UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

VATIKAN – PAUS UNGKAPKAN SOLIDARITAS DENGAN PARA KORBAN ANGIN TOPAN MYANMAR, MENDESAK TANGGAPAN KEBAIKAN INTERNASIONAL

Mei 7, 2008

 Mengungkapkan solidaritas dengan para korban Angin Topan Nargis di Myanmar bagian selatan, Paus Benediktus XVI meminta komunitas internasional untuk “menanggapinya dengan kemurahan hati dan pertolongan yang efektif.”

 Angin Topan Nargis menghantam Myanmar pertama pada 3 Mei, yang mengakibatkan sekitar 22.500 orang tewas, 41.000 orang hilang, dan ratusan lainnya kehilangan tempat tinggal, demikian perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemerintah Myanmar yang disampaikan dalam konferensi press.

 Dua daerah terparah yang terkena topan itu adalah Yangon, kota terbesar di Myanmar dengan sekitar 6 juta penduduk, dan daerah dataran rendah Irrawady. Angin dengan kecepatan lebih dari 190 kilometer per jam dan gelombang besar dilaporkan menyapu desa-desa pesisir dan menghancurkan wilayah persawahan.

 Para petinggi militer Myanmar mengklasifikasi situasi itu sebagai “sebuah bencana besar” dan yang pertama kali terjadi dalam dekade-dekade terakhir, memohon bantuan dunia luar, tetapi PBB mengatakan bahwa pemerintah Myanmar telah menolak untuk membebaskan persyaratan visa bagi para pekerja sosial.

 Tarcisio Kardinal Bertone, sekretaris negara Vatikan, menyampaikan keprihatinan Paus Benediktus dalam sebuah telegram kepada Uskup Agung Mandalay Mgr Paul Zinghtung Grawng, presiden Konferensi Waligereja Myanmar. Teks telegram itu dikeluarkan Vatikan pada 6 Mei.

 Kardinal mengatakan bahwa Bapa Suci “sangat sedih ketika mendengar berita tragedi angin topan yang baru saja terjadi” dan “mengungkapkan rasa simpati yang tulus.”  Paus mengungkapkan keyakinannya bahwa “komunitas internasional akan merespon dengan bantuan yang tulus dan efektif demi kebutuhan masyarakat.”

 Akhirnya, kardinal mengatakan bahwa Paus Benediktus meminta uskup agung Mandalay “untuk menyampaikan solidaritas dan keprihatinannya kepada pemerintah dan segenap rakyat Myanmar.”

 Menurut sumber-sumber bantuan PBB di Myanmar, ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal akibat angin topan itu, tapi jumlah itu akan terus meningkat mencapai 1 juta, demikian surat kabar harian Vatikan L’Osservatore Romano edisi 7 Mei.

 “Suatu gambaran mengerikan” telah muncul sehingga menuntut junta militer, yang memerintah negeri itu dengan tangan besi selama puluhan tahun, untuk menerima bantuan internasional, dengan syarat bahwa bantuan itu diawasi oleh PBB, tulis berita itu.

 Patrick Nicholson, staf humas Caritas Internasional, mengatakan kepada L’Osservatore bahwa para pejabat Caritas langsung mengontak para pejabat Gereja Myanmar untuk menemukan cara terbaik untuk mengkoordinasi distribusi bantuan. Pemerintah Myanmar menyambut positif dan tidak mengajukan syarat apapun terhadap karya Caritas. Caritas telah menyediakan air minum, makanan, peralatan medis, dan tenda-tenda untuk didistribusikan kepada masyarakat yang menderita, katanya.

 Caritas Internasional yang berpusat di Roma itu, menurut websitenya, “merupakan sebuah konfederasi dari 162 lembaga pelayanan sosial, pembangunan, dan bantuan dari Gereja Katolik yang berkarya untuk membangun sebuah dunia yang lebih baik, khususnya bagi kaum miskin dan tertindas, di lebih dari 200 negara dan teritori.”

 Caritas Italia telah membuka sebuah rekening bank “Myanmar Emergency” sehingga warga Italia dapat menyumbang sesuatu untuk membantu rakyat Myanmar.

 Junta Militer Myanmar yang telah mengumumkan lewat televisi bahwa referendum untuk sebuah konstitusi baru – yang katanya akan membuka kembali jalan menuju demokrasi namun kecaman pedas para kritisi akan mengganggu kekuasaan militer – akan tetap dilaksanakan pada 10 Mei sesuai rencana di sebagian besar wilayah negeri itu. Dikatakann bahwa pemungutan suara akan ditunda hingga 24 Mei di beberapa daerah yang paling parah terkena bencana seperti Yangon dan daratan rendah Irrawady.

 Myanmar, sebuah negara yang mayoritas dari 53 juta penduduknya beragama Buddha, dengan sekitar 3 juta penduduk Kristen, yang 700.000 di antaranya Katolik, berada di bawah kekuasaan militer sejak 1962.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi