UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Sekarang saatnya perempuan perlu lebih berperan

Mei 20, 2010

Sekarang saatnya perempuan perlu lebih berperan

Suster Helen Saldanha

Seorang suster terkemuka mengimbau para religius perempuan untuk berperan lebih besar dalam Gereja dan masyarakat.

Suster Helen Saldanha SSpS, pemimpin Streevani, atau suara perempuan, mengorganisasikan para suster pengacara sebagai sebuah forum, dan mendorong mereka untuk berkarya bagi para korban kekerasan anti-Kristen 2008 di Distrik Kandhamal, Negara Bagian Orissa.

Organisasi yang dibentuk tahun 1982 itu memiliki beberapa program bagi perempuan. Organisasi itu juga mengadakan penelitian tentang kasus-kasus yang terkait dengan perempuan untuk membantu perempaun dalam peran ganda mereka di keluarga, tempat kerja, masyarakat, dan Gereja.

Berikut ini Suster Saldhana berbicara mengenai isu-isu yang luas cakupannya antara lain keadilan gender dan cara untuk lebih berpartisipasi dalam Gereja:

UCA NEWS: Apa yang Anda lakukan di Kandhamal?

SUSTER HELEN SALDANHA: Kandhamal itu isu paling besar. Beberapa suster telah bekerja di sana, setelah terjadi kekerasan. Kami adakan lokakarya kedua kami tentang cara-cara untuk membantu korban kerusuhan tahun 2009. Ide pembentukan forum religius pengacara itu sendiri justru munculnya di sana.

Para pengacara kami membantu korban memperkarakan kasus-kasus kerusuhan. Kami masuk melalui kasus-kasus itu, dan menemukan bahwa para korban tidak mendapat keadilan karena mereka tidak memiliki panduan hukum yang tepat. Kami membantu untuk memperbaiki situasi dengan memberi mereka bantuan hukum.

Masalah-masalah apa saja yang Anda hadapi di Kandhamal?

Dalam hampir sebagian besar kasus, para saksi dan bukti tidak kuat dan oleh karena itu terdakwa sering dibebaskan. Beberapa orang memang dihukum tetapi pelaku kejahatan sebenarnya yang merekayasa kerusuhan tersebut tidak diadili atau dihukum. Kita perlu bersuara keras.

Kami memprakarsai karya ini dengan satu kelompok khusus pengacara. Banyak kelompok religius termasuk kelompok religius pria ikut di dalamnya. Proses ini berjalan untuk membawa perkara ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga para korban kerusuhan bisa mendapat keadilan.

Selain ini, apa yang dilakukan forum ini?

Forum ini adalah badan religius pengacara dari berbagai tempat di India. Pada tingkat individu, kami memperkarakan isu-isu perempuan di pengadilan sipil setempat. Pada tingkat nasional, kami dapat mengangkat isu-isu tertentu dari identitas kita. Peran kami dalam masyarakat menjadi fokus dari forum ini. Identitas kolektif ini pasti memperkuat kami sebagai pengacara.

India memiliki sekitar 100.000 suster, tetapi suaranya tak terdengar. Mengapa?

Benar. Secara umum, dalam struktur patriarkal Gereja, kami tidak punya ruang untuk mengambil keputusan. Kami berharap bisa membawa perubahan pada sejumlah jenjang dengan cara kami sendiri. Kami sendiri harus lebih banyak terlibat dalam wilayah pekerjaan yang lebih luas agar bisa lebih diakui.

Apakah menurut Anda kasus-kasus pelecehan seksual dalam Gereja akan berkurang jika perempuan lebih terlibat?

Partisipasi perempuan merupakan suatu keharusan. Perempuan mesti lebih berpikir kritis dan mengungkapkan diri mereka.

Kasus-kasus pelecehan seksual itu merupakan suatu isu kekuasaan (power). Baik di Gereja maupun masyarakat, kekuasaan terkonsentrasi di tangan laki-laki. Pelecehan seksual ini akan berlanjut karena 50% membuat keputusan untuk 50% yang tidak membuat keputusan, kecuali 50% yang tidak membuat keputusan ini ikut bernegosiasi, ikut membahas kasus ini.

Kekuasaan harus dipikul bersama bahkan dalam pembicaraan tentang pelecehan seksual dan isu-isu lain.

 

Jadi menurut Anda ada ketidakadilan dalam Gereja?

Ketidakadilan gender telah berkembang selama bertahun-tahun. Pada saat yang sama, ini juga menjadi tugas kita untuk melihatnya secara sistemik, bukan tetap saja bungkam. Kita harus mengangkatnya, membawanya ke forum, dan membahasnya. Kita perlu sadar bahwa diri kita sendiri menjadi korban, dan karena itu mencari jalan untuk menanggulanginya.

Ketidakadilan gender ada di dalam masyarakat, demikian juga di dalam Gereja. Bukan hanya laki-laki, perempuan bahkan kadang-kadang menjadi pelaku ketidakadilan gender. Sebagai struktur, harus bekerja sama dalam Gereja dan ini bisa terjadi hanya jika perempuan terlibat.

 

Apa yang Streevani lakukan untuk menyebarluaskan kesadaran akan kesetaraan gender?

Forum kami masih berada di tahap awal. Kami harus memperkuat diri dengan lebih banyak memikirkan berbagai isu. Streevani merupakan wadah kecil dan kami memerlukan lebih besar perwakilan perempuan yang telah mengalami penyadaran.

 

Karena ketidakadilan gender, masalah apa saja yang dihadapi perempuan?

Dalam struktur perempuan sendiri, kami cenderung melakukan apa yang diperintahkan ketimbang membuat keputusan sendiri tentang apa yang perlu dilakukan. Perempuan cenderung tunduk ketimbang menyuarakan pendapat mereka. Ini tidak berarti bahwa pendapat perempuan tidak dihormati melainkan karena perempuan takut mengambil risiko kalau menyuarakan pendapatnya. Patriarki itu memang menguntungkan pria, jadi terserah kepada perempuan untuk melawan patriarki atau tidak.

 

Apa peran para religius perempuan dalam menciptakan perdamaian?

Kami perlu bersatu dalam kelompok demi mereka yang bermasalah dan mengatakan bahwa kita kaum perempuan adalah korban terburuk dari kekerasan apapun. Peran perempuan dalam menciptakan perdamaian adalah menjadi katalis, berbicara tentang non-kekerasan dan melakukan pendekatan yang juga bersifat non-kekerasan. Kami juga bisa membangun kelompok-kelompok solidaritas untuk turut menciptakan perdamaian dalam masyarakat.

UCA News

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi