Konferensi Waligereja Jepang memutuskan untuk sekali lagi membagi dua kampus Katolik Jepang menjadi dua seminari, mengubah kembali gabungan antara kampus Tokyo dan kampus Fukuoka yang berlangsung tahun 2009.
Pada pertemuan paripurna biasa 1968 Konferensi Waligereja Jepang (CBCJ), 16 uskup memutuskan Seminari Tinggi Jepang, yang memiliki kampus di kedua kota tersebut, akan dipisahkan menjadi dua Seminari Tinggi Antar-Keuskupan.
CBCJ mengeluarkan sebuah pernyataan yang menjelaskan latar belakang Seminari Tinggi Jepang dan keputusan terakhir para uskup. Pernyataan tersebut tertanggal 20 Februari yang dirilis di situs CBCJ tiga hari kemudian.
Seminari Tinggi Jepang terdiri dari dua kampus, yang pada awalnya dikenal sebagai Seminari Antar-Keuskupan Tokyo dan Seminari Tinggi St. Sulpice Fukuoka.
Seminari Tinggi Tokyo dikelola oleh para Yesuit dari tahun 1947-1970, sebelum diserahkan ke komite CBCJ. Serikat Para Imam Santo Sulpice mengelola Seminari Tinggi Fukuoka sejak 1948.
Di bawah sistem gabungan, para calon imam diosesan membagi tahun-tahun pembinaan mereka di Seminari Tinggi selama enam tahun di antara dua kampus tersebut, yang berjarak 900 kilometer.
Menurut pernyataan CBCJ, para uskup mulai meninjau kembali penggabungan tersebut tahun 2014 karena kesulitan keuangan dan kepegawaian yang dihadapi dalam menjaga kedua kampus tersebut.
Para uskup cenderung setuju bahwa seharusnya hanya ada satu seminari tinggi tapi mereka tidak dapat memutuskan kampus mana yang harus tetap dipertahankan.
Para prelatus dari provinsi gerejani Tokyo dan Osaka ingin bekerja sama dengan Universitas Sophia yang dikelola Yesuit di Tokyo.
Namun, para uskup dari provinsi Nagasaki ingin mendidik para galon imam mereka secara integral berdasarkan metode Sulpician.
Beberapa umat Katolik juga berpendapat bahwa mempertahankan dua kampus atau seminari tinggi adalah cara yang lebih baik untuk menarik panggilan lokal.
Pada sidang pleno luar biasa CBCJ pada September 2017, para uskup dari Nagasaki, Fukuoka, Kagoshima dan Oita mengusulkan untuk mendirikan sebuah Seminari Tinggi Antar-Keuskupan.
Setelah keputusan CBCJ bulan lalu, Seminari Tinggi Fukuoka akan digunakan oleh kelima keuskupan di provinsi Nagasaki. Sementara itu 11 uskup dari keuskupan lain akan mengirim para frater mereka ke Tokyo.