UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Para Uskup Berjuang Mengalahkan Politik Memecah Belah India

Agustus 3, 2018

Para Uskup Berjuang Mengalahkan Politik Memecah Belah India

Mgr Theodore Mascarenhas, sekjen Konferensi Waligereja India(kiri), bersama Kepala Menteri Bengal Barat Mamata Banerjee (tengah) dan Mgr Thomas D'Souza, uskup agung Kalkuta ketika mereka menyanyikan lagu kebangsaan pada pertemuan dengan tema "Cintailah sesamamu" di New Delhi pada 31 Juli. (Foto: Bijay Kumar Minj/ucanews.com)

Sebuah program yang diorganisasi Gereja Katolik di New Delhi telah meminta para politisi India  berhenti memecah belah dan menggunakan agama sebagai cara menarik pemilih.

Pemimpin oposisi terkemuka, Mamta Banerjee, termasuk di antara sejumlah  pembicara yang menyuarakan keprihatinan atas perpecahan di kalangan masyarakat India selama pertemuan yang diselenggarakan Konferensi Waligereja  India pada 31 Juli.

“Sejumlah  orang berusaha  membelah  negara itu atas nama agama, kasta dan keyakinan. Tapi, kita tidak bisa duduk di sini sebagai penonton bisu,” kata Banerjee, ketua partai Kongres Trinamool (akar rumput), pada pertemuan yang dihadiri sekitar 1.000 orang.

“Waktu telah tiba bagi kita untuk bersatu dan meningkatkan suara kita,” katanya.

Dengan tema “Cintailah sesamamu,” pertemuan ini diadakan karena pemimpin Partai Bharatiya Janata yang berkuasa di India (BJP) memaksakan ideologi pro-Hindu mereka menjelang pemilu awal tahun depan.

Banerjee, yang juga menteri kepala negara bagian Bengal Barat, mengatakan tema pertemuan yang dipilih itu sangat tepat karena “beberapa kekuatan komunal mencoba mendikte apa yang harus kita makan, pakaian dan bagaimana kita harus mempraktikkan iman kita.”

Dia menyinggung kasus-kasus pelecehan dan kekerasan yang dilakukan terhadap orang Kristen dan Muslim oleh kelompok-kelompok Hindu garis keras sejak Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa memimpin BJP  tahun 2014.

Para pemimpin seperti Banerjee menuduh pemerintah BJP di New Delhi dan sebagian besar negara bagian India utara mendukung kelompok Hindu yang menyerang minoritas agama.

Banerjee mengatakan beberapa pejabat  negara bagian menargetkan organisasi Kristen dengan agenda menodai Gereja Katolik dan para misionaris. Dia mengatakan bahwa perintah baru-baru ini menyelidiki beberapa organisasi Kristen termasuk Kongregasi  Suster-suster Misionaris Cinta Kasih (MC), yang didirikan oleh Ibu Teresa di ibukota negara bagian Kalkuta.

“Para misionaris dan Gereja telah melakukan banyak pelayanan dan tidak seorang pun dapat menyangkal hal itu dan contoh terbaiknya adalah Ibu Teresa kita sendiri yang bekerja tanpa lelah untuk orang miskin,” katanya.

Pastor Joseph Manipadam, sekretaris komisi pendidikan dan kebudayaan  konferensi waligereja India, mengatakan kepada ucanews.com bahwa seminar itu diadakan untuk mempromosikan diskusi mengenai tantangan yang dihadapi bangsa.

“Kami ingin memberikan pesan bahwa Kristen tidak mempromosikan kebencian tetapi selalu berbicara tentang cinta dan persaudaraan,” katanya.

Uskup Theodore Mascarenhas, sekjenl konferensi waligereja India, mengatakan kepada ucanews.com bahwa organisasi itu menyelenggarakan sidang karena “suasana negatif seperti kebencian dan kekerasan ada di negara ini … kami ingin menekankan pendekatan positif.”

Dia dan sejumlah  pemimpin lain di pertemuan itu meminta politisi untuk berhenti menggunakan agama untuk menggait pemilih dan mengkritik sikap negatif mereka terhadap minoritas seperti Dalit dan orang-orang suku.

Mgr  Thomas D’Souza, uskup agung Kalkuta, ketua komisi pendidikan dan kebudayaan konferensi waligereja India mengatakan: “Setiap upaya untuk mempolarisasikan dan membagi orang harus dihalangi dan dikecam.”

Hakim Mahkamah Agung Franklin Caesar mengatakan  setelah enam dekade kemerdekaan India, orang Kristen dari Dalit “masih berjuang  mendapatkan hak-hak keamanan sosial” yang dinikmati oleh rekan-rekan mereka beragama Hindu.

Dalit Kristen dan Muslim dikeluarkan dari konsesi sosial yang dapat mengangkat status sosial mereka – seperti untuk pekerjaan dan kuota pendidikan – dengan alasan bahwa agama mereka tidak mengakui sistem kasta.

India memiliki sekitar 27 juta orang Kristen dan setidaknya 60 persen dari mereka berasal dari Dalit atau latar belakang pribumi yang berjuang secara sosial dan ekonomi.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi