UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat ​​Katolik Tamil Terus Berusaha Menyelesaikan Pembangunan  Gereja di Myanmar

Agustus 29, 2018

Umat ​​Katolik Tamil Terus Berusaha Menyelesaikan Pembangunan  Gereja di Myanmar

Gereja St. Antoniusdi desa Hton-Bo-Quay dibangun kembalitahun 2016 dengan biaya sekitar 9 miliar rupiah. (Foto: ucanews.com)

Wisatawan yang berkunjung ke sebuah desa Katolik Tamil di Myanmar disambut sebuah Salib Suci saat memasuki gerbangnya dan dapat melihat Gereja St. Antonius  sebelum mereka tiba di pusat gereja itu.

Yaw Han, 24, bangga menjadi seorang Katolik di Hton-Bo-Quay – Negara Bagian Kayin setelah berbagai upaya warga  menyelesaikan pembangunan gedung gereja baru selama 2016-2017.

Keluarganya menyumbangkan 2 juta kyat (sekitar Rp 19 320.000) untuk proyek pembangunan Gereja itu, dibantu oleh dua kakak laki-lakinya yang menyisihkan uang dari gaji mereka di Malaysia.

“Kami dengan sukarela memberikan sumbangan dan tidak merasa itu adalah beban meskipun sebagian besar penduduk desa berjuang mempertahankan hidup setiap hari dengan pekerjaan pertanian tradisional,” kata Yaw Han kepada ucanews.com.

Dia menghidupi keluarganya menanam padi ketika dia tidak mengambil bagian dalam kegiatan sebagai pemimpin pemuda desa. Orang-orang mudanya menyumbang 300.000 kyat untuk  proyek pembangunan gereja itu sementara organisasi lain termasuk kelompok ibu, dewan pastoral dan kelompok wanita menyumbangkan total 16 juta kyat.

Sekitar 100 pria dan wanita muda dari desa yang bekerja di Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat menyumbang sekitar 38 juta kyat dari keseluruhan biaya proyek 170 juta kyat (Rp 1.643. 200.000).

Pastor Edward Aye Min Htun, pastor Paroki   St. Anthonius, menghargai sumbangan warga setempat, terutama dari orang-orang muda yang bekerja di luar negeri.

Bekas gereja batu bata itu hanya memiliki luas 93 meter persegi dan tidak memiliki cukup ruang untuk menampung umat Katolik yang terus bertambah di daerah itu.

“Saya tidak khawatir tentang masalah keuangan dalam membangun gedung gereja baru karena saya percaya Tuhan akan membantu kami dan itu adalah pekerjaan Tuhan,” kata Pastor Htun kepada ucanews.com.

Imam, yang mulai bekerja di paroki itu  tahun 2015, mengatakan sumbangan umat setempat terus berdatangan secara teratur ketika beton gedung gereja baru sedang dibangun.

Sebuah gedung baru diperlukan karena penduduk desa memiliki iman yang kuat kepada Tuhan dan mengambil bagian dalam perayaan gereja, katanya.

Keuskupan Hpa-an menyumbang 2 juta kyat sedangkan sumbangan lainnya datang dari para imam yang merupakan penduduk asli desa, penduduk desa dan para donatur pribadi  dari tempat lain di Myanmar.

Sebuah gereja kayu dibangun di Hton-Bo-Quay  tahun 1900 tetapi dibangun kembali dengan batu bata  tahun 1932. Pembangunan beton gereja  dimulai pada  Januari 2016 dan Uskup Justin Saw Min Thide dari keuskupan Hpa-an memberkati gedung tersebut pada 29 Desember 2017, demikian menurut catatan gereja.

Keuskupan Hpa-an Myanmar Tenggara kini memiliki 24 imam, 37 rohaniawan pria dan wanita dan 73 katekis melayani sekitar 20.000 umat Katolik di negara berpenduduk 1,5 juta orang, menurut direktori Gereja Katolik Myanmar.

Desa Hton-Bo-Quay, 25 kilometer dari Hpa-an, memiliki sekitar 700 umat Katolik Tamil. Orang Tamil sudah tinggal di sana sejak 1823, menurut catatan Gereja. Mereka menanam padi dan kacang-kacangan dan beternak hewan sebagai mata pencaharian mereka.

Desa ini dikelilingi oleh umat Budha dan desa-desa Muslim dan terus berhubungan baik, demikian menurut Pastor Htun.

Hton-Bo-Quay dilanda banjir baru-baru ini karena hujan deras di Negara Bagian Kayin, dengan rumah-rumah, tanaman padi dan bahkan gereja dilanda  banjir. Misi Karuna Solidaritas Sosial keuskupan Hpa-an menyumbangkan beras untuk penduduk desa yang terkena dampak banjir itu.

Umat ​​Katolik Tamil dari Hton-Bo-Quay pindah ke Yathaepyan, sebuah desa Buddha di dekatnya tahun 1954 setelah desa mereka dibakar karena konflik. Mereka kembali ke rumah mereka  tahun 1956 ketika situasi menjadi normal kembali.

Negara Bagian Kayin mengalami perang saudara selama lebih dari 60 tahun. Uni Nasional Karen telah berperang dengan militer Myanmar sejak negara itu memperoleh kemerdekaan dari Inggris  tahun 1948.

Orang Tamil adalah penduduk asli negara bagian Tamil Nadu di India selatan dan juga negara pulau Sri Lanka.

Orang-orang Tamil, yang dibawa ke Myanmar oleh kolonial Inggris, terdiri dari  sekitar 2 persen dari populasi Myanmar yang berjumlah 51 juta. Umat ​​Katolik Tamil diperkirakan berjumlah sekitar 50.000. Banyak orang Tamil dipaksa untuk melarikan diri dari kediktatoran militer setelah kudeta Jenderal Ne Win  tahun 1962.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi