UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pemberontak Mundur, Tapi Nasib Imam yang Ditawan Belum Diketahui

Agustus 28, 2017

Pemberontak Mundur, Tapi Nasib Imam yang Ditawan Belum Diketahui

Tentara Filipina berhasil memukul mundur kelompok teroris Maute yang terafiliasi dengan ISIS

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengunjungi pasukan militer di kota Marawi bagian selatan pada tanggal 24 Agustus, beberapa jam setelah tentara menguasai masjid agung, benteng terakhir pemberontak supporter ISIS di sana.

Pemberontak juga menarik diri dari kantor polisi, yang mereka kuasai selama tiga bulan pertempuran, kata Kolonel Romeo Brawner, wakil komandan sebuah gugus tugas gabungan militer yang mengawasi operasi terhadap militan itu.

Komando militer setempat mengatakan tiga tentara terluka dalam pengambil alihan kembali masjid itu.

Para pejabat bungkam tentang jumlah korban kelompok pemberontak ISIS, dan nasib sekitar 40 sandera, termasuk Pastor Teresito Soganub, vikjen Keuskupan Marawi.

Seorang pejabat militer, yang meminta namanya dirahasiakan, mengatakan kepada wartawan bahwa gerilyawan masih berada di sekitar kawasan danau di kota itu dan bergabung kembali di garis  belakang masjid.

“Sepertinya mereka kembali ke posisi di garis belakang masjid. Kita menginginkan aar mereka terus terdesak ke danau,” katanya.

Angkatan laut dan unit militer lainnya terus berpatroli di Danau Lanao, danau terbesar di Mindanao, bulan lalu untuk mencegah pemberontak melarikan diri.

Kekurangan transportasi militer merupakan tantangan besar pemerintah mencegah pemberontak melarikan diri ke sedikitnya 16 kota di sekitar perairan seluas 340 kilometer persegi tersebut.

Mengenakan rompi anti peluru dan helm, Duterte tinggal di Marawi selama dua jam. Dia mengunjungi desa-desa yang sudah dikuasai oleh pasukan pemerintah dan kemudian membagikan uang dan paket lain kepada tentara.

Sebuah video yang dikeluarkan oleh kantor komunikasi presiden menunjukkan konvoi panjang melewati jalan-jalan yang rusak akibat bom ketika memeriksa reruntuhan blok perumahan dan komersial yang sempat berkembang pesat.

Kepala militer Jenderal Eduardo Ano, kepala Angkatan Darat Letnan Jenderal Glorioso Miranda, dan Penasihat Keamanan Nasional Hermogenes Esperon menemani Presiden pada kunjungan ketiganya sejak konflik tersebut terjadi pada 23 Mei.

Duterte mengatakan solidaritas dengan tentara dan kesedihan atas kematian sejumlah tentara.

Sekitar 700 orang tewas dalam pertempuran tersebut, termasuk 129 tentara dan 45 warga sipil.

Duterte menggambarkan Marawi sebagai momentum dalam perang melawan ekstremis Islam dan mendesak militer untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi peperangan lain di wilayah itu.

“Kampanye melawan pemberontakan tidak akan berhenti sampai teroris berhasil ditumpas,” presiden bersumpah. Dia kembali menghubungkan peningkatan ekstremisme dengan perdagangan obat-obatan terlarang.

Duterte mengatakan bahwa pemerintahnya tidak akan mengadakan pembicaraan dengan kelompok yang terinspirasi oleh ISIS tersebut. Kepala pertahanannya menolak tawaran dialog minggu ini yang difasilitasi oleh kepala kantor presiden untuk proses perdamaian atas nama seorang politikus yang terkait dengan kerusuhan tersebut.

Pemerintah menghindari serangan bom udara agar tidak menimbulkan kemarahan warga yang berakibat pada penghancuran kota mereka.

Pejabat menggambarkan pengambilan kembali kantor polisi dan 29 bangunan lainnya pada 22 Agustus sebagai “kemenangan strategis”. Tentara gagal mengambil kembali senjata api atau bahan perang lainnya, yang mengindikasikan ada penarikan secara teratur oleh pejuang musuh.

Meskipun ada kabar baik, juru bicara angkatan bersenjata, BrigJen Restituto Padilla mengatakan, masih tersisa sekitar 300 bangunan yang masih harus dibersihkan dari sisa-sisa reruntuhan dan bahan peledak.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi