UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDONESIA – PARA BIARAWATI CANOSSIAN RAYAKAN 200 TAHUN DENGAN KEGIATAN ROHANI DAN KARITATIF

Mei 16, 2008

Para biarawati Canossian di Indonesia telah memperkenalkan kharisma mereka dan mengelola sejumlah proyek sosial khusus untuk merayakan peringatan ke-200 berdirinya kongregasi mereka.

 Di Keuskupan Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja SJ memimpin Misa dengan tema “Demi Kristus dan Untuk-Nya Saja” pada 4 Mei di Paroki St. Matius di Bintaro, Jakarta Selatan.

 Biara para biarawati Canossian terletak sekitar 300 meter dari gereja itu dan sekitar 1.000 umat paroki menghadiri Misa yang dipimpin oleh 14 imam tersebut.

 “Saya menyampaikan selamat merayakan 200 tahun dan berterima kasih atas karya Canossian di Keuskupan Agung Jakarta,” kata kardinal dalam homilinya. “Cinta kepada Yesus menantang para suster untuk mewartakan dan berbakti kepada orang miskin. Pelayanan para suster di tengah mereka telah membawa wajah Gereja.”

 Seusai Misa, pemimpin Gereja Jakarta itu menandatangani sebuah prasasti di biara tersebut.

 Suster Iolanda Vezzoli FdCC asal Italia, pemimpin delegasi Canossian di Indonesia, mengatakan dalam sambutannya: “Kami berterima kasih atas dukungan semua pihak. Kami mohon dukungan doa dari Anda semua agar kami tetap menjadi saksi Kristus di mana saja.”

 Suster Vezzoli mengatakan kepada UCA News bahwa komunitasnya di Bintaro telah mengadakan sejumlah kegiatan khusus untuk peringatan itu. Di antaranya adalah memberikan makanan tambahan kepada lebih dari 50 anak sekali dalam seminggu sejak akhir Februari dan memperkenalkan spiritualitas pendiri mereka, St. Magdalena dari Canossa, kepada umat Katolik sejak April. Kedua program tersebut akan berlangsung selama enam bulan, jelasnya.

 Pendiri Kongregasi Puteri Cintakasih Canossian (FdCC) memiliki devosi pribadi kepada Bunda Maria, Ibu Kedukaan. Santa itu lahir di Verona, Italia, tahun 1774 dan memulai kongregasinya di sana pada 8 Mei 1808. Ia meninggal tahun 1835, dan Paus Yohanes Paulus II mengkanonisasi dia tahun 1988.

 Menurut website kongregasi itu, para anggota berusaha melayani masyarakat melalui “pelayanan pendidikan dan peningkatan kemanusiaan, evangelisasi dan bina iman, dan pelayanan pastoral di kalangan orang-orang yang menderita.”

 Saat menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan komunitasnya baru-baru ini, Suster Vezzoli mengatakan bahwa para biarawati membagikan 100 paket makanan berisi beras, mie instan, gula, dan kacang hijau kepada para korban banjir dan orang miskin pada bulan Februari. Mereka juga mengadakan program live-in selama tiga hari pada bulan April untuk 50 pelajar sekolah menengah pertama yang beragama Katolik. Tiga biarawati Cannosian dan dua imam memfasilitasi sebuah lokakarya panggilan sebagai bagian dari program tersebut.

 Di Keuskupan Atambua, Timor bagian barat, Uskup Dominikus Saku memimpin Misa untuk para biarawati Canossian di sana dan lebih dari 1.000 umat di Paroki St. Maria Fatima di Nurobo.

 Uskup Atambua memuji para biarawati yang mampu menyeimbangkan hidup doa dan hidup karya itu. “Yang paling saya suka adalah kekhasan tarekat ini: di dalam biara mereka menjadi pertapa, di tengah umat mereka menjadi pekerja tulen.”

 Bupati Belu Joachim Lopez mengatakan bahwa pemerintah daerah sangat menghargai karya Canossian, khususnya karya karitatif mereka. “Kegiatan amal kasih menjadi sesuatu yang langka di zaman yang semakin individualistik ini,” katanya.  

 Menurut Apolinario Da Silva, panitia peringatan ke-200 Canossian di keuskupan, di mana umat Katolik terdiri atas 95 persen dari jumlah penduduk, para biarawati Canossian memulai sebuah program panggilan selama 11 bulan pada Januari.

 “Kami sudah mengunjungi tujuh paroki,” katanya, seraya menambahkan bahwa para biarawati dan awam Canossian mengunjungi masing-masing dari 58 paroki selama dua hari untuk memperkenalkan St. Magdalena dan karya mereka kepada umat paroki.

 Para biarawati Canossian juga berkarya di Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Agung Semarang, dan Keuskupan Denpasar.

 Uskup Agung Semarang Mgr Ignatius Suharyo memimpin sebuah Misa khusus untuk para biarawati Canossian pada 8 Mei. Keuskupan Denpasar mengadakan Misa serupa pada 4 Mei.

 Para biarawati Canossian di kedua wilayah itu sebelumnya mengadakan kegiatan-kegiatan karitatif khusus untuk merayakan peringatan tersebut.

 Sebanyak 52 biarawati Canossian yang saat ini berkarya di Indonesia terdiri atas 35 orang Indonesia dan 17 orang Timor Leste, Filipina, dan Italia. Biara Nurobo, satu-satunya komunitas Canossian di Atambua, memiliki tujuh aspiran.

 Kehadiran mereka di negeri itu diawali oleh kedatangan dua biarawati, satu orang Singapura dan satu orang Italia, pada tahun 1985. Tahun 1987, bekerja sama dengan imam-imam Xaverian, mereka membeli sebidang tanah di Bintaro dan membangun sebuah biara. Pada 17 November 1987, mereka meresmikan komunitas Canossian pertama di Indonesia.

 Karya kerasulan mereka mencakup pendidikan, evangelisasi, pastoral orang sakit, pendampingan kaum awam, dan pendampingan retret.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi