UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pemimpin Gereja Jaga Jarak dengan ‘Rencana Pelengseran Presiden Duterte”

September 13, 2018

Pemimpin Gereja Jaga Jarak dengan ‘Rencana Pelengseran Presiden Duterte”

Sekelompok frater mengikuti aksi protes di Manila pada Mei lalu untuk memprotes apa yang mereka sebut sebagai tirani yang tengah merayap di negara itu. (Foto: Jire Carreon)

Sejumlah pemimpin Gereja Katolik di Filipina mengatakan mereka bukan bagian dari “rencana destabilisasi” terhadap pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte.

Seorang pejabat Konferensi Waligereja Filipina (KWF) mengatakan “jika ada rencana seperti itu, (para pemimpin Gereja) bukan bagian dari rencana ini.”

“Saya bukan anggota komunitas intelijen, saya tidak bisa mengatakan kalau rencana seperti itu memang ada,” kata Pastor Jerome Secillano, sekretaris eksekutif Komisi Urusan Umum KWF.

“Saya pastikan Gereja tidak terlibat dalam rencana itu,” lanjutnya.

Presiden Duterte sebelumnya mengklaim bahwa para lawan politik dan pengkritik tengah merencanakan pelengserannya pada Oktober nanti.

Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menduga bahwa ancaman itu berasal dari para pemberontak komunis yang mulai merencanakan pelengseran presiden sejak 2016.

“Rencana destabilisasi itu tidak benar, tetapi ini datang dari para pemberontak komunis … saya tidak tahu apakah kelompok-kelompok lain akan menungganginya,” katanya.

Namun Uskup Auksilier Manila Mgr Broderick Pabillo mengatakan “dalam sebuah demokrasi yang sehat, seharusnya ada perlawanan yang kuat terhadap penyalahgunaan kekuasaan.”

“Perlawanan ini tidak akan dihancurkan tetapi dipakai untuk mendapatkan aksi terbaik demi kebaikan bersama,” kata prelatus itu.

Uskup Pabillo – yang cukup vokal dalam mengkritik Presiden Duterte, menggambarkan tuduhan destabilisasi terhadap pemerintah sebagai “sebuah lagu lama yang dipakai para penguasa saat mereka kepanasan.”

“Gereja harus bersuara lantang dan mengingatkan masyarakat akan bahaya otorianisme,” katanya.

Pastor Secillano mengatakan Presiden Duterte hendaknya tidak memperlakukan para pemimpin Gereja sebagai musuh karena mereka bisa menjadi partner dalam mencapai apa yang baik bagi masyarakat.

“Kami selalu mengatakan bahwa kami ini partner mereka,” katanya, seraya menambahkan bahwa apa pun yang dilakukan umat beriman, “hal ini selalu demi kepentingan orang yang telah kami janjikan untuk dilayani.”

 

Meskipun beberapa pemimpin Gereja, termasuk uskup, tidak sependapat dengan sejumlah pernyataan atau kebijakan Presiden Duterte, katanya, mereka menghargai prestasi Presiden Duterte.

Ia menyebut perintah Presiden Duterte untuk merehabilitasi Pulau Boracay.

“Apa yang dilakukannya memberi dampak besar terhadap lingkungan,” kata Pastor Secillano. “Kami melihat keinginan politiknya ketika perintah ini dikeluarkan,” lanjutnya.

Namun ia mengeluh karena Presiden Duterte sepertinya “lebih peduli dengan politik” ketimbang fokus pada isu-isu lain seperti ekonomi.

Kelompok-kelompok Gereja termasuk para imam, biarawati dan frater akan bergabung dalam aksi protes di seluruh negara itu pada 21 September untuk merayakan deklarasi darurat militer oleh diktator Ferdinand Marcos pada 1972.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi