UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Para Uskup Kachin Bertemu dengan Panglima Militer Myanmar  

Januari 19, 2018

Para Uskup Kachin Bertemu dengan Panglima Militer Myanmar  

Para uskup Kachin bertemu Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing di Naypyidaw pada 16 Januari. (Foto dari Facebook Min Aung Hlaing)

Empat uskup Kachin telah bertemu dengan Panglima militer Myanmar Min Aung Hlaing untuk membicarakan prospek perdamaian di utara negara tersebut, dimana pertempuran di antara militer dan kelompok etnis bersenjata semakin meningkat.
 
Uskup Agung Mandalay Mgr Paul Zinghtung Grawng dan Uskup Lashio Mgr Philip Lasap Za Hawng, Uskup Myitkyina Mgr Francis Daw Tang dan Uskup Banmaw Mgr Raymond Sumlut Gam  menghadiri  pertemuan itu di Bayintnaung Parlor,  Naypyidaw,  16 Januari.
 
Selama satu jam 45 menit, para uskup dan Min Aung Hlaing membahas situasi di Negara Bagian Kachin dan Shan, dimana pertempuran sengit telah meletus dalam beberapa bulan terakhir di antara kelompok etnis bersenjata dan militer Myanmar.
 
Sejak akhir tahun lalu, militer telah melakukan serangan udara dan serangan dengan artileri berat, mengakibatkan ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal dan  melarikan diri dari kamp mereka.
 
Uskup Gam mengatakan bahwa para uskup berbicara kepada Min Aung Hlaing tentang pertempuran yang telah sporadis, situasi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal seperti keinginan mereka untuk kembali ke rumah, dan sulitnya memberikan bantuan kemanusiaan ke kamp-kamp, ​​terutama di daerah-daerah terpencil.
 
“Kami menyampaikan pesan tentang sikap Gereja Katolik untuk mendapatkan perdamaian yang tahan lama melalui dialog dan bukan senjata, dan Gereja siap berpartisipasi dalam pembangunan bangsa  bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan,” katanya kepada ucanews.com.
 
Uskup Gam mengatakan bahwa kepala militer tersebut menegaskan kembali komitmennya untuk mengakhiri perang saudara di Myanmar sambil membuka pintu bagi semua kelompok etnis bersenjata untuk bernegosiasi.
 
Uskup Za Hawng mengatakan  pertemuan tersebut jujur ​​dan konstruktif dan dia berharap diskusi tersebut dapat berdampak pada proses perdamaian dalam jangka panjang.
 
“Ini adalah pertemuan pertama kali di antara uskup Kachin dan pemimpin militer dan ini merupakan langkah maju untuk perdamaian dengan bertemu secara pribadi dan mendiskusikan masalah secara terus terang,” katanya kepada ucanews.com.
 
Para uskup telah berusaha bertemu dengan pemimpin militer tersebut sejak bertemu dengan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi pada  Januari 2017.
 
Namun, pertemuan 16 Januari tersebut terjadi dua bulan setelah Paus Fransiskus mengunjungi Myanmar dan mengadakan pertemuan singkat dengan pemimpin militer tersebut pada 27 November. Paus menyoroti pentingnya perdamaian di Myanmar dan peran yang lebih besar dari militer Myanmar dalam mengakhiri perang saudara, menurut sumber.
 
Min Aung Hlaing mengatakan kepada para uskup bahwa militer tidak memiliki masalah dengan kelompok etnis dan mengadakan pembicaraan damai dengan organisasi etnis bersenjata.
 
“Militer akan menerima diskusi tentang perbedaan dengan organisasi-organisasi ini. Mereka harus memiliki keinginan yang kuat untuk benar-benar memulihkan perdamaian dan tidak mematahkan kesepakatan dan janji damai,” kata Min Aung Hlaing di halaman Facebook-nya pada 17 Januari.
 
Pertarungan telah terjadi di kubu Kristen di Negara Bagian Kachin hilang-muncul sejak tahun 1948 setelah merdeka dari pemerintahan Inggris yang saat itu masih disebut  Birma.
 
Sejak situasi memburuk tahun 2011, lebih dari 100.000 orang telah mengungsi. Sekitar 1,7 juta penduduk di Negara Bagian Kachin adalah orang Kristen, termasuk 116.000 umat Katolik.
 
Suu Kyi berjanji untuk mengakhiri perang saudara selama beberapa dekade di negara ini, namun bentrokan baru telah merongrong prakarsa perdamaiannya.
 
Pertarungan yang sedang berlangsung telah menimbulkan pertanyaan serius tentang seberapa besar pengaruh Suu Kyi terhadap militer.
 
Pengamat mengatakan militer tetap berkuasa di pemerintahan pimpinan sipil dan telah melakukan serangan baru-baru ini untuk menekan pejuang Kachin untuk menandatangani sebuah kesepakatan gencatan senjata.
 
Tentara Kemerdekaan Kachin belum menandatangani sebuah kesepakatan gencatan senjata nasional, baru delapan dari 20 kelompok bersenjata yang telah menandatangani sejauh ini.
Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi