- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Kekerasan terhadap orang Kristen terus meningkat di India

Serangan terhadap orang Kristen meningkat di India, tercatat 260 insiden dalam lima bulan pertama tahun 2017, menurut Persecution Relief, sebuah forum Kristen ekumenis yang memantau insiden penganiayaan.

Organisasi tersebut menghitung 348 insiden tahun lalu, rata-rata 29 insiden per bulan, sementara tahun ini rata-rata perbulan, 52, hampir dua kali lipat. Pelanggaran yang dilaporkan meliputi pembunuhan, kekerasan fisik, penghancuran gereja, ancaman dan pelecehan, pemboikotan sosial, kampanye kebencian, penculikan dan upaya pembunuhan.

“Ini adalah situasi yang mengkhawatirkan bagi kami,” kata Shibu Thomas, pendiri Persecution Relief, yang memulai organisasi tersebut pada tahun 2015 untuk memberikan dukungan kepada korban penganiayaan di negara tersebut.

Angka yang sebenarnya bisa lebih tinggi karena banyak kejadian di desa-desa terpencil tidak dilaporkan karena kurangnya fasilitas komunikasi, kata Thomas kepada ucanews.com.

Dia mengatakan bahwa umat Kristen, yang jumlahnya kurang dari 3 persen dari 1,2 miliar penduduk India, merasa “terancam, tidak aman dan terisolasi” karena serangan kekerasan terhadap mereka telah meningkat sejak Partai Bharatiya Janata (BJP) yang pro-Hindu memperoleh kekuasaan di New Delhi dan sebagian besar Negara bagian utara tiga tahun lalu.

“Orang Kristen akan didakwah bersalah bila mengkristenkan orang-orang miskin” dalam pemerintahan yang baru berdasarkan undang-undang negara bagian, yang melakukan konversi tanpa izin dari pemerintah akan ditindak pidana, kata Thomas.

“Kami sekarang menghadapi situasi yang sangat sulit di banyak negara di mana lembaga pemerintah menyulitkan orang-orang Kristen dengan menghalangi layanan amal mereka,” kata Thomas. Sebagian besar kekerasan ditujukan untuk menakut-nakuti orang miskin dari agama Kristen, katanya.

Kelompok-kelompok Hindu juga menuduh orang-orang Kristen memikat penduduk desa yang miskin ke agama Kristen dengan tawaran material dan telah mengulangi tuntutan partai tersebut terhadap undang-undang untuk memeriksa konversi ke agama Kristen, kata pemimpin Kristen itu.

Uskup Agung Victor Henry Thakur dari Raipur mengatakan kepada ucanews.com bahwa “absennya pemerintah pada sesuatu yang mengarah pada pelanggaran hukum merupakan kekhawatiran utama bagi kita. Kaum garis keras Hindu sekarang memberi tahu kita apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mereka yang menentang mereka harus menghadapi kemarahan mereka. . ”

Uskup agung, yang berbasis di ibu kota negara bagian Chhattisgarh, India tengah yang diperintah oleh BJP, mengacu pada tuntutan bahwa semua sekolah harus memulai kelas dengan sebuah nyanyian rohani kepada Sarawati, dewi kebijaksanaan Hindu, dan para siswa harus memangil gurunya sebagai gurus. Mereka juga menuntut institusi Kristen untuk mengikuti kebiasaan agama Hindu untuk membangun hegemoni budaya di negara tersebut, katanya.

“Mereka mengambil hukum di tangan mereka seolah-olah tidak ada pemerintahan. Ini adalah situasi yang sangat mengganggu dimana kita tinggal,” kata Uskup Agung Thakur.

Kardilan Telesphore Placidus Toppo dari Ranchi, yang berbasis di ibukota negara bagian JFarkhand yang dikuasai BJP, mengatakan bahwa propaganda bahwa gereja terlibat dalam konversi paksa adalah “upaya untuk menghancurkan citra dirinya.” Kendati mengalami kesulitan seperti itu, “Orang-orang Kristen harus melanjutkan pekerjaan kita,” katanya kepada ucanews.com.

Tomson Thomas, sekretaris Jharkhand dari Gereja Pantekosta India, mengatakan bahwa orang-orang Kristen hidup dalam situasi yang sangat berbahaya. Serangan terhadap orang-orang Kristen dan kampanye melawan mereka adalah “bagian dari gerakan yang terorganisasi dengan baik yang semakin meningkat setiap hari di negara ini,” katanya.

Jharkhand adalah rumah bagi komunitas Kristen yang bersemangat dan kebanyakan Masyarakat suku

Baca juga: Anti-Christian violence on the rise in India [1]