- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Pejabat Vatikan Isyaratkan Kesepakatan de facto dengan China

Seorang pejabat senior Vatikan telah mengisyaratkan bahwa ada kesepakatan tidak resmi antara Tahta Suci dan Beijing mengenai pengangkatan para uskup, di saat negosiasi untuk merumuskan rencana menghadapi kendala.

Uskup Marcelo Sanchez Sorondo, yang menghadiri sebuah konferensi mengenai topik sensitif tentang donor organ dan transplantasi di kota Kunming, China selatan, memberikan petunjuk saat wawancara dengan Global Times sebuah media milik pemerintah pada 4 Agustus.

“Kita perlu membuat perbedaan antara kesepakatan formal dan hal-hal yang nyata (yang terjadi di kalangan masyarakat). Hal yang nyata adalah bahwa pada saat ini China dan paus memiliki hubungan yang sangat baik,” kata Uskup Sorondo.

Pengamat semakin yakin bahwa sebuah kesepakatan telah dilakukan saat kedua belah pihak bertemu untuk menuju kesepakatan formal terutama setelah pengangkatan lima uskup baru pada tahun 2015 dan 2016 yang secara bersama-sama diakui oleh kedua belah pihak.

Namun sebuah kesepakatan formal tampaknya terhalang karena tiga uskup yang ditunjuk oleh Beijing yang tidak akui oleh Roma. Dua di antaranya diduga memiliki hubungan keluarga yang tidak sesuai dengan imamat dan yang satunya memiliki masalah tindak pidana.

Namun, beberapa kalangan telah mencatat tingkat lemahnya kesepakatan – baik pejabat atau praktisi – dengan Partai Komunis yang berkuasa setelah perundingan tersebut tampaknya melambat terutama selama perundingan terakhir pada bulan Juni dan kemudian dimana Vatikan menyerang Beijing karena penahanan di luar hukum Uskup Peter Shao Zhumin dari Wenzhou.

Sebuah proses untuk menormalkan penunjukan para uskup di China, sehingga mereka diakui oleh Vatikan dan majelis tinggi Katolik pimpinan Partai Komunis yang tidak berafiliasi dengan Vatikan, telah menjadi fokus perundingan selama tiga tahun. Perundingan tersebut dilanjutkan oleh Paus Fransiskus yang telah menjadikan Asia, dan China pada khususnya, fokus utama kepausannya setelah semua pembicaraan dihentikan di bawah pendahulunya Benediktus XVI sekitar tahun 2009.

Uskup Sorondo juga mengatakan kepada Global Times bahwa Paus Fransiskus menyukai China dan Vatikan berharap negara ini memiliki masa depan yang cerah.

Vatikan berkomitmen untuk menangani isu perubahan iklim, yang diikuti oleh orang-orang China, dan paus menganggap itu sangat penting, kata uskup berusia 75 tahun itu.

Pertemuan transplantasi organ kontroversial

Hal penting yang harus diperhatikan, bahwa prelatus Vatikan ada di China untuk sebuah konferensi mengenai transplantasi organ. Pemerintah China telah dicurigai terlibat dalam pengambilan organ ilegal selama beberapa dekade.

China berkomitmen untuk memberantas korupsi dalam perdagangan organ setelah pertemuan Februari, kata Bishop Sorondo yang merupakan kanselir Akademi Kepausan Vatikan (PAS).

Ini adalah pertama kalinya PAS menghadiri konferensi tentang donor dan transplantasi organ yang diadakan oleh China. Itu terjadi setelah perwakilan China diundang secara kontroversial, juga untuk pertama kalinya, ke pertemuan puncak PAS tentang Perdagangan Organ dan pariwisata Transplantasi di Vatikan pada bulan Februari.

Menjelang pertemuan dengan Vatikan, beberapa mantan profesional medis China termasuk di antara mereka, yang menuduh pemerintah Komunis terlibat dalam pengambilan organ dari tahanan yang masih hidup, kebanyakan praktisi Falun Gong.

“Pengambilan organ sekarang sangat merajalela di China sehingga mereka bisa menyediakan ginjal dalam empat jam. Ini secara etis tidak dapat didukung,” kata Enver Tohti, seorang etnis Uighur yang melarikan diri ke Inggris setelah dia ikut ambil bagian dalam pengambilan organ sebagai seorang ahli bedah di China barat selama 1990an, kepada ucanews.com pada bulan Februari.

Pertemuan puncak Vatikan, katanya, memberi China kesempatan untuk menghindari tuduhan pengambilan organ. Ini “tercemar karena uang dan kepentingan pribadi,” katanya.

Xu Ru, seorang komentator Epoch Times, sebuah publikasi yang memiliki kaitan dengan Falun Gong, menulis pada 6 Agustus bahwa kerjasama lembaga Vatikan dengan pemerintah Komunis “tidak hanya merupakan pelanggaran terhadap ketidakadilan yang dilakukan pada orang-orang tetapi juga sejarah yang memalukan. Sejarah akan mencatat halaman yang memalukan ini. ”

Kejahatan Komunis terhadap pengambilan organ tidak bisa dihapus dengan memanfaatkan Vatikan, tulis Xu.

Falun Gong telah menuduh pemerintah Komunis menganiaya pengikut mereka sejak tahun 1999. Para aktivis dan peneliti mengatakan bahwa banyak praktisi telah dilemparkan ke penjara karena iman mereka dan terbunuh karena organ mereka.

 

Baca juga: Vatican official [1]