UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDONESIA – Wawancara – Misi Seorang Perempuan untuk Melindungi Lingkungan Alam

Juni 19, 2009

BANDUNG, Jawa Barat (UCAN) — Juru kampanye lingkungan Ceciliany Permadi Suryanto, yang dikenal dengan nama Susann Suryanto, mengatakan bahwa iman Katoliknya berperan penting dalam misinya untuk menyebarkan pesan pelestarian lingkungan.

Mantan dosen di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Padjadjaran di Bandung itu mengatakan bahwa Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung bidang Lingkungan Hidup juga menjadi inspirasi dalam pelaksanaan tugasnya. Pedoman itu berdasarkan pada beberapa ensiklik sosial dari Paus Yohanes Paulus II tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup.

Di tahun 2002, Suryanto memulai sebuah kelompok yang dinamakan SEMANGGI untuk menyampaikan pesan pelestarian ke berbagai sektor dalam masyarakat. Kelompok itu memiliki sekitar 100 anggota, setengahnya adalah anak-anak berusia 8-12 tahun.

Susann Suryanto, 54, berbicara tentang karyanya dalam wawancara berikut:

UCA NEWS: Apa yang membuat Anda sangat mencintai lingkungan hidup?

SUSANN SURYANTO: Yang saya ingin sederhana saja. Saya hanya mau agar masyarakat Bandung bisa hidup hemat, bersih dan sehat, dan tidak hanya berpikir untuk hari ini tetapi melestarikan lingkungan demi masa depan anak-anak dan cucu-cucu mereka. Memakai pupuk kimia dan menebangi hutan, contohnya, akan menyebabkan banjir. Polusi udara dari mobil dan sepeda motor kini menyengsarakan kita juga. Perlu perhatian lebih untuk menghentikannya. Salah satu cara saya adalah dengan mendirikan SEMANGGI.

Bagaimana iman Anda menjadi inspirasi bagi karya Anda?

Saya mencintai lingkungan hidup karena saya percaya bahwa Allah yang menciptakannya. Kalimat pertama dari Kredo Para Rasul berbunyi: “Aku percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi.”

Yang pertama dari Sepuluh Perintah Allah juga meminta agar saya mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan pikiran. Saya memahami ini untuk tidak hanya mencintai Tuhan tetapi juga karya dan ciptaan-Nya. Yang kedua adalah perintah untuk mencintai sesama. Saya mengerti bahwa mencintai sesama adalah juga dengan melestarikan lingkungan hidup tempat mereka hidup.

Apakah Anda juga didorong oleh Ajaran Sosial Gereja?

“Pedoman Pastoral Keuskupan Bandung 2005-2009 bidang Lingkungan Hidup” mendorong saya untuk berkarya bagi lingkungan hidup. Tujuan pastoral pedoman itu agar umat semakin sadar akan lingkungan hidup,  agar pelayanan kategorial untuk lingkungan hidup semakin berkembang dan agar umat berperanserta dalam gerakan lingkungan hidup.

Dokumen itu berdasar pada ensiklik Paus Yohanes Paulus II tahun 1987 yakni “Sollicitudo Rei Socialis” (Tentang Persoalan Sosial) dan tahun 1991 yakni “Centesimus Annus” (Seratus Tahun).

“Centesimus Annus” menegaskan bahwa lingkungan hidup adalah tanggung jawab kita bersama dan barang-barang di bumi adalah karunia Allah yang dimaksudkan untuk kebaikan setiap orang. Maka, saya pun memulai pelayanan bagi lingkungan hidup dengan melibatkan banyak orang tanpa memandang latarbelakang agama mereka.

Ensiklik itu mengatakan bahwa kita bisa mengenal Allah melalui keindahan alam. Saya sungguh terkesan. Saya mendirikan SEMANGGI untuk membantu sesama lebih dekat dengan Allah. Saya berterima kasih kepada Paus Yohanes Paulus II untuk perhatian dan kepeduliannya yang besar terhadap lingkungan dengan mengangkat Fransiskus Asisi sebagai Santo Pelindung Ekologi.

Ensiklik almarhum paus itu tahun 1981 “Laborem Exercens” (Tentang Kerja Manusia) mendorong saya mengembangkan karya Alllah, dan “Centesimus Annus” memotivasi saya untuk terus belajar dan memperjuangkan persoalan sosial, termasuk isu-isu lingkungan hidup. Ensiklik-ensiklik ini memotivasi saya untuk mengembangkan talenta untuk lebih baik dalam melayani Allah dan sesama melalui pelayanan di bidang lingkungan hidup.

Apa kepanjangan dari SEMANGGI?

SEMANGGI adalah singkatan dari santun, eksploratif, mandiri, arif, nurani, gigih, gembira dan inisiatif.

Semanggi adalah juga nama dari sebuah herbal atau daun yang bisa dimakan yang tumbuh di tempat yang tidak terurus seperti pinggiran jalan dan rawah-rawah. Herbal ini bisa membantu menyembuhkan hepatitis.

Mengapa Anda membentuk perhimpunan itu?

Saya mendirikan SEMANGGI tahun 2002 dengan misi untuk membantu orang meningkatkan hubungan yang baik dengan alam dan di antara mereka sendiri, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan berwawasan lingkungan.

Saya juga mendirikannya karena saya kuatir dengan anak-anak sekarang yang cenderung mengerjakan atau bermain secara individu dengan game-game atau alat-alat yang diperkenalkan oleh teknologi modern. Saya berharap, mudah-mudahan anak-anak yang saya asuh dalam SEMANGGI bisa menjadi pionir-pionir di lingkungannya sendiri dalam bidang pendidikan dan lingkungan hidup.  Mereka adalah masa depan. Kita harus melengkapi mereka dengan baik.

Apa saja yang menjadi kegiatan SEMANGGI?

Perhimpunan itu sudah melaksanakan berbagai kegiatan bagi masyarakat pedesaan, kaum miskin dan anak yatim piatu. Kegiatan-kegiatan itu antara lain: belajar menanam sayur-mayur dan pohon, membuat produk-produk dengan bahan sampah, mengunjungi pusat-pusat pertanian dan peternakan, melaksanakan pameran, membuat dan menyebarkan poster dan pesan tentang lingkungan, mengikuti pawai-pawai lingkungan, membuat kompos serta melaksanakan lomba-lomba tentang lingkungan.

Dalam semua kegiatan SEMANGGI, saya minta peserta tetap menjaga kebersihan dan memisahkan sampah. Saya terkesan bahwa sekarang mereka melakukan hal yang sama di rumah mereka masing-masing. Sekarang SEMANGGI memproduksi SEMANGGI Bio-Active (himpunan mikroba pengurai limbah organik) – cara mudah membuat sampah organik menjadi kompos.

Sejak 2007, saya mengkoordinir komunitas Bersatu Berbenah Bangsa (BBB), yang diprakarsai oleh SEMANGGI untuk memperbaiki Bumi Parahyangan karena semua gunungnya semakin gundul dan banjir terjadi di bagian selatan. Ini harus jadi perhatian kita. Kalau tidak, bagaimana nasib generasi yang akan datang.

Waktu saya mengkoordinir kegiatan di Gunung Manglayang, sebelah timur Bandung, saya senang melihat sekitar 300 orang – termasuk dua imam dan umat awam dari sembilan paroki, anggota-anggota dari berbagai komunitas dan organisasi Gereja, serta umat Islam – bersama-sama menanam pohon.

Dalam kegiatan apa lagi Anda terlibat?

Di tahun 2002, saya menulis dan mengirim proposal meminta dukungan dana untuk kehidupan SEMANGGI kepada Kementerian Lingkungan Hidup. Namun yang saya terima bukanlah bantuan finansial tetapi panggilan untuk ikut kepanitiaan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional  hingga 2007.

Bahkan di tahun 2005 saya menjadi ketua kepanitiaan itu. Tahun itu, saya melaksanakan lokakarya dengan tema “Guru, Anak, Orangtua dan Cinta Lingkungan” di Cianjur, Jawa Barat, serta lomba merancang poster untuk anak SMA. Saya juga melaksanakan lomba merancang stiker untuk anak SMP, dan lomba karya tulis untuk anak SD. Tema dari semua lomba itu adalah: “Aku Cinta Lingkungan.”

Sekolah-sekolah Katolik di sini telah juga meminta saya untuk berbicara tentang lingkungan.

Bagaimana keaktifan Gereja lokal dalam melestarikan lingkungan?

Ada banyak organisasi awam di banyak keuskupan, termasuk Keuskupan Agung Jakarta dan Keuskupan Bandung, yang kini berkarya demi perlindungan lingkungan hidup yang lebih baik, khususnya dalam mengelolah sampah. Namun Gereja harus berbuat lebih. Para uskup, imam, dan pemimpin awam berperan besar dalam membantu umat Katolik untuk mencintai lingkungan, termasuk hutan dan sungai.

Saya ingat waktu saya mengajak beberapa paroki untuk mengikuti beberapa kegiatan BBB di bulan Februari 2008. Ternyata umat paroki ingin sekali mengikuti dan bahkan mereka bertanya kapan akan dibuat lagi kegiatan serupa di tempat lain.

Sungguh pun demikian kita tak bisa menyelesaikan persoalan lingkungan sendirian, Kita harus bekerja sama dengan orang lain tanpa memandang latarbelakang mereka. Kita harus membuat kegiatan bersama.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi