UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDIA – Jenazah Imam yang Dimutilasi Ditemukan di Andhra Pradesh, Gereja Terkejut

Agustus 18, 2008

HYDERABAD, India (UCAN) — Jenazah seorang imam Katolik dimutilasi ditemukan pada 17 Agustus di sebuah jalan sepi di Negara Bagian Andhra Pradesh, India bagian selatan.

Jenazah Pastor Thomas Pandipally, 37, seorang imam Karmelit dari Maria Immakulata (CMI), ditemukan dekat kota Yellareddy, 325 kilometer barat laut Hyderabad, ibukota negara bagian itu, sekitar 1.500 kilometer selatan New Delhi.

Provinsialnya, Pastor Alex Thannippara CMI, mengatakan kepada UCA News pada 18  Agustus bahwa pembunuhan itu dilakukan pada malam 16-17 Agustus.

Pastor Pandipally adalah pastor dari Paroki Jeevadhan (karunia kehidupan) dan wakil kepala sekolah menengah atas yang dikelola oleh Gereja, keduanya di Yellareddy.

Menurut provinsial itu, Pastor Pandipally sedang kembali ke rumah pada 16 Agustus malam setelah mempersembahkan Misa di Burgiga, sebuah stasi misi 25 kilometer dari Yellareddy. Ia berhentikan di sebuah biara Kongregasi Klaris Fransiskan (FCC, Franciscan Clarist Congregation) di Lingampet untuk makan malam dan meninggalkan tempat itu pukul 09:45 malam. Jenazahnya ditemukan pagi berikutnya di pertengahan jalan menuju Yellareddy, 15 kilometer dari Lingampet.

Pastor Thannippara mengatakan 18 luka tusukan pada tubuh imam itu yang menunjukkan bahwa ia coba menangkis para penyerangnya. “Telapak tangannya terpotong-potong. Ia didorong dari sepeda motornya dan terjadi dekat jalan raya di sebuah jembatan kecil,” jelasnya.

Pastor Thannippara juga mencontohkan bahwa luka-luka parah di kepala sahabatnya itu menyebabkan kematian Pastor Pandipally. “Badannya ditinggalkan di tengah jalan raya itu,” tambah provinsial itu. “Sepeda motornya ditemukan tujuh kilometer dari jenazahnya itu. Para penyerang itu mungkin membawa motornya itu dan meninggalkannya.”

Para suster FCC akhirnya menemukan jenazah itu ketika pergi mengikuti Misa di paroki itu pada Minggu pagi. Pastor Thannippara mengatakan mereka tidak berhenti karena mereka tidak mengenal jenazah itu, namun setelah melihat bahwa imam itu dan sepeda motornya hilang dan kamarnya terkunci, maka mereka kembali dan mengidentifikasi jenazahnya.

Polisi datang dengan sepasukan anjing dan ahli forensik, namun hujan lebat malam itu sebelum membersihkan semua bukti, kata Pastor Thannippara. Ia menambahkan bahwa polisi tidak memiliki tanda-tanda yang merujuk kepada para pembunuh, namun ia menduga ada dua kelompok.

Sekolah Gereja itu, katanya, telah melakukan yang terbaik di kota itu tempat sejumlah sekolah swasta berjuang untuk memperoleh banyak siswa, sehingga “mereka mungkin iri hati dengan kami.” Ia juga menduga sejumlah warga desa yang menentang suster-suster FCC ketika para suster mengajukan sebuah kasus kepada polisi setelah warga menentang pusat AIDS yang dibangun para suster itu. Ia mengatakan warga yang tertuduh itu mengancam para suster dan berusaha membuat para suster menarik kembali kasus itu, dan menghancurkan sebuah patung Hati Kudus di biara itu.

Pastor George Moolayil, penanggungjawab pendidikan untuk provinsi CMI di negara bagian itu, mengatakan kepada UCA News bahwa ketika ia memeriksa tubuh Pastor Pandipally, ia menemukan “seluruh tubuh berwarna biru akibat pukulan benda-benda keras,” dan satu matanya dicungkil dan sejumlah anggota tubuhnya patah.

Pastor Moolayil menegaskan bahwa para pembunuh sudah merencanakan secara cermat karena mendiang imam itu pernah dikontak melalui telpon selulernya sebelum meninggalkan biara di Lingampet itu. Menurut Pastor Moolayil, penelpon ingin tahu kalau Pastor Pandipally kembali ke kediamannya.

Juga pada 17 Agustus, beberapa suster di Yellareddy menerima telpon yang menanyakan tentang keberadaan Pastor Pandipally. Ketika seorang suster menjawab bahwa imam itu mengalami sebuah kecelakaan, penelpon ingin tahu kalau imam itu mengalami kecelakaan atau dibunuh seseorang, kata Pastor Moolayil. Suster itu kemudian menanyakan siapa yang menelpon namun penelpon itu segera menutup telpon.

Menurut Uskup Agung Marampudi Joji dari Hyderabad, pembunuhan itu mengejutkan Gereja di Andhra Pradesh. Dia mengatakan kepada UCA News pada 18 Agustus bahwa ia bergegas ke Yellareddy untuk mengungkapkan rasa solidaritas dan memberi kekuatan bagi umat Katolik setempat. “Pembunuhan brutal” itu tidak akan membuat keuskupan agung itu menutup paroki itu, katanya, karena kejadian-kejadian seperti itu tidak dapat membuat Gereja takut, namun ia berencana bertemu dengan para aparat negara bagian itu untuk menuntut keadilan.

Pastor Pandipally pernah bekerja di Yellareddy selama tiga tahun setelah ditahbiskan tahun 2002 dan kemudian kembali lagi ke sana dua tahun lalu.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi