UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik India Hanya Bisa Mengeluh Tidak Dikunjungi Paus Fransiskus

Nopember 28, 2017

Umat Katolik India Hanya Bisa Mengeluh Tidak Dikunjungi Paus Fransiskus

Paus Fransiskus mendapat karangan bunga dari seorang remaja Myanmar saat tiba di Bandara Internasional Yangon, 27 November 2017. (AFP PHOTO / Vincenzo PINTO)

Ketika Paus Fransiskus memulai kunjungannya ke Myanmar dan Bangladesh, orang-orang Katolik di negara tetangga India merasa kehilangan kesempatan untuk menemuinya di tanah air mereka, setelah kunjungan paus terakhir.

Kelompok-kelompok Katolik mulai mendiskusikan rencana untuk menjadi tuan rumah bagi kunjugan paus berikutnya setelah Vatikan awal tahun ini mengkonfirmasi kunjungan paus ke wilayah tersebut.

Tidak ada yang mengira jadwal kunjungan paus tidak mencakup India yang memiliki 19 juta umat Katolik. Kardinal Baselios Cleemis, ketua konferensi Wali Gereja India, mengatakan bahwa Gereja Katolik India mengharapkan untuk menerima Paus Fransiskus.

“Tapi itu tidak terjadi,” keluhnya.

Pada bulan Agustus, Vatikan mengumumkan bahwa 27 November sampai 2 Desember  perjalanan hanya akan mencakup Myanmar dan Bangladesh, padahal rencana awalnya adalah mengunjungi India dan Bangladesh.

Tidak adanya undangan resmi kepada Paus Fransiskus untuk mengunjungi India secara luas dilihat sebagai hasil pertimbangan politis oleh pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi.

Pemerintah dikuasai oleh partai nasionalis Bharatiya Janata sayap kanan (BJP).

Pengamat mengatakan BJP khawatir bahwa Modi khawatir Paus Fransiskus akan menjauhkan mayoritas pemilih Hindu menjelang pemilihan nasional pada 2019.

Namun, Kardinal George Alencherry dari Keuskupan Agung Ernakulam-Angamaly, mengatakan bahwa hasilnya mengecewakan seluruh gereja di India. Kardinal Alencherry tetap akan menghadiri misa kepausan yang akan diadakan di Bangladesh.

Kepada ucanews.com sebagian besar umat katolik mengharapkan bahwa kunjungan Paus ke India akan mengangkat orang-orang Kristen yang sekarang menghadapi kekerasan dan ancaman dari kelompok garis keras Hindu, terutama di India utara.

Salah satu dari mereka yang menyesal Paus Fransiskus  tidak mengunjungi India adalah Johana Xalxo, seorang wanita etnis minoritas Oraon dan kepala sekolah di ibukota New Delhi.

 

Nostalgia

Xalxo, 52, mengatakan bahwa dia mendapat kehormatan untuk bertemu  Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1986 saat dia mengunjungi 15 kota di India, termasuk kotanya Ranchi, ibu kota negara bagian Jharkhand saat ini.

Saat itu ia berusia 21 tahun adalah bagian dari kelompok yang menari untuk menyambut Paus Yohanes Paulus, yang Misa meriahnya disambut dengan tepuk tangan gemuruh.

“Itu adalah pengalaman yang menyenangkan,” kenangnya.

Xalxo mencatat bahwa kunjungan paus mengangkat moral orang-orang Kristen asli yang sering merasa lemah dan terpinggirkan, memberi mereka rasa memiliki komunitas yang lebih luas.

Dia menambahkan bahwa satu generasi masyarakat adat telah tumbuh sejak paus terakhir mengunjungi daerah kesukuan.
Kunjungan paus terakhir adalah pada tahun 1999, ketika Paus Yohanes Paulus datang untuk meluncurkan dokumen sinode Gereja Asia di Asia. Paus 79 tahun yang sakit itu kemudian membatasi turnya hanya untuk ibu kota negara.

Paus yang pertama berkunjung ke India adalah Paus Paulus VI. Dia datang ke Mumbai, yang juga dikenal sebagai Bombay, pada tahun 1964 untuk Kongres Ekaristi di kota pesisir barat, ibukota bisnis India dan sebuah basis Katolik.

Pastor Nicholas Barla, sekretaris Komisi Urusan Ketenagakerjaan Katolik India, mengatakan kepada ucanews.com bahwa orang-orang di seluruh dunia memandang Paus Fransiskus sebagai “pembawa perdamaian.”

Dia mengatakan banyak hal yang bisa didapat dari Paus Fransiskus jika dia datang ke India tahun ini, terutama mengingat  penganiayaan terhadap kelompok minoritas agama seperti Kristen dan Muslim oleh kelompok ekstremis Hindu.

Peter Lobo, 59, seorang perwira pensiunan polisi Katolik di Pune, mengatakan bahwa umat Katolik seperti dirinya sendiri kehilangan kesempatan langka untuk menemui Paus Fransiskus.

Mengenang bagaimana orang-orang di Pune menyambut Paus Yohanes Paulus II, Lobo mencurigai keputusan pemerintah untuk tidak mengundangnya adalah bagian dari permainan politik “untuk menjaga agar kaum nasionalis Hindu tetap dalam suasana hati yang menyenangkan.”

 

Politik luar negeri

M.D. Lawrence, seorang awam Katolik dan kepala sekolah di Pune, mengatakan kepada ucanews.com bahwa India melewatkan kesempatan besar karena Paus Fransiskus juga dicintai oleh orang-orang dari agama lain, termasuk orang-orang Hindu, Budha, Jain dan Sikh.

“Myanmar dan Bangladesh adalah negara-negara kecil yang memandang India sebagai pemimpin,” kata Lawrence.

“Paus seharusnya pertama kali mendarat di India dan kemudian melanjutkan ke negara-negara tetangga.”

Pemimpin awam seperti Shaji George, dari Dewan Katolik Latin Daerah Istimewa Kerala, melihat ini sebagai kesalahpahaman yang serius dalam kebijakan luar negeri India.

Jika pejabat India mengira Paus Fransiskus akan menunggu undangan sebelum menetapkan jadwal kunjungan  untuk Asia Selatan, dia sekarang mengejutkan mereka dengan menghilangkan India dari peta kunjungannya, kata George.

Citra India sebagai negara sekuler telah dikalahkan, tambahnya.

Kunjungan Paus Fransiskus bisa meningkatkan citra itu secara global, “kata George kepada ucanews.com.

“Pemerintah dan BJP kehilangan kesempatan untuk mengungkapkan solidaritas dengan pemimpin spiritual yang diterima secara global dan upayanya untuk perdamaian dunia.”

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi