UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Penduduk Kota Marawi Berpesta Setelah Bebas dari Orang Bersenjata

Oktober 31, 2017

Penduduk Kota Marawi Berpesta Setelah Bebas dari Orang Bersenjata

Seorang tentara Filipina melambaikan tangan kepada kerumunan warga ketika pasukan pemerintah meninggalkan Marawai.

Warga Marawi di Filipina selatan berkumpul untuk merayakan pembebasan kota mereka dari orang-orang bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS dan menandai dimulainya pembangunan kembali dan pemulihan kota tersebut.

Pemerintah pekan lalu mengumumkan berakhirnya perang bersenjata hampir lima bulan dengan orang-orang bersenjata jaringan ISIS yang membuat Marawi hancur dan hampir 400.000 orang mengungsi.

Mujiv Hataman, gubernur Daerah Otonom Muslim di Mindanao, meminta etnis Maranao suku bangsa Marawi untuk menunjukkan tekad mereka untuk bangkit dari bencana perang.

“Sekarang bukan saatnya menyalahkan tapi untuk persatuan,” kata gubernur. “Ada peluang di setiap krisis,” katanya seraya meminta bantuan donatur untuk membantu rehabilitasi kota tersebut.

Walikota Marawi Majul Gandamra mengatakan “hari rakyat” pada 30 Oktober dimaksudkan untuk menyambut orang-orang yang telah kembali ke kota dan sebagai “seruan untuk persatuan dan perdamaian.”

Untuk pertama kalinya sejak serangan 23 Mei, bendera Filipina dikibarkan di depan balai kota.

Dari 96 desa di Marawi, 51 telah dibersihkan untuk kembalinya masyarakat dari pengungsian. “operasi pembersihan” oleh militer terus berlanjut dibagian lain kota itu.

Zia Alonto Adiong, juru bicara komite manajemen krisis Marawi, terkejut dengan jumlah orang yang kembali ke kota pada 29 Oktober.

Uskup Edwin de la Pena dari keuskupan Marawi, sementara itu, meminta doa bagi mereka yang tewas dalam bentrokan tersebut saat negara tersebut merayakan hari arwah minggu ini.

“Berdoalah untuk semua yang meninggal di Marawi, terutama tentara kita yang gagah berani yang menyerahkan nyawa mereka sehingga kita dapat hidup dalam damai, warga sipil, dan sandera yang kehilangan nyawa mereka dalam prosesnya,” kata prelatus tersebut.

Uskup tersebut mengatakan bahwa dia akan mengeluarkan sebuah ajakan untuk berdoa bagi korban pengepungan di keuskupannya yang mayoritas Muslim, dengan harapan bahwa keuskupan Katolik lainnya di negara tersebut akan melakukan hal yang sama.

“Keuskupan dan gereja lokal lainnya dapat ikut berdoa untuk semua yang meninggal di Marawi,” kata Uskup de la Pena.

Setidaknya 47 warga sipil, 165 pasukan keamanan, dan 920 orang militan bersenjata tewas dalam bentrokan tersebut.

Pihak militer mengumumkan bahwa mereka berencana untuk menyelesaikan kembalinya masyarakat yang mengungsi ke kota pada bulan Desember.

Kolonel Romeo Brawner, wakil komandan Gugus Tugas Gabungan militer Ranao, mengatakan jika semuanya berjalan sesuai rencana, “semua [pengungsi] akan dapat kembali ke daerah yang telah dibersihkan.”

“Kami masih berusaha mengembalikan listrik, operasi pembersihan masih berlangsung di desa-desa, dan peralatan teknik kami juga membersihkan jalan-jalan dari puing-puing,” kata pejabat militer tersebut.

Warga yang rumahnya hancur akibat pertempuran akan ditempatkan di tempat penampungan sementara.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi