Pejabat pemerintah dan Gereja memuji mendiang uskup agung Vietnam bagian selatan karena menghadirkan cinta, perhatian dan kegembiraan kepada orang lain.
Uskup Agung Ho Chi Minh City Mgr Paul Bui Van Doc wafat karena stroke pada 6 Maret di Roma di saat dia dan para uskup Vietnam lainnya mengadakan kunjungan ad limina ke Vatikan.
Jenazahnya diantar kembali ke keuskupan agung Ho Chi Minh City pada 15 Maret dan disemayamkan di Katedral Notre Dame pada hari berikutnya untuk memberi kesempatan penghormatan terakhir kepada umat Katolik sebelum dimakamkan di Pemakaman Keuskupan pada 17 Maret. Banyak orang melayat dan mendoakannya setiap saat, sementara 10.000 orang menghadiri pemakamannya.
Wakil Perdana Menteri Vietnam Truong Hoa Binh memberi kesan kepada mendiang Uskup Agung Doc sebagai seorang pemimpin Gereja yang memiliki peran penting dalam membangun dan mengembangkan Gereja Vietnam. Dia adalah “seorang gembala yang lembut, baik hati dan rendah hati yang berhubungan baik dengan semua orang.”
Mantan ketua Konferensi Waligereja Vietnam itu memimpin umat Katolik untuk bersama bangsa, membangun tanah air dan membawa umat beragama untuk terus bersatu, demikian Binh menuliskan kesannya dalam buku tamu pemakaman tersebut.
Nguyen Thien Nhan, sekretaris Partai Komunis Ho Chi Minh City, mengatakan Uskup Agung Doc bekerja sama dengan instansi pemerintah dan bersama-sama melewati berbagi tantangan dan prestasi di kota tersebut.
“Dia meminta para imam setempat, umat beragama dan umat awam melaksanakan pesan Paus Benediktus XVI dengan baik bahwa umat Katolik yang baik juga warga negara yang baik,” tulisnya dalam buku tamu pemakaman tersebut.
Nhan mengatakan, wafatnya Uskup Agung Doc adalah kehilangan besar bagi Gereja Katolik Vietnam dan kota Ho Chi Minh City. Dia juga mendupai dan berdoa bagi jiwa yang telah meninggal itu untuk beristirahat selamanya dalam terang Kebangkitan.
Presiden Tran Dai Quang, mantan perdana menteri Nguyen Tan Dung dan perdana menteri, pejabat daerah setempat, gubernur tetangga dan sejumlah organisasi dalam dan luar negeri mengirim karangan bunga memberikan penghormatan kepada uskup agung tersebut.
Surat kabar Tuoi Tre yang dikelola negara bagian mengatakan mendiang uskup agung, yang motto uskupnya: “Tuhan adalah sukacitaku,” menjalani hidup dengan sukacita dan mewartakan sukacita bagi orang lain, apapun agama dan kepercayaan mereka.
Surat kabar itu memujinya karena peduli pada semua anak Tuhan, terutama orang miskin di daerah terpencil. Uskup Agung Doc merayakan Misa pada malam 2018 di sebuah stasiun misi di distrik Nha Be yang terpencil.
Surat kabar itu juga memujinya karena “menjalani kehidupan yang sederhana dan tidak ragu-ragu untuk meminta maaf atas kesalahannya.”
Pada pentahbisannya sebagai uskup agung Ho Chi Minh City tahun 2014, dia mengatakan: “Mohon doakan kami, sebagai gembala Anda, dan maafkan kesalahan kami saat kami melayani Anda.”
Uskup Agung Joseph Nguyen Chi Linh, ketua Konferensi Waligereja Vietnam, memimpin upacara pemakaman secara konselebrasi dengan selebran utama Kardinal Peter Nguyen Van Nhon, uskup agung Hanoi, Kardinal Emeritus John Baptist Pham Minh Man, uskup agung Ho Chi Minh City, dan para uskup dari 26 keuskupan di negara tersebut. Sebanyak 700 imam juga ikut dalam upacara tersebut.
Dalam kotbahnya, Kardinal Nhon, 80, mengatakan uskup agung tersebut diinspirasi oleh semangat konsili Vatikan II saat ia mempelajari teologi dan filsafat di Universitas Kepausan Urbaniana Roma. Dia memancarkan roh Vatikan II kepada banyak imam ketika dia mengajar di seminari, kata kardinal.
Kardinal Nhon, teman dekatnya, mengatakan mendiang uskup agung itu telah menjalani kehidupan doa dan dialog.