UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

MYANMAR – Kelompok-Kelompok Gereja Peduli terhadap Para Pasien Kanker

Juni 18, 2009

MANDALAY, Myanmar (UCAN) — Sebuah program keluar untuk membantu dan mendukung para pasien kanker di Mandalay melibatkan anggota-anggota Legio Maria dan kaum muda dari dua paroki.

Para relawan awam dan para suster ini mengunjungi para pasien setiap minggu di Panti U Hla Tun di Patheingyi, di pinggiran pusat perkotaan utama di Myanmar tengah. Mereka memberi dukungan moral, pendampingan, makanan kecil, dan sumbangan sedikit uang tunai kepada para warga penghuni, yang diterima panti itu secara gratis.

Para pasien – kini berjumlah 30 penganut Buddha dan seorang Katolik – menyambut kunjungan-kunjungan itu, yang dimulai Pastor John Mg Ne tahun 2003, seminggu setelah panti itu dibuka. Namun para relawan itu juga menemukan pengalaman yang menggerakkan mereka secara mendalam.

Tim itu sekarang ini terdiri dari 10 sampai 15 pembantu dari Paroki St. Fransiskus Xaverius, yang dikepalai oleh Pastor Mg Ne, dan tetangganya Paroki St. Mikael.

Paul Nay Myo Thu, 26, dari Paroki St. Fransiskus Xaverius, terus merasakan keterlibatnya yang memberi inspirasi kepadanya itu sejak dua tahun lalu setelah bergabung dengan tim itu.

“Kebahagiaan yang benar itu adalah memberi kepada orang lain ketimbang menerima,” katanya baru-baru ini. “Ketika mengunjungi pasien-pasien, saya berusaha untuk membesarkan hati mereka, karena ada beberapa orang yang sangat depresi. Mereka sangat gembira ketika mereka menerima dorongan dari kami, dan saya sendiri juga gembira.”

Margaret Htay Thin, yang mengajar di sebuah sekolah perawat yang dikelola para Suster dari St. Joseph of the Apparition di Mandalay, adalah seorang pembantu lain yang teratur mengikuti kegiatan itu. Dia mengatakan bahwa dia tertarik dalam pelayanan sosial dan terlibat dalam kelompok-kelompok Gereja selama enam tahun terakhir.

”Kami saling membagikan kebahagiaan bila kami bisa memberikan dorongan kepada para pasien kanker. Itu merupakan kegiatan yang memberdayakan saya untuk bertumbuh dalam iman,” katanya.

Kebanyakan pasien pria di panti itu sekarang ini didiagnosa menderita kanker tenggorokan, dan para pasien wanita menderita kanker rahim atau kanker payudara. Menurut staf, sejumlah pasien bisa kembali ke rumah setelah menerima terapi radiasi di sebuah rumah sakit di kota itu. Panti itu menyediakan obat-obatan, namun itu hanya mengurangi rasa sakit.

Nue Nue, 31, satu-satunya pasien Katolik, berada di sini 10 bulan lalu namun dalam waktu dekat agaknya akan pulang ke rumahnya di Chin Hills di Myanmar bagian barat laut. Ia kembali setelah enam bulan untuk perawatan lebih lanjut.

“Ketika kelompok-kelompok Gereja itu mengunjungi pasien,” katanya, “sejumlah perempuan jompo menangis karena mereka merasa kehilangan kerabat atau anak mereka. Orang-orang jompo lain menari dengan gembira karena bagi sejumlah kami, kesempatan itu dianggap sebagai sebuah perayaan.”

Seorang pasien Buddha, berusia 78 tahun, Than Shwe dari Mandalay, mengungkapkan rasa syukurnya: “Saya berterima kasih kepada kelompok-kelompok Gereja yang mengunjungi kami setiap hari Minggu, bahkan di musim hujan.”

Selain mengkoordinasi kunjungan itu setiap Senin malam, Pastor Mg Ne menyusun acara-acara khusus untuk para pasien kanker selama tahun itu, seperti menyanyikan lagu-lagu Natal di masa Natal dan mengunjungi kuil-kuil.

Imam itu memulai pelayanan sosial dengan mengunjungi berbagai institusi yang merawat kelompok-kelompok marjinal pada tahun 1990, ketika ia tinggal di Katedral Hati Kudus. Kelompok-kelompok yang dikunjungi itu antara lain kelompok narapidana di penjara, anak yatim, para tunanetra, dan para penderita kusta.

U Hla Tun, seorang akuntan, mendirikan sebuah yayasan untuk membantu para pasien kanker tahun 1998, setelah putrinya meninggal akibat leukemia.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi