UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDONESIA – Kepala Desa Perempuan Beragama Islam Ditampilkan Sebagai Model Keberanian Batin Dalam Lokakarya Asia-Pasifik

September 18, 2008

KEDIRI, Jawa Timur (UCAN) — Seorang kepala desa beragama Islam berbagi pengalamannya dengan para suster dalam sebuah lokakarya Asia-Pasifik tentang cara dia membantu wanita miskin meningkatkan situasi sosial ekonomi. Lokakarya itu berbicara tentang buruh migran wanita dan perdagangan manusia.

Kongregasi Suster-Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) melaksanakan lokakarya Asia-Pasifik itu pada 1-14 September di Denpasar, ibukota Propinsi Bali.

Mereka mengundang seorang suster dari Serikat Puteri Kasih dari Santo Vinsensius de Paul (PK) sebagai nara sumber seminar yang membuka lokakarya yang dihadiri 42 suster SSpS dari Australia, Cina, Filipina, India, Indonesia, Jepang, Papua Nugini, Rusia, Taiwan, Timor Leste dan Vietnam.

Suster Anna Wiwik Soepraptiwi PK, pemimpin PK provinsi Indonesia, berbicara dalam pertemuan itu tanggal 2 dan 3 September. Yang menemani dia adalah Sulastri, kepala Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. Perempuan Muslim itu adalah mantan ketua Paguyuban Perempuan Sido Rukun, yang dimulainya di Dasun, satu dari sembilan dusun di desa Joho, dengan dukungan Alha-Raka, sebuah LSM pengorganisasian rakyat, yang mencakup suster-suster PK.

Komunitas, yang dimulai dengan tujuh perempuan lebih dari dua tahun yang lalu itu, kini memiliki 115 anggota. Kegiatan-kegiatan mereka antara lain, membuat kripik pisang, sukun, dan lain-lain, menjalankan ternak kambing keliling, dan melakukan arisan beras dan uang. Mereka juga mengelola koperasi, yang telah membuat mereka terhindar dari tengkulak.

Suster Soepraptiwi mengatakan kepada UCA News ia mengundang Sulastri untuk berbagi pengalamannya dalam mengorganisir dan menyemangati perempuan di sebuah daerah terkebelakang guna meningkatkan status sosial ekonomi mereka. Sharing Sulastri itu merupakan bagian dari presentasi Suster Soepraptiwi berjudul, “Kami dipanggil sebagai perempuan untuk merayakan keperempuanan kami.”

Pemimpin PK Provinsi Indonesia itu mengatakan usaha bersama mereka itu menekankan bahwa perempuan tidak bisa merayakan keperempuanan mereka jika mereka tidak mengungkapkan keberanian batin atau inner courage mereka.

Meskipun Sulastri hanyalah satu-satunya orang di dusun itu yang lulus SMA, suster itu mengatakan bahwa wanita Muslim itu ”adalah model yang mengungkapkan inner courage dalam kehidupannya sehari-hari sebagai kepala desa.”

Juga berbicara dengan UCA News melalui telepon, Sulastri mengatakan bahwa ia mengatakan kepada para suster dalam seminar itu bahwa perempuan jangan mau diremehkan dan perempuan “bisa membuktikan bahwa mereka lebih kuat daripada pria.” Di dusunnya, perempuan “pergi ke ladang dan bekerja seperti pria.”

Ditanya bagaimana perasaan berbicara di depan para suster Katolik, Sulastri mengatakan, ”Meskipun keyakinan kami berbeda, kami punya tujuan yang sama yakni merayakan keperempuanan kami.”

Ketua pelaksana lokakarya itu, Suster Maria Francisca Annawati Handjojo SSpS, mengatakan kepada UCA News 15 September bahwa para peserta “menemukan presentasi Sulastri tentang pemberdayaan perempuan di desanya sungguh memberikan inspirasi.” Suster itu mengatakan bahwa ia yakin “program pemberdayaan perempuan yang dijalankan oleh kepala desa yang sederhana itu mencegah perempuan untuk menjadi buruh migran dan untuk diperdagangkan.”

Sebelum pergi ke Bali, Suster Soepraptiwi dan tiga suster PK lain datang ke dusun Dasun untuk menghadiri pentas budaya yang diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-63 serta perpisahan dengan mahasiswa STAIN yang selesai melakukan KKN di dusun itu.

Peristiwa itu menampilkan lima perempuan yang memainkan musik Tabuh Lesung dengan memukul bekas lesung beras dengan alu, serta 20 perempuan yang menyanyikan beberapa lagu termasuk lagu tentang Paguyuban Perempuan Sido Rukun itu beserta deklarasinya tanggal 29 Mei 2006. Di tengah lagu itu, seorang wanita membacakan ikrar paguyuban, di mana mereka berjanji menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan demi terciptanya kerukunan dan kesejahteraan warga, selalu peduli terhadap kebutuhan warga dalam meningkatkan bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi rumah tangga, dan senantiasa belajar dan bekerja bersama-sama untuk mewujudkan cita-cita bersama.

Sulastri mengatakan kepada UCA News,  mereka selalu menyanyikan dan membaca ikrar itu dalam peristiwa sosial “guna mengingatkan mereka untuk selalu rukun dalam menjalankan paguyuban dan dalam mengupayakan pengembangan sosial ekonomi. Ia juga mengakui para suster PK dan Alha-Raka telah mendukung progran pengembangan paguyuban Sido Rukun.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi