UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pakistan Buka Kembali Gereja Menyusul Protes

Januari 23, 2018

Pakistan Buka Kembali Gereja Menyusul  Protes

Pemerintah provinsi Khyber Pakhtunkhwa, yang dipimpin oleh Kepala Menteri Pervez Khattak (tengah yang mengangkat tangan), telah dikritik atas sikapnya terhadap kaum minoritas. (Foto: A. Majeed/AFP)

Provinsi Khyber Pakhtunkhwa di Pakistan barat laut telah mengizinkan enam gereja Kristen dibuka kembali, setelah dua minggu ditutup paksa karena alasan keamanan, kata perwakilan minoritas.

Gereja-gereja  rumah itu berada di Abbottabad, kota di mana pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden ditemukan dan terbunuh dalam sebuah serangan oleh pasukan komando Angkatan Laut Amerika Serikat (AS)  tahun 2011.

Larangan yang mengejutkan tersebut, yang terjadi tak lama setelah AS menempatkan Pakistan dalam daftar khusus yang harus diperhatikan untuk pelanggaran berat kebebasan beragama, hal itu membuat marah pemimpin minoritas dan aktivis hak asasi manusia yang menyebut tindakan tersebut diskriminatif.

Larangan tersebut dibatalkan oleh Khyber Pakhtunkhwa lewat juru bicara Asad Qaiser ketika masalah tersebut diajukan oleh anggota parlemen oposisi di majelis provinsi.

“Semua gereja mendapat izin verbal untuk membuka kembali dan beribadah sesuai dengan kepercayaan dan agama mereka. Kami mengharapkan untuk segera mendapat perintah tertulis,” kata Pastor Christopher Shakar dalam sebuah pernyataan.

“Kami bersyukur atas dukungan semua orang karena menyertai kami saat kami menghadapi kesulitan untuk menyembah Tuhan kami. Tuhan telah membuktikan sekali lagi dia selalu bersama kita.”

Menurut pastor, Misa hari Minggu juga diadakan di gereja-gereja.

Basharat Khokhar, seorang aktivis hak minoritas, telah mengutuk pemerintah Khyber Pakhtunkhwa karena perilaku merugikan terhadap agama minoritas.

“Di satu sisi, pemerintah ingin membayar miliaran rupee kepada ulama Muslim, sementara di sisi lain pihaknya menutup tempat ibadah Kristen,” kata Khokhar.

Pada 18 Januari, Kepala Menteri Khyber Pakhtunkhwa Pervez Khattak menyetujui sebuah rencana untuk memberikan uang saku bulanan sebesar 10.000 rupee (US$ 100) kepada ribuan pemimpin doa Muslim dalam sebuah skema yang akan menelan biaya 3 miliar rupee.

Pastor Arshad Nayer, seorang imam Katolik setempat, mengatakan bahwa pemerintah “akan memberikan pesan buruk kepada kaum minoritas” jika tidak menarik keputusan untuk menutup gereja-gereja tersebut.

“Alih-alih memberikan keamanan untuk gereja-gereja tersebut, pemerintah justru merasa nyaman dengan menutupnya,” katanya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi