UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

PAKISTAN – PROYEK PERUMAHAN GEREJA BANTU UMAT KATOLIK MISKIN

Mei 19, 2008

Dulu, Shakeel Perwaiz, yang baru saja menikah, biasa tinggal berdesak-desakan bersama 17 anggota keluarga dalam tiga kamar di sebuah rumah tidak permanen dekat jalur kereta api. Tapi kini ia memiliki sebuah rumah baru untuk dia dan istrinya.

“Ini adalah berkat dari Allah,” kata Perwaiz kepada UCA News. Ia mengatakan, rumahnya yang lama berguncang ketika kereta api melewati jalur kereta api yang terletak beberapa meter dari rumah itu. “Kami tidak pernah berpikir bisa memiliki rumah sendiri, apalagi untuk saat ini, ketika harga melambung tinggi.”

 Perwaiz menyampaikan terima kasih kepada ayah, pastor paroki, dan seorang misionaris Italia atas rumah baru tersebut. Ayahnya, Perwaiz Rehmat, adalah satu dari delapan kepala keluarga yang menerima kunci untuk rumah-rumah baru itu pada 30 April di Paulabad, sebuah wilayah yang berpenduduk mayoritas Katolik di Faisalabad, 360 kilometer selatan Islamabad. Ayahnya kemudian memberikan rumah itu kepada anak laki-lakinya itu.

 Pastor Francis Bashir dari Paroki Rosario Suci menyerahkan kunci kepada setiap pemilik rumah di dalam rumah baru tersebut. Sebelumnya, Misa syukur diadakan di luar salah satu rumah. Sekitar 200 umat Katolik menghadiri Misa.

 Kedelapan rumah baru itu merupakan rumah-rumah terakhir dari 50 rumah, yang masing-masing memiliki dua kamar, sebuah dapur, dan sebuah kamar mandi. Rumah-rumah ini menjadi sebuah wilayah perumahan Paulabad, yang dinamai sesuai dengan nama almarhum Uskup Paul Andreotti OP, uskup kedua Keuskupan Faisalabad.

 Pastor Michele Fortuna membeli tanah seluas 55.795 kaki persegi, sekitar 5.185 meter persegi, tahun 1999 untuk mengenang almarhum uskup asal Italia yang meninggal dunia tahun 1995 itu. Tanah itu telah didaftarkan atas nama para penerima bantuan yang membayar cicilan bulanan sebesar 300 rupee (US$4.47) untuk setiap rumah, yang berharga 34.500 rupee.

Ayah Perwaiz, seorang tukang sapu, akan membantu anaknya yang bekerja di sebuah pabrik pembuatan tas plastik dalam membayar cicilan bulanan itu.

 Pastor Bashir mendesak para penerima bantuan untuk merawat hadiah mereka. “Kalian jangan pernah menjual atau menyewakan rumah itu,” sarannya. Keluarga-keluarga dari para penerima bantuan kemudian menyerahkan hadiah berupa pakaian dan handuk kepada Pastor Bashir dan beberapa tamu.

 Pastor paroki itu mengatakan kepada UCA News bahwa proyek itu dimulai untuk membantu umat Katolik, seperti keluarga Perwaiz, yang pernah tinggal secara ilegal di lahan milik pemerintah selama bertahun-tahun. Tahun 1999, pemerintah mengirim surat peringatan yang mengatakan bahwa para penghuni “wilayah jalur kereta api” itu harus mengosongkan rumah mereka yang dibangun secara ilegal.

 “Hampir semua dari mereka bekerja di departemen kereta api dan kebanyakan mengerjakan pekerjaan rendah seperti tukang sapu, pengumpul sampah atau tukang parkir,” kata Pastor Bashir.

 Gulfam Masih, 45, seorang tukang sapu, menceritakan penderitaan mereka. “Dulu kami biasa mengunjungi kantor-kantor Gereja dan mengadakan pertemuan dengan pastor paroki kami untuk meminta bantuan agar dibuatkan perumahan dengan cicilan ringan, terutama setelah pihak berwenang membongkar empat rumah,” katanya kepada UCA News. “Dengan gaji 7.000 rupee, sulit bagi saya untuk punya rumah sendiri di kota,” lanjut Gulfam, yang pindah ke Paulabad sekitar empat tahun lalu.

 Pastor Bashir telah membantu sekitar 60 keluarga Katolik lainnya mendapatkan rumah sendiri di tiga wilayah lain di Kota Faisalabad, yang juga didanai oleh Gereja Katolik dengan cara serupa. Usaha ini berjalan baik, kata imam itu. Namun ia mengakui bahwa kadang ada masalah seorang penghuni tidak membayar cicilan bulanan tepat waktu.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi