UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDIA – Konsultasi Desak Gereja untuk Lebih Berkarya bagi Warga Dalit

Maret 13, 2009

MANGALORE, India (UCAN) — Gereja perlu merumuskan kembali prioritasnya untuk tanggap terhadap keprihatinan dari kebanyakan umatnya, yang berasal dari tingkat terendah sistem kasta, demikian sebuah konsultasi nasional baru-baru ini.

Sangat disesali bahwa warga dalit menjadi Kristen dengan harapan untuk hidup dalam “suatu masyarakat yang adil dan setara,” namun mereka terus mengalami  “kengerian karena dikucilkan, ditolak, dan ditekan” bahkan dalam Gereja, demikian pernyataan akhir dari konsultasi 6-8 Maret di Bangalore.

Delapan uskup dan 89 delegasi lainnya dari berbagai bagian di India menghadiri pertemuan itu, yang diorganisasikan oleh Komisi yang menangani Warga Dalit dan Warga Suku, serta Komisi Keadilan dan Perdamaian dan Pembangunan dari Konferensi Waligereja India. Pertemuan itu bertema “Building inclusive communities through dalit empowerment” (Membangun Komunitas-Komunitas Terbuka melalui Pemberdayaan Dalit).

Dalam pernyataan akhir mereka, para peserta mengatakan, mereka ingin Gereja India menjadi Gereja dalit, karena jumlah mereka merupakan tiga perempat dari 25 juta umat Kristen di India.

Dalit dalam bahasa Sansekerta berarti retak. Kata ini dipakai dengan merujuk pada kelompok-kelompok terendah, yang dulu disebut “untouchables” (emoh disentuh), dalam sistem kasta India.

Gereja di India dapat menjadi “kesaksian otentik akan Injil” hanya jika dia membantu membebaskan warga dalit dengan mengidentifikasi dan menghayati aspirasi, harapan, dan perjuangan mereka, demikian pernyataan itu.

Konsultasi itu menganjurkan untuk menyelenggarakan seminar-seminar di tingkat regional untuk mendidik umat tentang jeritan umat Kristen warga dalit dan memberi kepastian akan martabat warga dalit dalam Gereja.

Para peserta juga mendesak adanya program-program pembinaan bagi para imam, kaum religius, dan umat awam yang terfokus pada warga dalit, dan merekomendasikan “suatu teologi yang lebih inklusif” untuk membuat mereka lebih leluasa dalam Gereja dan masyarakat.

Usul-usul lain, antara lain, mencetak lebih banyak buku, riset, dan laporan studi tentang warga dalit.

Konsultasi itu mencatat bahwa Gereja India telah berubah dengan menjadi lebih sadar akan kondisi warga dalit. Kesadaran seperti itu, bersama dengan peneguhan akan identitas warga dalit, merupakan suatu keharusan untuk membuktikan bahwa Kerajaan Allah terwujud di dunia, kata mereka.

Uskup Chingleput Mgr Anthony Neethinathan dalam pembicaraan utamanya mengatakan bahwa hampir semua misionaris menolerir dan berkompromi dengan perbedaan kasta dalam Gereja, dan kecenderungan serupa setidaknya berlanjut di beberapa wilayah.

Keuskupannya yang berada di Tamil Nadu, sebuah negara bagian di India selatan, tempat terjadi perseteruan antara umat Katolik warga dalit dengan umat Katolik kasta tinggi di awal 2008.

Uskup Neethinathan menekankan bahwa tujuan Gereja India adalah menciptakan “satu keluarga besar” tempat semua umat menemukan kedamaian. Dalit merupakan tolok ukur bagi masa depan India dan Gereja, kata prelatus yang juga adalah seorang warga dalit itu.

Pastor G. Cosmon Arokiaraj, sekretaris komisi yang menangani warga dalit dan warga suku itu, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Gereja India melihat adanya “suatu kebutuhan besar” untuk mengintegrasikan komisi-komisinya guna menanggapi berbagai isu warga dalit. “Kita perlu mengembangkan sebuah pilihan utama bagi masyarakat tersingkir, khususnya warga dalit dalam misi-misi kita.”

Imam itu mengatakan, tujuan konsultasi itu adalah untuk “memastikan adanya komunitas-komunitas yang inklusif, utuh, dan bebas … dalam konteks India.”

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi