UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Para Uskup Filipina Menolak Pastor Membawa Senjata

Juni 12, 2018

Para Uskup  Filipina Menolak  Pastor Membawa Senjata

Para imam menghadiri Misa pembukaan Tahun Klerus di Manila pada November 2018. (Foto: Angie de Silva)

Konferensi Waligereja Filipina mengkritik permohonan penggunaan senjata  untuk para imam sebagai langkah perlindungan setelah serangan berlanjut  terhadap anggota klerus itu.

Permintaan datang dari beberapa tempat bagi para imam untuk mengambil manfaat dari undang-undang tahun 2014 yang memungkinkan jurnalis, pastor, pengacara, dokter, perawat, akuntan, dan insinyur untuk membawa senjata api saat pergi ke luar rumah mereka.

Permintaan datang setelah empat insiden penembakan baru-baru ini terhadap para imam.

Pada  6 Juni, Pastor Rey Urmeneta, seorang imam  berusia 64 tahun di provinsi Laguna, selamat dari serangan senjata oleh dua penyerang.

Dia adalah imam ketiga yang ditembak dalam enam bulan terakhir.

Pada  April, Pastor Mark Ventura dari kota Gattaran, Filipina utara, meninggal setelah ditembak oleh seorang pria bersenjata tak lama setelah merayakan Misa hari Minggu.

Pada 4 Desember 2017, Pastor Marcelito Paez juga ditembak mati di kota Jaen, provinsi Nueva Ecija.

Namun, Konferensi Waligereja Filipina menolak keras terhadap ide untuk mempersenjatai para imam.

“Mempersenjatai para imam bukanlah solusi untuk kejahatan terhadap mereka,” kata Pastor Jerome Secillano, sekretaris eksekutif Dokumen dan Penerangan Konferensi Waligereja Filipina.

Dia mengatakan tidak perlu bagi para imam untuk mempersenjatai diri karena seperti warga biasa lainnya, mereka juga berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintah.

“Jika (pastor) dimusuhi warga lain, membunuh mereka tidak perlu berlebihan dan brutal,” kata Pastor Secillano, seraya menambahkan bahwa imam seharusnya tidak dianggap sebagai “musuh.”

Mgr Arturo Bastes, uskupkeuskupan Sorsogon mengatakan, imam mendapat perlindungan dari “malaikat, bukan senjata.”

“Saya adalah masyarakat tanpa senjata. Kami para imam tidak takut akan bahaya. Jika masyarakat, terutama orang miskin, terkapar bahaya, kami tidak bisa menghindari mereka,” kata Mgr Ramon Arguelles, uskup keuskupan agung Lipa.

Mgr Honesto Ongtioco, uskup keuskupan Cubao mengatakan “panggilan dan peran imam dalam transformasi masyarakat” berbeda dari orang lain.

“Keamanan kami lebih pada apa yang kami lakukan, bagaimana kami berinteraksi dan hidup dengan para warga,” kata prelatus itu.

Sementara itu Menteri Kehakiman Philipina mengatakan ia akan  memasukkan dalam anggaran tahun depan yang diusulkan untuk pendanaan departemennya dalam rangka pembelian senjata api untuk jaksa.

Menardo Guevarra mengatakan langkah itu adalah tanggapan atas pembunuhan jaksa dalam beberapa bulan terakhir, terutama di provinsi-provinsi.

Dia membuat pengumuman menyusul pembunuhan seorang jaksa selama insiden perampokan di Quezon City pada 4 Juni.

Setidaknya tujuh jaksa telah tewas dalam dua tahun terakhir, demikian laporan polisi.

Sebelum undang-undang tahun 2014, orang-orang seperti imam dan jaksa, seperti warga negara lainnya, diminta untuk membuktikan bahwa mereka “di bawah ancaman sebenarnya” sebelum dikeluarkan izin khusus untuk membawa senjata api.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi