UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Panglima Militer: Gereja Diserang, Upaya Memecah Belah Agama

Desember 19, 2017

Panglima Militer: Gereja Diserang, Upaya Memecah Belah Agama

Umat Kristen Pakistan dievakuasi oleh personil keamanan dari sebuah gereja Methodis setelah sebuah serangan bom bunuh diri pada kebaktian hari Minggu di Quetta pada 17 Desember. (Foto: Banaras Khan/AFP)

Panglima Militer Pakistan mengutuk keras serangan brutal dan pemboman bunuh diri di sebuah gereja Kristen, yang menyebutnya sebagai upaya memecah belah agama di negara itu.

Orang-orang Kristen di seluruh Pakistan juga menuntut perlindungan yang lebih besar bagi kaum minoritas dan dukungan seumur hidup untuk keluarga korban dan orang-orang yang selamat.

Dua pembom bunuh diri menyerang gereja Methodis di saat anak-anak sedang mempersiapkan perayaan  Natal di Decetta 17, Quetta, Baluchistan, yang menewaskan sembilan orang dan melukai 57 lainnya. Sedikitnya 31 pasien lainnya masih dirawat dan sedang disembuhkan di trauma Centre Rumah Sakit Provinsi Sandeman.

Teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Qamar Javed Bajwa mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan tersebut adalah “upaya meredupkan perayaan Natal dan menciptakan perpecahan agama,” media Paskistan melaporkan.

Dia memuji “respon cepat  pasukan keamanan atas serangan tersebut”, seraya menambahkan bahwa negara tersebut harus tetap “bersatu dan teguh untuk menanggapi upaya keji semacam itu”.

Menteri Dalam Negeri Ahsan Iqbal mengutuk serangan tersebut sebagai tanda “pengecut” dan mengatakan bahwa musuh Pakistan ingin menyebarkan kekerasan di negara tersebut.

Respon gereja

Komisi Keadilan dan Perdamaian Konferensi Waligereja Pakistan mengutuk “serangan itu sebagai pengecut dan tidak manusiawi itu  terhadap gereja dan umat yang tidak bersalah”.

Dalam sebuah pernyataan pada 17 Desember, komisi tersebut menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan berterima kasih kepada polisi dan pasukan keamanan karena menjamin kehidupan hampir 400 umat yang hadir di gereja tersebut.

Mereka juga meminta pemerintah untuk menangani “unsur-unsur ekstremis dan akar permasalahan” dari intoleransi dan menekankan “kebutuhan untuk memperketat tindakan untuk melindungi semua warga negara, terutama selama masa Natal ini.”

Di Lahore, aktivis Kristen melakukan demonstrasi di luar klub pers lokal pada 17 Desember yang memegang salib raksasa dan poster anti-pemerintah.

Khalid Shehzad, seorang aktivis hak asasi manusia Kristen yang mengorganisir demonstrasi tersebut, mengatakan korban tidak boleh ditawarkan paket kompensasi sendiri.

“Kami menuntut pemerintah untuk mendukung korban selamat seumur hidup, tidak ada polisi yang menghentikan para teroris, pemerintah harus mengalihkan fokus melindungi warga  minoritas agama.  Kami akan tetap damai dan merayakan Natal dengan penuh kegembiraan,” katanya kepada ucanews.com.

Berbagai kelompok agama dan politik Kristen mengumumkan tiga hari berkabung untuk mengungkapkan solidaritas dengan keluarga korban.

Serangan itu

Moazaam Ansari, kepala polisi Baluchistan, mengatakan kepada wartawan bahwa petugas keamanan di gereja tersebut menembak mati salah satu penyerang sementara yang kedua meledakkan dirinya di dekat aula gereja.

Ansari mengatakan pembom ketiga melarikan diri dan operasi pencarian sedang berlangsung.

“Tindakan tepat waktu oleh pasukan keamanan mencegah sebuah tragedi besar karena lebih dari 400 umat hadir di dalam aula gereja itu pada saat serangan terjadi,” katanya.

Seorang wanita paruh baya di gereja tersebut mengkonfirmasi ke TV Pakistan bahwa pasukan keamanan telah menyelamatkan mereka.

“Penembakan dimulai lebih dulu dan kemudian terjadi ledakan. Kami hadir di gereja dan doa sedang berlangsung,” katanya kepada saluran berita SAMAA TV.

“Kami kemudian diselamatkan oleh aparat keamanan.”

Seorang pria yang selamat mengatakan “kami semua berada di dalam gereja saat penembakan dimulai. Tak lama setelah kami mendengar sebuah ledakan besar setelah banyak anak terluka, beberapa orang meninggal di tempat kejadian.”

Juru bicara Rumah Sakit Sipil Dr Wasim Baig mengatakan 42 orang terluka dibawa ke rumah sakit itu, sementara puluhan lainnya yang mengalami luka parah dipindahkan ke Rumah Sakit CMH yang dikelola militer untuk perawatan lebih lanjut.

Serangan tersebut tertangkap kamera pengintai  yang dipasang di dalam dan di luar gereja. Dalam rekaman tersebut, teroris terlihat memaksa masuk ke gereja setelah menembak penjaga keamanan gereja.

Dalam beberapa bulan terakhir, Baluchistan, yang berbatasan  langsung dengan Afghanistan dan Iran,  dirampas oleh serangkaian serangan kekerasan dari kelompok separatis dan militan Islam.

Pada 1 Desember, seorang anak laki-laki Kristen berusia 7 tahun tewas saat teroris melemparkan sebuah granat tangan ke gerbang sebuah koloni Kristen di Chaman.

Pada 15 November, Mohammd Ilyas, seorang perwira polisi senior, istri, anak laki-laki dan cucunya tewas saat orang-orang bersenjata menyerang kendaraan mereka di Quetta.

Sedikitnya 20 pekerja migran yang mencoba menyelinap ke Iran dalam perjalanan mereka ke Eropa ditembak oleh kelompok separatis di provinsi tersebut bulan lalu.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi