Para imam dan biarawati yang bergabung dengan confessio peccati atau “pengakuan dosa” dan “jalan pertobatan” di ibukota Filipina pada 21 Maret diminta untuk “menemani mereka yang menderita” sebagai bagian dari penebusan dosa mereka.
Kegiatan itu, yang diadakan tepat sebelum dimulainya Pekan Suci, adalah bagian dari perayaan “Tahun Klerus.”
Uskup Agung Lingayen-Dagupan Mgr Socrates Villegas mengingatkan para rohaniwan dan religius untuk “menemani mereka yang menderita dan haus akan keadilan.”
Dia mengatakan gerakan yang sedang berjalan ini adalah “gerakan pengiring” untuk menunjukkan bahwa Gereja “menemani mereka yang telah membunuh (dan) mereka yang telah dibunuh.”
Prelatus itu adalah kritikus vokal terhadap “perang total” pemerintah terhadap narkoba yang dilaporkan telah membunuh sekitar 12.000 orang.
Namun, pihak berwenang Filipina mengatakan kurang dari 3.000 pengguna dan pengedar narkoba yang diduga telah tewas dalam operasi polisi dalam 20 bulan terakhir.
Perjalanan yang disebut “Jalan Salib, Jalan Penyembuhan” merupakan tanggapan terhadap desakan para uskup agar para rohaniwan membuat “refleksi yang tulus dan pertobatan yang rendah hati dan penebusan.”
Uskup Agung Villegas mengatakan mereka yang telah menyebabkan penderitaan harus ditemani, dan ia “menemani adalah cara lain untuk mencintai.”
Prelatus itu mengatakan bahwa “menuntun orang lain kita harus mengenal kekurangan orang-orang yang kita tuntun.”
“Menemani berarti bersikap konfrontatif, menemani berarti menantang saudara-saudari kita, diri kita sendiri bahwa ada sesuatu yang salah,” kata uskup agung.
Dalam semangat masa prapaskah, prelatus itu mengatakan “menyakiti mereka yang harus disakiti” seharusnya bukan berasal dari kebenaran diri sendiri tetapi harus ada “undangan untuk pertobatan.”
Dia mengatakan untuk dapat menemani dan bekerja dengan orang miskin dan korban ketidakadilan, imam, biarawati dan religius harus “mengakui kebutuhan kita sendiri untuk ditemani.”
“Kita tidak boleh melupakan kebutuhan kita sendiri untuk ditemani,” kata prelatus itu. “Pertemuan kita dimaksudkan untuk menawarkan kepada diri kita sendiri sarana untuk menyembuhkan diri dari pelanggaran kita,” katanya.
Perhimpunan Pemimpin Tarekat Religus di Filipina memimpin kegiatan itu untuk memberi kesempatan bagi para imam dan kongregasi untuk “mengakui kesalahan dan kekurangan mereka.”
Jalan tobat ini adalah “stasi” yang mendramatisasi salib kontemporer yang harus dibawa oleh orang Kristen Filipina, termasuk bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim dan pembunuhan karena perang anti-narkotika pemerintah.
Ritual tobat ditunjukkan pada tindakan pertobatan Paus Yohanes Paulus II tahun 2000 untuk menebus dosa yang dilakukan oleh Gereja Katolik terhadap orang Yahudi, bidaah, wanita, dan masyarakat adat.