UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pemuda Kristen-Muslim di Marawi Adakan Dialog

April 19, 2018

Pemuda Kristen-Muslim di Marawi Adakan Dialog

Orang Muda Kristen dan Muslim dari Marawi, Filipina bagian selatan, yang menderita akibat konflik bersenjata lima bulan tahun 2017, menghadiri pertemuan tiga hari bertujuan untuk dialog antaragama di daerah itu. (Foto: Mark Saludes/ucanews.com)

Untuk pertama kalinya sejak konflik di kota Marawi, Filipina selatan, tahun 2017, sekelompok umat Kristen dan Muslim berkumpul  mengadakan  dialog antaragama selama tiga hari di kota itu pada pertengahan April untuk menumbuhkan kembali perdamaian.

Sekitar 30 siswa bergabung dengan kegiatan yang dipelopori oleh sekretariat aksi sosial keuskupan Marawi  yang bertujuan “mensharingkan pengalaman  kehidupan dan iman” dan “menemukan dasar yang kuat untuk bersatu  menuju perdamaian.”

Reynaldo Barnido, sekretaris eksekutif Duyog Marawi, mengatakan kegiatan itu bertujuan  “menanam benih perdamaian dan harmoni di kalangan  orang Filipina dari agama yang berbeda.”

Duyog Marawi, atau Satu dengan Marawi, adalah program rehabilitasi keuskupan dan Kongregasi Redemptoris di kota yang dilanda perang itu.

“Kami fokus pada pemuda Muslim dan Kristen  karena mereka adalah pemimpin masa depan,” kata Barnido, “Mereka juga mewakili Mindanao hari ini,” katanya.  Karena  Marawi berada di Pulau Mindanao.

Ribuan penduduk Marawi masih menempati  tempat penampungan sementara setelah konflik yang menghancurkan sebagian besar bangunan di kota itu tahun lalu.

Tragedi ini dimulai pada  Mei ketika orang-orang bersenjata yang diilhami oleh ISIS menyerang Marawi, mengakibatkan lebih dari seribu orang tewas dan menelantarkan sekitar 400.000 orang lainnya.

Para penyelenggara mengatakan mereka membantu orang muda Muslim dan Kristen  membangun perdamian di  Marawi di masa depan.(Foto: Mark Saludes/ucanews.com)

 

Barnido mengatakan kepada ucanews.com bahwa saat ini program Gereja Katolik memberikan layanan bantuan kepada para korban konflik, “itu adalah tujuan utama kami  melakukan respon jangka panjang berbasis Gereja guna membangun perdamaian.”

“Kami di sini tidak akan  berbicara tentang doktrin atau perbedaan praktik dan keyakinan. Tujuan kami adalah mencari kesamaan,” kata Rayhanah Bantuas, salah satu koordinator acara dari 13-15 April.

Para pemimpin agama Kristen dan Muslim menyatakan optimisme bahwa mengorganisir kegiatan  semacam itu di kalangan orang muda akan membantu membangun perdamaian di kota ini.

Sultan Marawi Abdul Hamidullah Atar mengatakan kota ini  bisa  maju meskipun menyimpan bekas-bekas luka dari konflik “karena kita masih memiliki orang-orang muda seperti mereka ini.”

“Kaum muda akan menjembatani kesenjangan di kalangan agama-agama dan masyarakat. Mereka akan mencapai apa yang para pemimpin tua negara ini gagal capai,” kata Sultan Atar.

Uskup Agung Caceres Mgr Rolando Tria Tirona, ketua  Caritas Konferensi Waligereja Filipina, mengatakan membesarkan anak-anak muda menjadi pendidik perdamaian akan mengekang munculnya ekstremisme kekerasan di pulau itu.

“Kami harus menunjukkan kepada warga Filipina muda bahwa mereka adalah pemangku kepentingan  di masa depan,” kata prelatus itu, yang menghadiri kegiatan itu.

Acara bertajuk  “Young Muslim-Christian Life Encounter,” adalah bagian dari program pembangunan perdamaian yang lebih luas yang dijalankan oleh Duyog Marawi, yang memiliki 140 relawan dan 40 staf, yang sebagian besar adalah orang muda Muslim.

Program Gereja dengan dana awal berjumlah Rp 5,5 milyar yang berasal dari sumbangan keuskupan-keuskupan Filipina lainnya dan lembaga-lembaga sosial Gereja.

Upaya program pembangunan perdamaian  melayani sekitar  20.000 rumah tangga di 18 komunitas Muslim di Marawi dan kota-kota terdekat.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi