UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDONESIA – Keuskupan Bandung Melatih Wakil Umat Dari Paroki-Paroki Tentang Ajaran Sosial Gereja

Juni 25, 2008

Sebuah keuskupan di Jawa Barat sedang mengadakan program pelatihan tentang ajaran sosial Gereja (ASG) guna membantu umat awam Katolik mempraktekkan iman mereka sesuai situasi setempat.

Dewan Karya Pastoral (DKP) Keuskupan Bandung sedang menyelenggarakan serangkaian pertemuan pelatihan itu sebanyak 14 kali untuk 50 wakil paroki di auditorium Gedung Pastoral Keuskupan Bandung. Pertemuan setiap hari Rabu sore hingga malam itu dimulai dengan Misa Pembukaan tanggal 9 April dan pertemuan pertamanya tanggal 16 April.

Sekretaris DKP Yulianus Ruchiyat mengatakan kepada UCA News bahwa program itu bertujuan untuk membuat umat awam mampu mewujudkan visi keuskupan yakni komunitas basis yang terbuka terhadap gereja lain, penganut agama lain, penganut aliran kepercayaan, terhadap dunia dan masyarakat, serta terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan solider dengan orang miskin, tertindas, terpinggirkan dan tak mampu bersuara.

Menurut Ruchiyat, materi pelatihan mencakup: hidup di tengah arus budaya yang berubah; hidup dalam cengkraman leviatan neoliberalisme; sistem politik yang tidak berpihak pada rakyat; Yesus Kristus dan pewartaan Kerajaan Allah; Gereja dan Dunia; Pengantar ASG; ASG dalam reksa kebudayaan; ASG dalam kehidupan sosial ekonomi; ASG dalam kehidupan bernegara; ASG dalam Konteks Dunia Ketiga; ASG dalam Konteks Indonesia dan Keuskupan Bandung; dan ensiklik Paus Benediktus XVI Deus Caritas Est (Allah itu Kasih).

Sebelumnya, DKP telah menyelenggarakan 12 Pelatihan Pastoral Pembangunan Jemaat bagi pekerja pastoral paroki, lapornya, dan evaluasi dari hasil pelatihan-pelatihan itu “yang mendorong kami untuk mengadakan pelatihan lain tentang ASG.”

Umat Katolik keuskupan, yang mencakup sebagian dari Propinsi Jawa Barat yang berpenduduk mayoritas Muslim, menyadari bahwa mereka “tidak harus tinggal di sekitar altar, namun turun ke pasar dan terlibat dalam kehidupan sosial,” kata Ruchiyat.

Pada pertemuan kesepuluh tanggal 18 Juni, Koerniatmanto Soetoprawiro membahas bersama peserta tentang negara dan hubungannya dengan warga negara dan dengan agama-agama lain. Tujuannya adalah agar ”setiap orang Katolik menjadi berkah atau menjadi sakramen bagi orang di sekitarnya.”

Soetoprawiro adalah ketua program pasca sarjana Fakultas Hukum Unika Parahyangan Bandung.

Tokoh umat yang juga sekjen dewan riset Jawa Barat itu, kemudian mengatakan kepada UCA News bahwa di saat orang-orang dari luar propinsi sudah menguasai banyak hal di sini, sektor pemerintah dan pertanian, bidang yang masih mungkin dilayani Gereja, masih berada di tangan orang Sunda. Ia menambahkan pelayanan Gereja lokal bagi orang Sunda, kelompok etnis mayoritas di Jawa Barat, tidak bermaksud untuk meng-Katolik-kan mereka tetapi untuk memanusiakan mereka.

Ella Desynata, peserta yang berkerja pada CU Perekat di Paroki Katedral, menegaskan bahwa “kursus itu mengajarkan saya cara berinteraksi dengan sesama, khususnya orang yang terpinggirkan dan umat Islam, serta cara meningkatkan pelayanan saya di Sekolah Cinta yang diselenggarakan muda-mudi lingkungan saya di Paroki Buah Batu bagi 50 anak jalanan beragama Islam.” Dia juga mengatakan, 30 persen anggota CU Perekat beragama bukan Katolik.

Pada pertemuan 11 Juni, Paulus Krismastono, staf yayasan Universitas Parahyangan, lewat film Julius Caesar mendorong peserta untuk lebih kritis dalam melihat persoalan internal dan persoalan dalam masyarakat. Lewat film yang memvisualisasikan pertarungan gagasan antara Plato dan Aristoteles atau antara pemikiran seorang raja filosofer dan demokrasi, ”Saya menunjukkan bahwa pandangan Gereja lebih mengarah kepada demokrasi, sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,” katanya kepada UCA News.

Pastor Dedi Pradipto dari Paroki Salib Suci Kamuning, Bandung, mengatakan kepada UCA News bahwa dalam pelatihan itu ada delapan utusan dari parokinya. “Mereka sendiri yang tertarik untuk mengetahui ASG dan meminta saya untuk mengirim mereka,” kenangnya, seraya memuji program itu karena melandasi perbuatan baik umat atau kegiatan sosial ekonomi dengan teologi sehingga kegiatan umat tidak hanya karitatif.

Imam itu juga mengatakan pelatihan itu sangat dibutuhkan saat ini apalagi menjelang penahbisan uskup-terpilih Bandung Mgr Johannes Pujasumarta, tanggal 16 Juli. Uskup baru itu diharapkan meneruskan apa yang dirintis pendahulunya Uskup Alexander Djajasiswaja, yang meninggal Januari 2006, yakni gerakan “dari altar ke pasar.” Gerakan ini, jelas Pastor Pradipto, berarti bagaimana altar mengilhami gerak pasar dan bagaimana pasar menjadi inspirasi doa di altar.

Mumpuni Dhenok Hastuti, penyiar radio dan peserta program itu, mengakui perpindahannya ke agama Katolik bulan Maret lalu karena keterlibatan sosial umat Katolik.

Program sekarang ini akan dilanjuti dengan tujuh pertemuan studi lapangan dan diakhiri dengan rekoleksi, kata  Lili Alika, sekretaris eksekutif Komisi PSE Keuskupan Bandung yang berharap lebih banyak orang terlibat dalam komisi itu untuk membantu orang kecil seperti mereka yang tak punya akses ke bank, penganggur, dan putus sekolah.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi