UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Tokoh agama belajar dari Yohanes Paulus II

April 1, 2010

Tokoh agama belajar dari Yohanes Paulus II

Mgr. Suharyo (kedua dari kanan) mengatakan Yohanes Paulus II telah membuka jendela perubahandalam Gereja Katolik

Para pemuka agama Katolik dan Islam sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai universal yang diperjuangkan mendiang Paus Yohanes Paulus II, seperti kasih, perdamaian, keadilan, dan kerendahan hati.

Hal itu mengemuka pada acara mengenang lima tahun wafatnya Yohanes Paulus II  pada 31 Maret lalu di Gereja St. Ignatius Loyola, Jakarta Pusat, yang dihadiri sekitar 400 peserta baik Katolik maupun non-Katolik.

Paus Yohanes Paulus II wafat pada 4 April 2005.

“Paus Yohanes Paulus II telah membawa revolusi dalam Gereja Katolik dari label sebelumnya sebagai Gereja “sombong” menjadi Gereja yang rendah hati dan sederhana. Dari Gereja “feodal” menjadi Gereja yang sungguh-sungguh untuk kemanusiaan,” kata Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo pada acara tersebut.

Menurut Uskup Agung Suharyo, kesederhanaan paus membuat Gereja Katolik membuka jendela untuk pembaharuan.

Dia sangat menghormati kehidupan dengan menentang aborsi, euthanasia, dan perang yang menimbulkan kematian. Ia juga menolak globalisasi yang memarjinalisasi orang, namun menerima globalisasi solidaritas.

Masdar Mazudi, pembicara dan tokoh Nahdlatul Ulama memuji inisiatif mendiang paus dalam membina hubungan dengan agama lain, serta bekerja untuk perdamaian.

Namun kedamaian saat ini, katanya, telah diracuni oleh kerakusan dan agama yang tidak mencerahkan diri.

Agama tidak dipahami dengan baik dan belum dijadikan suatu spiritualitas, sehingga menjadi sumber kebencian, ungkapnya.

”Kami sepakat bahwa inspirasi dari ajaran Katolik terutama teladan paus dengan perjuangan nilai-nilai universalnya bisa terbuka bagi umat beragama yang lain,” lanjutnya.

Menurutnya, civil society perlu dirunut dengan nilai-nilai universal seperti kasih.

Dia menambahkan, agama Yahudi, Kristen, dan Islam harus banyak berdialog, yang kemudian harus diikuti dengan pemberdayaan masyarakat miskin, jadi tidak hanya verbalisasi.

Ia menambahkan, Paus Yohanes Paulus II dikenal luas karena didukung oleh organisasi, spiritualitas serta moral yang kuat. Maka perlu ada paus-paus dalam komunitas-komunitas agama masing-masing, lanjutnya.

Trias Kunchayono, pembicara dari harian Kompas, menegaskan gagasan Yohanes Paulus II tidak akan mati karena mengandung nilai-nilai yang sangat universal, seperti kedamaian, keadilan, kasih.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi