UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDONESIA – Uskup Bandung Yang Baru Disambut Oleh Pimpinan Masyarakat, Merasakan Budaya Lokal

Juli 28, 2008

BANDUNG, Jawa Barat (UCAN) — Bunyi peralatan musik tradisional Sunda memenuhi gedung serbaguna Universitas Katolik Parahyangan di Bandung baru-baru ini saat umat Katolik menyambut uskup mereka yang baru.

Tanggal 17 Juli, sehari setelah Uskup Johannes Pujasumarta ditahbiskan dan dilantik sebagai uskup Bandung, umat Katolik memperkenalkan dia kepada pemimpin pemerintahan, masyarakat dan agama setempat, serta kepada budaya setempat.

Sekitar 200 orang, sebagian besar Katolik, menghadiri peristiwa, yang diselingi permainan angklung serta degung atau gamelan Sunda.

Bandung, 120 kilometer tenggara Jakarta, adalah ibukota provinsi Jawa Barat. Jumlah orang Sunda, kelompok etnis kedua terbesar di Indonesia setelah Jawa, di provinsi ini sebesar 74 persen dari 35,7 juta penduduk. Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Uskup baru adalah orang Jawa dari Jawa Tengah.

Dalam sambutannya, Uskup Pujasumarta mengatakan bahwa umat Katolik, “sebagai bagian utuh masyarakat Jawa Barat akan memperjuangkan visi bersama yang dipromosikan oleh gubernur Jawa Barat yakni masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis, dan sejahtera.”

Sekretaris Daerah Lex Laksamana, yang mewakili Gubernur Provinsi Jawa Barat, menyambut baik uskup itu dan mengungkapkan rasa terima kasih kepada Paus Benediktus XVI untuk pengangkatan yang mengakhiri penantian selama dua setengah tahun dari umat Katolik setempat untuk mendapatkan uskup baru.

Ia meminta uskup itu serta umat Katolik untuk ikut bersama masyarakat lainnya dalam “mewujudkan kehidupan beragama yang rukun, toleran dan penuh kesejukan.“

Berbicara dengan UCA News dalam peristiwa itu, Yulianus Ruchiyat, sekretaris dewan karya pastoral keuskupan, mengatakan Gereja lokal terlibat aktif bersama masyarakat Sunda.

“Pelayanan sosial yang dijalankan Gereja bukan hanya untuk orang Katolik,” jelasnya. “Gereja menjalankan koperasi, misalnya, untuk seluruh anggota masyarakat. Gereja juga menyelengarakan peternakan disertai pelatihan dan modalnya untuk semua masyarakat yang membutuhkan.”

Namun Ruchiyat mengakui ada orang Islam yang terlanjur menuduh bahwa di balik karya sosial itu ada agenda mengkatolikkan orang Sunda. Namun, tegasnya, “Gereja memberikan bantuan tanpa maksud mengkatolikkan orang Sunda.“ Untuk menghindari tuduhan seperti itu, lanjutnya, Gereja, misalnya, bekerja bersama orang Sunda yang Islam dalam menjalankan balai-balai pengobatan.

Pastor Markus Priyo Kushardjono OSC, yang menjadi administrator keuskupan itu saat belum ada uskup, mengatakan kepada UCA News bahwa ia berharap masyarakat tidak salah mengartikan perkataan Uskup Pujasumarta dalam surat gembalanya yang pertama yang mendorong umat Katolik untuk “menabur benih yang baik” di Tatar Sunda.

Surat gembala, Menabur Benih yang Baik (Mateus 13:24), dibacakan pada Misa tanggal 19 dan 20 Juli di semua 23 paroki di keuskupan itu. Dalam surat itu, uskup itu mengatakan bahwa Paus Benediktus XVI memberikan kepadanya tugas perutusan untuk melanjutkan karya yang telah dirintis para misionaris awal dalam sejarah keuskupan itu dan dilanjutkan sampai sekarang oleh seluruh umat.

Uskup itu tidak mendorong umat Katolik untuk mengkatolikkan orang Sunda, kata Pastor Kushardjono. “Kalau orang Sunda ingin menjadi Katolik, silahkan, tapi kami tidak ada program untuk mengkatolikkan mereka. Panggilan kita adalah untuk membawa orang pada keselamatan dengan cara hidup kita yang baik. Kami dipanggil untuk menjadi garam dan menjadi ragi.”

H.R. Maulani, Ketua Dewan Mesjid Indonesia Jawa Barat mengatakan, ia terkesan dengan keramahtamahan dan kemauan uskup itu untuk memahami situasi setempat. “Uskup ini sangat menyejukkan. Beliau langsung berusaha memahami kondisi Tatar Sunda. Semangat kebersamaan sesama umat sudah nampak dari penampilan bahasa tubuh sampai hatinya. Semangat kebersaman dan perdamaian mulai tumbuh. Kerukunan umat beragama yang diharapkan pemerintah, insyah Allah, dapat terwujud,” katanya kepada UCA News.

Pastor Antonius Sulastijana dari Paroki St. Melania di Bandung melihat dari 2.791 umat parokinya, orang Sunda yang bukan dari Cigugur jumlahnya kurang dari 10 orang, yang masuk Katolik karena perkawinan dengan orang Katolik.

“Orang Sunda memegang teguh tradisinya yang tercermin dalam perkataan, Islam teh Sunda, Sunda teh Islam (Islam adalah Sunda, Sunda adalah Islam). Tradisi itu membuat orang Sunda sulit menjadi Katolik,” tegas imam itu.

“Perpindahan agama adalah masalah besar bagi orang Sunda,” lanjutnya. “Seseorang yang pindah agama bisa dikeluarkan dari keluarganya.”

Uskup Pujasumarta bertugas sebagai vikaris jenderal Keuskupan Agung Semarang ketika paus mengangkat dia sebagai Uskup Bandung tanggal 17 Mei. Ia menggantikan Uskup Alexander Soentadio Djajasiswaja, yang meninggal 19 Januari 2006.

Menurut statistik Gereja Januari 2008, keuskupan yang berusia 76 tahun itu memiliki 101.718 umat Katolik, 0.4 persen dari 25.718.000 penduduk yang tinggal di wilayah keuskupan itu. Sekitar 10.000 dari jumlah umat Katolik itu berasal dari Cigugur. Karena berbagai alasan historis di masa lalu banyak pengikut agama tradisional Agama-Djawa-Sunda dari desa itu masuk agama Katolik mengikuti pemimpinnya. Kurang dari 100 orang Sunda dari tempat lain pindah ke agama Katolik, dan itu pun karena perkawinan.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi