UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Imam Katolik yang Dibunuh Dimakamkan di Filipina Utara

Mei 9, 2018

Imam Katolik yang Dibunuh Dimakamkan di Filipina Utara

Para pastor memimpin prosesi pemakaman Pastor Mark Anthony Ventura di keuskupan agung Tuguegarao pada 7 Mei. (Foto: Mark Saludes)

Seorang imam Katolik yang ditembak mati  di Filipina utara pekan lalu dimakamkan pada  7 Mei. Pihak berwenang menggandakan upaya mereka untuk menangkap para pembunuhnya.

Sekitar 1.000 orang menghadiri prosesi pemakaman mendiang Pastor Mark Anthony Ventura di keuskupan Tuguegarao.

Imam berusia 37 tahun itu tewas pada 29 April, setelah merayakan Misa di sebuah stasi misi di Gattaran, provinsi Cagayan.

“Kami baru saja kehilangan seorang imam yang berdedikasi, orang yang berbau seperti domba-dombanya, dan mati dengan peluru,” kata Uskup Agung Tuguegarao Mgr Sergio Utleg kepada para pelayat.

Sejumlah  uskup dan sekitar 50 imam dari beberapa keuskupan juga menghadiri Misa pemakaman Pastor Ventura.

Uskup Agung Utleg mengatakan Gereja “dikejutkan oleh insiden mengerikan itu.”  Imam yang dibunuh itu “tidak layak untuk mati.”

Prelatus itu mengatakan bahwa jika seorang imam bisa mati secara brutal, “siapa yang bisa mencegah siapapun termasuk diriku untuk dibunuh dengan alasan yang tidak jelas?”

Uskup agung mengatakan Pastor Ventura secara sukarela ditugaskan ke stasi misi San Isidro Labrador di mana dia dibunuh.

“Di sana ia bekerja sebagai pekerja yang baik dan melayani Tuhan tanpa kenal lelah. Ia mengajar di sekolah pada hari kerja dan menggembalakan kawanannya di akhir pekan,” kata Uskup Agung Utleg.

Prelatus itu menggambarkan Pastor Ventura sebagai seorang imam “yang sehat dan jiwa yang semangat.”

“Kami semua mengharapkan darinya pelayanan yang lama dan bermanfaat sebagai seorang imam. Semua itu hilang sekarang, secara brutal diakhiri oleh peluru pembunuh,” kata Uskup Agung Utleg.

Ditembak oleh pembunuh bayaran

Penyidik ​​polisi mengatakan Pastor Ventura, seorang aktivis lingkungan dan pendukung hak-hak masyarakat suku, “ditembak mati oleh pembunuh bayaran”  karena  “dendam pribadi  serius.”

Mereka mengatakan para pembunuh itu tampaknya tidak secara pribadi mengenal Pastor Ventura karena sebelum menembaknya mereka meminta penduduk desa  menunjukkan yang mana Pastor Ventura.

Setidaknya dua saksi telah memberikan deskripsi penembak dan bagaimana kejadian berlangsung.

Uskup Agung Utleg mengatakan pembunuhnya adalah “produk budaya dan masyarakat … di mana kurangnya penghormatan pada sesuatu yang suci dan orang suci.”

Prelatus itu mengatakan pembunuhan itu adalah “sebuah hukuman atas kegagalan kita sendiri sebagai masyarakat, sebuah masyarakat yang memungkinkan pembunuhan dan pembunuhan tidak  diproses hukum.”

Uskup Alexander Wandag dari Santiago mendesak umat Katolik  “melawan budaya impunitas dan berjuang demi keadilan.”

“Ada begitu banyak kematian yang tidak diproses secara hukum dan tidak adanya keadilan di negara ini memperburuk situasi sosial dan hak asasi manusia,” katanya.

Menyerang komunitas

Uskup Deogracias Iniguez, ketua Forum Uskup Ekumenis, mengatakan pembunuhan Pastor Ventura adalah “serangan terhadap orang-orang yang dia layani dan cintai.”

“Para pelaku tidak hanya membunuh seorang imam, mereka mengambil kehidupan seorang imam yang memberi harapan meskipun ada kesulitan dan pengorbanan kepada yang terabaikan,” katanya.

Pastor Ventura adalah imam Katolik kedua yang dibunuh dalam empat bulan ini. Pada 4 Desember 2017, Pastor Marcelito Paez dari Keuskupan San Jose ditembak mati setelah membantu pembebasan tahanan politik.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi