UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Orang Asia Pertama Memimpin Kongregasi Suster Assumpta

Juli 11, 2018

Orang Asia Pertama Memimpin Kongregasi Suster Assumpta

Suster Rekha Chennattu dari Kongregasi Suster-suster Assumpta terpilih pemimpin umum kongregasi religiusnya pada 5 Juli yang diadakan di Lourdes, Prancis.

Suster Rekha Chennattu dari Kongregasi Suster-suster Assumpta, adalah orang Asia pertama yang terpilih  memimpin kongregasi yang berbasis di Paris itu,  mengatakan prioritasnya ialah melayani orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Suster Chennattu, dari India, terpilih sebagai pemimpin umum Kongregasi Suster-suster Assumpta pada  5 Juli yang diadakan di Lourdes, Prancis.

“Itu bukan pilihan saya dan saya pikir itu adalah pilihan Tuhan,” kata Suster Chennattu, seorang profesor Kitab Suci  dan seorang peserta Sinode Para Uskup tentang Evangelisasi Baru di Vatikan.

Berfokus pada orang-orang terlantar akan menjadi “tanda identitas” kongregasinya selama enam tahun ke depan selama  masa kepemimpinannya, kata Suster Chennattu kepada ucanews.com.

“Sepanjang hidupku, aku menemukan pilihan Tuhan untukku selalu lebih baik daripada pilihanku,” kata biarawati itu.

Dia adalah anggota komisi Teologi dari Federasi Konferensi-konferensi Waligereja  Asia (FABC) dan seorang anggota staf pengajar di Jnana-Deepa Vidyapeeth, yang merupakan sebuah lembaga filsafat dan teologi milik kepausan yang berbasis di Pune, India.

Kongregasi Assumpta ididirikan  tahun 1839 di Prancis oleh Santa Marie-Eugenie de Jesus dan sekarang memiliki anggota di lebih dari 40 negara yang melayani di 33 negara di Amerika, Asia, Afrika dan Eropa. Di India, mereka memiliki komunitas di sejumlah negara bagian – Kerala, Maharashtra, Bihar dan Jharkhand.

Suster Chennattu, yang merupakan anggota Gereja Syro-Malabar yang berbasis di Kerala, mengatakan bahwa dia akan benar-benar berkomitmen untuk peran barunya dan mengandalkan dukungan para suster di seluruh dunia.

Suster Chennattu mengatakan mereka akan mendedikasikan diri untuk membantu orang-orang seperti para migran, tunawisma, dan Dalit,  yang sebelumnya dikenal sebagai “orang-orang yang tak tersentuh”.

Ini adalah prinsip panduan untuk bekerja pada “batas-batas dalam pelayanan kehidupan.”

Sebuah pernyataan dari Kongregasi Assumpta  mengatakan bahwa kapitel umum menantikan periode anugerah dan kelahiran kembali.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi