UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

ASEAN, China Bangun Kerangka Kerja Sama di Wilayah Sengketa

Agustus 8, 2017

ASEAN, China  Bangun Kerangka Kerja Sama di Wilayah Sengketa

Aktivis Filipina melakukan protes selama pertemuan para pemimpin ASEAN di Manila, Mei 2017.

Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dan China mengadopsi sebuah kode etik  yang disebut “batasan” yang akan menjadi dasar perundingan mengenai wilayah-wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan saat pertemuan para menteri luar negeri di Manila pada 6 Agustus.

Para pemimpin ASEAN dan China sepakat untuk bertemu akhir bulan ini untuk membahas “modalitas” menegoisasi kode etik sebagai petunjuk dalam kerangka kerja untuk disetujui sebagai dasar perundingan, kata juru bicara urusan luar negeri Filipina Robespierre Bolivar.

Bolivar mengatakan pemimpin aliansi regional dan China akan terus bekerja sama “dalam upaya kerjasama maritim praktis, termasuk pengelolaan dan pencegahan konflik antar pihak melalui tindakan membangun kepercayaan, dan juga untuk mencegah terjadinya kesalahan perhitungan di lapangan.”

ASEAN, sebuah kelompok regional yang mempromosikan kerjasama ekonomi, politik, dan keamanan yang beranggota Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Pada tahun ini akan merayakan ulang tahun ke 50.

Sebuah pernyataan yang mencerminkan penerapan kode etik ini diharapkan akan dikeluarkan pada akhir pertemuan Manila pada 8 Agustus. China mengusulkan “inisiatif tiga langkah” menuju kode etik di perairan yang disengketakan selama pertemuan Agustus 6.

“Ketika situasi di Laut Cina Selatan pada umumnya stabil dan jika tidak ada gangguan besar dari pihak luar, sebagai prasyarat, maka kita akan mempertimbangkan pada pertemuan pemimpin bulan November (ASEAN), kami akan mengumumkan secara resmi permulaan dari [Kode etik] konsultasi, “kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi kepada wartawan yang meliput pertemuan tersebut.

Pejabat China mengatakan semua pihak akan membahas prinsip dan rencana untuk tahap selanjutnya pada konsultasi kode etik di akhir bulan.

“China dan ASEAN memiliki kemampuan dan kebijaksanaan untuk bekerja sama menjaga perdamaian dan stabilitas regional, dan kita akan menyusun peraturan regional yang telah kita sepakati bersama untuk membuka masa depan yang cerah bagi hubungan masa depan kita,” kata Yi.

Dia mengungkapkan keyakinannya bahwa hubungan antara ASEAN dan China “akan bergerak dari masa pertumbuhan yang cepat ke masa kematangan … ke sebuah kemitraan strategis yang komprehensif.”

Seruan perdamaian di Semenanjung Korea

Para menteri luar negeri ASEAN juga telah mengeluarkan sebuah pernyataan yang mendukung inisiatif untuk memperbaiki perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea, dengan mengatakan bahwa organisasi tersebut “siap memainkan peran konstruktif dalam memberikan kontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas” di wilayah tersebut.

Para pemimpin Asia Tenggara menyatakan “keprihatinan serius” atas meningkatnya ketegangan di semenanjung tersebut karena Korea Utara terus melakukan uji coba rudal, dengan pengujian coba rudal balistik antar benua yang terbaru pada 4 Juli.

“Perkembangan ini secara serius mengancam perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan dan dunia,” kata pernyataan ASEAN tersebut. “Dalam hal ini, kami sangat mendesak [Korea Utara] untuk segera mematuhi sepenuhnya kewajibannya berdasarkan semua Resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan.”

Para menteri luar negeri ASEAN mengulangi seruan mereka untuk melakukan denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea “secara damai” dan untuk “pengekangan diri.”

Sekretaris Urusan Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano mengatakan bahwa pertemuan di Manila minggu ini merupakan “kesempatan emas” bagi negara-negara anggota ASEAN untuk berperan sebagai “mitra perubahan.”

“Marilah kita memanfaatkan kesempatan ini untuk mengubah aspirasi dan nilai bersama yang ditetapkan oleh para pendiri kita, kurang lebih mimpi dan visi mereka menjadi tindakan nyata dan hasil nyata yang akan mendorong masyarakat kita ke masa depan yang lebih cerah yang benar-benar layak kita dapatkan,” kata Cayetano.

Dengan lebih dari 600 juta penduduk, sepuluh negara Asia Tenggara anggota ASEAN jika digabung memiliki pertumbuhan produk domestik sebesar US $ 2,4 triliun dan telah dijuluki sebagai ekonomi dengan pertumbuhan tercepat ketiga di sebelah China dan India jika merupakan satu ekonomi tunggal.

ucanews.com

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi