UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

CINA – Satu-Satunya Uskup Etnis Mongolia Rayakan 90 Tahun Kelahirannya

Nopember 11, 2008

HONG KONG (UCAN) — Uskup Katolik etnis Mongolia satu-satunya di Cina, dan mungkin di dunia, merayakan 90 tahun kelahirannya di keuskupannya di bagian barat laut Mongolia Dalam, Cina daratan.

Uskup Ningxia Mgr Joseph Ma Zhongmu yang sudah pensiun (juga dikenal dengan Tegusbeleg dalam bahasa Mongolia) itu diakui Vatikan sebagai seorang prelatus, namun pemerintah Cina mengakuinya hanya sebagai seorang imam.

Pada 1 November, Uskup Ma merayakan hari kelahiran dan tahbisan imamatnya bersama umat parokinya, namun perayaan itu sendiri dilakukan lebih awal pada 7 Oktober, di Gereja Chengchuan di lingkaran selatan Inner Mongolia Autonomous Region (Kawasan Otonomi Mongolia Dalam). Selain merayakan 90 tahun kelahirannya dan 60 tahun imamatnya, dia juga merayakan 25 tahun menjadi uskup.

Pastor Barisi, seorang imam etnis Mongolia di Gereja Chengchuan, mengatakan kepada UCA News, mereka merayakan pesta-pesta lebih awal karena umat sibuk pada bulan November, bulan bagi arwah kaum beriman. Pada bulan ini umat sibuk mengunjungi makam-makam Katolik.

Pada 7 Oktober, pesta Rosario Bunda Maria, juga merupakan pesta Chongyang, festival tradisional dalam penanggalan bulan. Dalam festival ini, orang Cina membersihkan makam leluhur. Pemerintah telah mengakui festival ini sebagai Hari Penghormatan Leluhur di Cina daratan.

Pastor Barisi, yang ditahbiskan tahun 2005, mengatakan bahwa perayaan itu pertama direncanakan untuk diselenggarakan tahun lalu ketika Uskup Ma berusia 89 tahun dan merayakan 59 tahun imamatnya, karena angka 9 memiliki makna pesta bagi banyak orang Mongolia.

Namun, mereka “menghadapi berbagai kesulitan” dari pemerintah. Setelah bernegosiasi selama setahun, pemerintah akhirnya setuju untuk mengijinkan perayaan itu sebagai “tanda terima kasih” atas kontribusi uskup itu, “bukan untuk alasan lain,” kata imam itu.

Dalam dekade-dekade terakhir, Uskup Ma menderita penganiayaan selama 20 tahun sebelum agama diijinkan pada tahun 1980-an, namun dia berhasil menerjemahkan buku ibadat harian, buku-buku tentang Kitab Suci, dan buku-buku doa dari bahasa Cina ke bahasa Mongolia.

Perayaan dimulai jam 8.30 pagi dengan sebuah prosesi. Uskup Ma, yang mengenakan pakaian tradisional Mongolia berwarna merah, duduk di bak terbuka dari sebuah truk, yang diikuti oleh empat pria berkuda.

“Uskup sendiri memang ingin menunggang kuda, tetapi dibujuk untuk tidak melakukannya karena usianya yang sudah lanjut,” kata Pastor Barisi. “Maka kami mengatur pria-pria berkuda untuk mengungkapkan tradisi pesta kami.”

Setelah prosesi, Uskup Ma memimpin Misa. Ratusan umat Katolik setempat ikut Misa konselebrasi itu bersama Uskup Koajutor Ningxia Mgr Joseph Li Jing, seorang Cina etnis Han dari Gereja “terbuka” yang diakui pemerintah, dan puluhan imam dari wilayah itu.

Uskup Li, 41, mengatakan kepada UCA News bahwa Uskup Ningxia Mgr John Baptist Liu Jingshan, 92, yang sakit-sakitan sudah terlalu tua untuk mengadakan perjalanan. Kedua prelatus dari Gereja terbuka itu menetap di Yinchuan, ibukota Wilayah Otonomi Etnis Hui Ningxia (Ningxia Hui Ethnic Autonomous Region). Keuskupan yang mencakup seluruh wilayah Ningxia yang berbatasan dengan Mongolia Dalam itu juga berpusat di ibukota itu. Perjalanan dengan mobil dari Chengchuan ke Yinchuan memakan waktu tiga jam..

Walaupun pemerintah tidak mengakui Uskup Ma, komunitas Gereja mengakui dan menghormatinya, dan menganggap pantas untuk merayakan hari khusus dari Uskup Ma, kata Uskup Li.

Para pejabat pemerintah setempat juga bergabung dengan sekitar 1.000 masyarakat setempat, umat Katolik dan lainnya, dalam resepsi makan siang.

Sumber-sumber Gereja mengatakan kepada UCA News bahwa meskipun Uskup Ma adalah seorang uskup “bawah tanah,” para pejabat pemerintah akhirnya mengijinkan perayaan itu karena “jarang ada orang Mongolia yang mencapai usia setua itu.”

Pastor Patrick Taverine CICM, seorang sejarawan yang berbasis di Hong Kong, mengatakan kepada UCA News bahwa prelatus itu adalah satu-satunya uskup etnis Mongolia dalam sejarah Gereja di Cina. Negara Mongolia (yang sebelum merdeka tahun 1924 dikenal dengan Mongolia Luar), yang baru didirikan Gereja oleh para misionaris 16 tahun lalu, belum memiliki seorang imam asli Mongolia.

Gereja Chengchuan terletak di Otog Qianqi, “panji,” atau divisi administratif Mongolia tradisional, tempat tinggal 90 persen umat Katolik Mongolia di Mongolia Dalam. Otog Qianqi, bagian dari kota Ordos di Yimeng (Ih Ju League), terletak 580 kilometer barat daya Hohhot, ibukota Mongolia Dalam.

Umat Katolik Mongolia umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang dibaptis oleh para misionaris Belgia. Pendiri CICM, Pastor Theophile Verbist, tiba di wilayah itu tahun 1866.

Kini, sekitar 7.000 umat Katolik Mongolia menetap di Chengchuan, kata Pastor Barisi. Dalam bahasa Mongolia, tempat itu bernama Boro Balgasun, yang berarti “kota berwarna coklat.”

Termasuk etnis Han, umat Katolik Gereja bawah tanah di Keuskupan Ningxia itu berjumlah 20.000 orang. Menurut yurisdiksi Gereja sebelum tahun 1949, Keuskupan Ningxia mencakup bagian dari Ningxia sekarang ini, Mongolia Dalam, dan Propinsi Shaanxi.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi