UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Sejumlah Uskup di Filipina Dukung Kelanjutan Pembicaraan Damai

April 4, 2018

Sejumlah Uskup di Filipina Dukung Kelanjutan Pembicaraan Damai

Pemberontak komunis merayakan ulang tahun ke-49 di sebuah desa pedalaman pada Desember 2017. (Foto: Mark Saludes)

Sejumlah uskup Katolik dan Protestan di Filipina mendukung desakan anggota parlemen agar pemerintah melanjutkan negosiasi damai dengan pemberontak komunis.

Menjelang Pekan Suci, 61 anggota parlemen menandatangani sebuah resolusi yang meminta Presiden Rodrigo Duterte untuk melanjutkan pembicaraan damai dengan Front Demokrasi Nasional.

Resolusi itu juga mendesak presiden agar merampungkan kesepakatan komprehensif pemerintah terkait reformasi sosial, ekonomi dan politik dengan pemberontak.

Kesepakatan tersebut menyelesaikan berbagai isu reformasi agraria dan industrialisasi nasional.

“Melanjutkan pembicaraan damai akan memberi manfaat kepada masyarakat Filipina yang sebagian besar adalah petani dan buruh miskin,” demikian bunyi resolusi itu.

Dewan Gereja-Gereja Evangelisasi Filipina memuji anggota parlemen dan mengatakan: “Perdamaian yang adil dan tahan lama tidak bisa dicapai melalui senjata.”

Uskup Noel Pantoja, direktur nasional Dewan Gereja-Gereja Evangelisasi Filipina, meminta baik pemerintah dan pemberontak untuk mencari “cara yang layak untuk menyelesaikan kebuntuan saat ini.”

Sementara itu, Uskup Emeritus Kalookan Mgr Deogracias Iniquez menantang Presiden Duterte untuk mengejewantahkan pesan Paskah-nya dan “memperbaiki perbuatannya demi perdamaian.”

Ia mengatakan Presiden Duterte “hendaknya mengubah caranya dan menemukan jalan menuju perdamaian.”

Dalam pesan Minggu Paskah, Presiden Duterte mengajak masyarakat Filipina untuk “menanamkan kerendahan hati dan pengampunan dalam hati kita.” Menurutnya, hal ini akan membebaskan mereka “dari belenggu kebencian dan keserakahan.”

Uskup San Jose Mgr Robert Mallari merasa optimis bahwa pemerintah dan pemberontak akan “menemukan lebih banyak alasan untuk berbicara daripada mengobarkan perang.”

“Kami optimis, cepat atau lambat kedua pihak akan saling mendengarkan,” kata prelatus itu.

Presiden Duterte mengakhiri negosiasi damai pada November lalu sebagai tanggapan atas serangan pemberontak terhadap pasukan pemerintah.

Desember lalu, Presiden Duterte menandatangani sebuah pernyataan yang menyatakan Partai Komunis Filipina dan pasukan bersenjatanya, Tentara Rakyat Baru, sebagai organisasi teroris.

Kepala tim negosiator pemberontak, Fidel Agcaoili, mengatakan mereka terbuka terhadap kemungkinan kelanjutan pembicaraan damai “tanpa prasyarat apa pun.”

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi