UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

KOREA – Anggota Pembaruan Karismatik akan Memusatkan Perhatian pada Karya Sosial

Juni 10, 2009

EUMSEONG, Korea (UCAN) — Pada pertemuan internasional baru-baru ini para pemimpin pembaruan karismatik Katolik berjanji untuk melayani orang miskin, khususnya anak-anak dengan HIV/AIDS di Afrika.

“Selama 40 tahun terakhir, gerakan pembaruan karismatik terfokus pada pertemuan doa dan penyembuhan… Kini, cinta dan aksi kami harus tertuju pada misi — misi untuk keluarga, tetangga, dan masyarakat — untuk menyebarkan cinta kami kepada orang lain,” kata Bruder James Shin Sang-hyun dari Kkottongnae, sekretaris panitia pelaksana setempat dari konferensi ke-13 Pelayanan Pembaruan Karismatik Katolik Internasional (ICCRS, International Catholic Charismatic Renewal Services) itu.

ICCRS mengadakan konferensi itu pada 2-9 Juni di Institut Kesejahteraan Kkottongnae yang dikelola Gereja di Eumseong dengan tema, “Kasih dalam Aksi” (Love in Action). Sebanyak 310 peserta dari 44 negara menghadiri peristiwa itu bersama sekitar 700 peserta Korea. Hadir juga Albert Kardinal Vanhoye, pensiunan rektor Institut Biblikum Kepausan, Telesphore Kardinal Toppo dari Ranchi, dan 13 uskup lain.

Pertemuan itu bertujuan untuk membantu umat Katolik yang terlibat dalam gerakan karismatik untuk mempraktekkan iman mereka melalui aksi.

Gerakan karismatik terfokus pada kuasa Roh Kudus untuk mentransformasi kehidupan. Banyak dari pertemuan doanya berisi puji-pujian dan ibadat, doa penyembuhan dan ”doa dalam bahasa Roh,” suatu karunia spiritual.

“Dalam konferensi itu, kami membahas karisma-karisma Roh Kudus dan usaha-usaha evangelisasi akan kasih dalam aksi, kata Pastor Benedict Park Hyo-chul, ketua panitia penyelenggara setempat. Para peserta berjanji mempraktekkan cinta ini dengan melayani masyarakat dan orang miskin, dan tidak hanya dengan terfokus pada puji-pujian dan doa-doa, tambahnya.

Secara konkretisasi janji mereka, para peserta memutuskan untuk menolong anak-anak dengan HIV/AIDS di Uganda dengan dana dari kolekte khusus pada Misa di udara terbuka dalam konferensi itu, jelasnya. Sekitar 60.000 orang menghadiri Misa hari Minggu Tritunggal Mahakudus pada 7 Juni.

“Para peserta akan memperluas aksi mereka di negara-negara mereka masing-masing sesuai rencana mereka sendiri. Konferensi ini menjadi titik balik gerakan karismatik ini,” kata Pastor Park.

Pada konferensi itu, para peserta mendengar berbagai kesaksian dan kisah yang mengungkapkan kasih dalam aksi yang dibagikan oleh para pemimpin Gereja, seperti Kardinal Vanhoye, Uskup Jeonju di Korea Mgr Vincent Ri Pyung-ho, dan ketua ICCRS Michelle Moran.

Sebelum konferensi itu dibuka secara resmi, para peserta bergabung dengan para relawan dalam melayani sekitar 4.000 orang cacat dan orang jompo yang tunawisma di Kkottongnae. Para peserta membantu membersihkan rumah mereka, mencuci pakaian mereka, dan memandikan, serta memberi makan kepada mereka.

Pada 8-9 Juni, para peserta mengunjungi tempat-tempat ziarah di mana umat Katolik Korea awal dibunuh demi iman mereka.

“Itulah pengalaman yang bagus dalam melayani orang miskin di Kkottongnae sebagai suatu aksi cinta,” kata Marianne Yu Shun Yuen dari Singapura. Dia menambahkan bahwa ia juga “terkejut” dengan jumlah orang pada konferensi itu.

Konferensi itu diadakan sekali setiap tiga tahun. Acara itu dimulai tahun 1973, demikian Bruder Shin. Kkottongnae adalah tempat konferensi pertama di luar Eropa.

Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik dimulai tahun 1967 dengan sebuah retret yang diadakan sejumlah anggota fakultas dan mahasiswa dari Duquesne University di Amerika Serikat. Sejak itu gerakan itu menyebar ke sekitar 230 negara.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi