melawan pembunuhan terkait narkoba di negara itu.

Uskup Agung Villegas mengatakan penganiayaan terjadi ketika prinsip-prinsip Kristiani diserang.

Kelompok hak asasi manusia telah melaporkan bahwa hampir 8.000 yang diduga pengguna dan pengedar narkoba  telah dibunuh dalam sembilan bulan oleh pemerintah dalam rangka perang terhadap narkotika.

Para pemimpin Katolik dan Protestan di Filipina bergerak menentang gerakan pemerintah untuk menghidupkan kembali hukuman mati terhadap pelanggaran yang berhubungan dengan narkoba.

Uskup Agung Villegas mengatakan para pemimpin gereja harus menghadapi berbagai tantangan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, termasuk berdoa.

“Kita tahu bahwa [menentang isu-isu anti-kehidupan] adalah pekerjaan Tuhan,” kata prelatus itu. “Ini bukan hanya pekerjaan kami,” tambahnya.

Tanpa menyebut nama, pemimpin gereja itu mengatakan ia juga berdoa bagi “mereka yang membuat misi gereja lebih sulit.”

Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah berulang kali menyerang para pemimpin Gereja Katolik, mengatakan bahwa Katolik akan ketinggalan jaman dalam 30 tahun ke depan karena dugaan pelanggaran para imam dan uskup.

Uskup Agung Villegas, mengatakan bagaimanapun pada akhirnya bukan kita yang akan mengubah pikiran mereka, tetapi anugerah Allah.

Prelatus itu mengatakan para pemimpin gereja telah menjajaki jalan kolaborasi dengan pemerintah Filipina.

“Kami telah mendengar hal itu, telah menjadi klise, kita tidak bisa melihat mata ke mata tapi kita bisa bekerja bergandengan tangan,” katanya.

“Kami tidak ingin menutup pintu. Akan selalu ada perbedaan pendapat tapi kami pikir dan kami percaya bahwa ada lebih banyak alasan untuk menyepakati dan untuk bekerjasama,” kata Uskup Agung Villegas.

Pada bulan November tahun lalu, prelatus itu mengatakan Gereja Katolik di Filipina mengalami berbagai bentuk penganiayaan.

Ia mencontohkan tamparan di media sosial “di mana kebenaran ditampakkan sebagai kebohongan dan kebohongan muncul sebagai kebenaran” sebagai bentuk penganiayaan.

Uskup mengatakan gereja sedang diserang karena menjadi petunjuk moral masyarakat. Dia mengatakan para pemimpin dan umat Katolik untuk tidak berhenti mengatakan kebenaran dan tentang apa yang moral.

 

Baca juga: Bishop vows [1]