- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Uskup geram dengan upaya penginjilan terhadap pengungsi Marawi

Seorang uskup agung Katolik di Mindanao mengecam upaya yang dilakukan beberapa kelompok orang Kristen yang melakukan “penginjilan” terhadap penduduk Muslim yang kehilangan tempat tinggal akibat konflik di kota Marawi.

Uskup Agung Fernando Capalla dari Davao, yang bergabung dengan pemimpin Muslim dan kelompok perdamaian menyuarakan keprihatinan atas laporan bahwa Alkitab dibagikan kepada para pengungsi.

Salinan Alkitab, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Maranao, ditemukan dalam barang bantuan yang diserahkan kepada keluarga pengungsi minggu lalu.

Uskup Agung Capalla memperingatkan bahwa distribusi Alkitab dapat menimbulkan ketegangan antara orang Kristen dan Muslim.

“Jika mereka melakukannya dengan sengaja, itu adalah sebuah penghinaan atau ketidaktahuan akan kebutuhan umat Islam,” kata prelatus yang merupakan koordinator kelompok umat beragama antara Konferensi Waligereja dan para Ulama.

Uskup agung mengatakan “penginjilan” menunjukkan kurangnya rasa hormat dan mempertanyakan ketulusan mereka yang memberi bantuan kepada yang membutuhkan.

“Kalau mau membantu, maka berikan saja … apa yang menjadi kebutuhan dasar, seperti pakaian, makanan, air, dan lain-lain” kata prelatus tersebut.

“Kita harus lebih sensitif,” katanya, seraya menambahkan bahwa para pemimpin Muslim di daerah tersebut harus diajak berkonsultasi sebelum membagikan bantuan.

Ada juga laporan bahwa beberapa organisasi bantuan memberikan mie rasa daging babi kepada para pengungsi.

Para pengungsi mengklaim bahwa mereka tidak serta merta menemukan Alkitab dalam kantong plastik yang berisi barang-barang bantuan. Ada juga paket bantuan yang berisi kisah-kisah Alkitab, juga dalam bahasa setempat.

Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab.

Kelompok non-pemerintah Mindanao Peacebuilding Institute mengatakan bahwa tindakan tersebut “melanggar sensibilitas budaya dan agama.”

Front Pembebasan Islam Moro mengambar itu sebagai “mengeksploitasi manusia pada saat krisis.”

Lebih dari 18.300 orang yang kehilangan tempat tinggal dan saat ini berada di 78 pusat evakuasi di Mindanao, 34 di antaranya berada di provinsi Lanao del Norte, satu di Misamis Occidental, dan 43 di Lanao del Sur.

ucanews.com