UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pertama Kali, Uskup Marawi Kunjungi Katedral yang Hancur

Januari 15, 2018

Pertama Kali, Uskup Marawi Kunjungi Katedral yang Hancur

Saat mengunjungi Marawi pada 11 Januari, Uskup Marawi Mgr Edwin de la Pena menyentuh sisa gambar Yesus yang disalib yang dihancurkan oleh kelompok orang bersenjata. (Foto: Bantuan untuk Gereja yang Membutuhkan)

Setelah gagal beberapa kali, Uskup Marawi Mgr Edwin de la Pena akhirnya mengunjungi gereja katedral yang hancur pada pekan ini atau tiga minggu setelah konflik yang berlangsung lima bulan di Kota Marawi, Filipina bagian selatan, berakhir.

Bersama beberapa orang yang mewakili kelompok Bantuan untuk Gereja yang Membutuhkan, prelatus itu memasuki pusat kota yang hancur serta reruntuhan gereja katedral ersebut pada 11 Januari lalu.

Ia menggambarkan kunjungan itu sebagai sesuatu yang “menyentuh hati” dan menyebut pengalaman ini sebagai “kunjungan yang sangat emosional.”

Saat memasuki bangunan yang hancur itu, Uskup Edwin berlutut di depan altar. Di altar inilah ia merayakan Misa selama 17 tahun.

Kemudian ia berdiri di depan patung Santa Perawan Maria yang dipenggal kepalanya oleh kelompok orang bersenjata yang terinspirasi oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok ini yang menyerang kota itu pada 23 Mei tahun lalu.

Pada dinding di atas altar terdapat sebuah gambar Yesus yang disalib. Gambar ini juga dirusak oleh kelompok bersenjata itu, tapi tentara pemerintah sudah memperbaikinya.

Sebagian besar Kota Marawi masih tertutup bagi warga sipil. Banyak warga sipil masih tinggal di tempat penampungan sementara dan pusat evakuasi di sejumlah kota dan desa sekitarnya.

“Begitu banyak kenangan,” kata Uskup Edwin.

“Dulu kami yang membangun gereja katedral ini. Kini semuanya hancur, bahkan pepohonan yang kami tanam dipenuhi peluru,” lanjutnya.

Setelah berdoa di dalam gereja katedral, ia menemui sejumlah relawan, beberapa di antaranya Muslim. Ia juga menjumpai sejumlah karyawan kantor aksi sosial keuskupan.

Para pemimpin Gereja Katolik di Kota Marawi telah mengingatkan bahwa kelompok orang bersenjata masih berkeliaran di desa-desa di wilayah itu untuk mencari anggota baru.

“Kota ini adalah lahan subur bagi perekrutan teroris,” kata Reynaldo Barnido, direktur eksekutif Duyog Marawi, sebuah program bantuan Gereja.

Ia pun mengaku menerima laporan yang mengatakan bahwa beberapa keluarga di luar kota itu ditawari sekitar 1.000 dolar AS dan ternak jika mereka mau bergabung dalam “sesi perekrutan” kelompok teroris.

“(Mereka) mengindoktrinasi anak-anak dan remaja dengan interpretasi Islam yang ekstrim dan akhirnya melatih mereka tentang perang militer,” katanya.

Meski prioritasnya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat, Uskup Edwin berharap agar masyarakat bersedia membantu membangun kembali gereja katedral itu.

“Saya sangat berharap masyarakat akan membantu kami membangun kembali … tapi prioritas saya bukan membangun melainkan kebutuhan masyarakat,” katanya.

Sesuai kunjungan, ia mengaku tidak tahu bagaimana memulai kembali dengan segala kerusakan itu.

“Namun seperti yang saya sampaikan kepada Anda, saya tahu ada hari esok yang lebih cerah karena di hadapan saya saat ini adalah masa depan Marawi,” katanya dalam sambutan di hadapan para relawan.

Ia mengatakan setelah konflik yang mengungsikan sekitar 400.000 orang dan menewaskan lebih dari 1.000 orang, “baik umat Kristiani dan Islam sadar bahwa mereka saling membutuhkan untuk melangkah maju.”

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi