UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Keberhasilan melawan pelecehan seksual terhadap anak online

Juli 12, 2017

Keberhasilan melawan pelecehan seksual terhadap anak online

Pelaku pelecehan seksual biasanya nongkrong di tempat-tempat hiburan di kota-kota seperti Angeles City, Filipina.

Tahun 2017 merupakan tahun yang baik untuk kampanye dan memerangi pelecehan seksual terhadap anak secara online. Ratusan pria di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia telah ditangkap. Polisi telah mengumpulkan bukti bahwa banyak anak dilecehkan secara seksual.

Jumlah laporan pelecehan anak membanjiri kantor-kantor polisi di negara-negara maju. Interpol dan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) telah menahan 870 pedofil yang tertangkap secara online. Mereka menyelamatkan ratusan anak.

Setelah melacak situs pornografi anak terbesar di dunia yang dikelola oleh Stephen Chase, 58 tahun, yang berbasis di Florida, polisi menuntutnya 30 tahun penjara, dan banyak dari 870 yang tertangkap akan menerima hukuman serupa.

Chase sendiri memiliki banyak pelanggan secara online. Berapa banyak lagi pelaku pelecehan online yang masih berada di luar sana, dan berapa banyak yang bepergian ke seluruh dunia untuk melakukan pelecehan terhadap anak-anak?

Untuk setiap foto anak yang disalahgunakan, seorang anak telah diperkosa. Saat foto dibagikan, anak tersebut dilecehkan lagi. Foto mendorong dan membuat pria ketagihan untuk melecehkan anak-anak di negara mereka sendiri dan untuk melakukan perjalanan ke negara lain untuk melakukan hal serupa.

Di Filipina, Yayasan Preda mendukung sebuah undang-undang yang diusulkan yang melarang perjalanan ke luar negeri bagi para pedofil yang dihukum.

Pihak berwenang akan segera memecahkan enkripsi yang digunakan oleh pelaku online, sehingga dalam waktu dekat para pedofil tidak lagi memiliki tempat untuk bersembunyi. Setiap kali seorang pedofil membuka komputernya untuk melihat gambar anak-anak, dia akan melakukan kejahatan. Pelaku semua harus khawatir bahwa polisi mengumpulkan bukti untuk melawan mereka.

Sekarang saat yang berbahaya bagi pelaku kejatahan terhadap anak-anak. Beberapa kritikus mengatakan Badan Intelijen Pusat AS (CIA) mengembangkan metode enkripsi dan menyebarkannya secara gratis online. Sekarang penegakan hukum benar-benar bisa melihat apa yang sedang dilakukan.

Di Inggris, satu pejabat polisi telah meminta peradilan untuk mencari cara lain untuk menghukum pelanggar tingkat rendah yang melihat gambar anak-anak yang diserang secara seksual. Polisi merasa kewalahan dengan meningkatnya jumlah laporan pelecehan seksual terhadap anak-anak. Mereka kewalahan dan perlu fokus pada menyelamatkan korban yang dilecehkan di dunia nyata.

Tapi itu bukan cara menanganinya. Setiap pelanggar online harus bertanggung jawab karena semakin banyak orang melihat fotonya, semakin banyak anak yang benar-benar dilecehkan. Jika peradilan memperlakukan pengguna narkoba sebagai pasien dan bukan penjahat, itu tidak membebankan polisi dan pengadilan, dan mereka dapat fokus untuk menangkap pelaku pelanggaran anak dan memenjarakan mereka.

Meningkatnya keberhasilan polisi menunjukkan tingkat pelecehan anak secara online dan di dunia nyata. Ini mendukung perkiraan selama ini bahwa satu dari setiap tiga gadis menjadi korban pelecehan seksual dan satu dari enam anak laki-laki juga menjadi korban.

Ini menjadi kejahatan mengerikan dari spesies manusia, yang memiliki otak besar, kecerdasan, dan yang secara seksual melecehkan anak-anak mereka sendiri dan anak-anak yang rentan. Seumur hidup saya belum pernah melihat laporan tentang mahluk lain yang melakukan ini di planet ini.

Di generasi ini, dunia hanya terbangun dan menghadapi kejahatan mengerikan ini terhadap anak-anak. Pada tahun 1989, Konvensi Hak Anak PBB pertama kali diusulkan dan disahkan oleh mayoritas negara-negara di dunia. Baru pada saat itulah hak anak diproklamirkan secara resmi. Hukum masing-masing negara kemudian menyusul.

Pelecehan seksual terhadap anak-anak memiliki efek jangka panjang, merusak pribadi manusia seumur hidup dan menyebabkan banyak masalah psikologis, kecanduan, ketergantungan, membahayakan diri sendiri, dan bunuh diri. Kita perlu tahu bahwa orang yang terganggu secara emosional seharusnya tidak dinilai sebagai orang yang secara psikologis tidak seimbang, sakit mental, tapi harus dipahami sebagai orang yang membawa beban yang tak tertahankan dan membutuhkan dukungan dan bantuan.

Penyebaran obat-obatan terlarang di masyarakat dapat dikaitkan dengan kekerasan terhadap anak-anak, karena mereka mencari obat penenang untuk meringankan rasa sakit, penderitaan dan ketakutan. Mereka membutuhkan bantuan untuk melupakan pelecehan dan kemarahan dan kebencian yang mereka alami.

Kita semua tahu bahwa banyak korban membutuhkan penyembuhan, dan terapi ekspresi emosional sangat membantu. Ini hanya bisa berhasil jika korban berbagi perasaan terdalam tentang pelecehan dengan orang yang mendukung dan tepercaya. Situasi ini bukan berarti tidak ada harapan. Ada jalan menuju pemulihan, dan kehidupan yang lebih seimbang dengan kebebasan batin dari ketegangan dan tekanan rasa sakit yang terkubur.

Pastor Shay Cullen, SSC, mendirikan Yayasan Preda di Kota Olongapo pada tahun 1974 untuk mempromosikan hak asasi manusia dan hak anak-anak, terutama korban pelecehan seksual.

ucanews.com

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi