UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Uskup gunakan seni demi iman

Mei 13, 2011

Uskup gunakan seni demi iman

Uskup Agung Shillong Mgr Dominic Jala

Sebagai gembala dan pakar liturgi, saya yakin, saluran-saluran komunikasi modern tidak boleh diabaikan tetapi diintegrasikan ke dalam agama dan kebudayaan.

Dalam Alkitab, kita lihat bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan umat-Nya melalui berbagai cara: orang-orang yang dipilih, tanda dan mujizat, fenomena alam. Yesus menggunakan kata dan tanda dalam berinteraksi dengan manusia. Para rasul dan generasi penerus menggunakan yang sarana terbaik yang tersedia untuk evangelisasi. Mengapa yang terbaik dalam dunia komunikasi yang berubah pesat ini tidak digunakan demi Yesus?

Kami mendorong dan memberikan panduan tepat waktu untuk umat Katolik yang memproduksi film video — beberapa karya yang indah telah diluncurkan, dengan mengangkat tema-tema yang secara sosial relevan, dengan pandangan yang sangat Katolik — seperti keadilan, kehidupan keluarga, dan kecanduan obat terlarang. Kami punya perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk transmisi langsung berbagai peristiwa besar Gereja di Shillong, yang tentu saja berkat komitmen dan kerja keras para profesional di kalangan umat.

Kami telah memproduksi film berjudul Rome of St. Peter and St. Paul dan film dokumenter sejarah Keuskupan Agung Shillong – keduanya diluncurkan tahun 2009 pada peringatan 75 tahun keuskupan tersebut sebagai keuskupan induk di India bagian timur laut. Kedua film itu juga kami transmisikan ke berbagai saluran TV lokal.

Transmisi ini memungkinkan kita untuk menjangkau masyarakat dari semua afiliasi keagamaan. Saya juga mendapat umpan balik yang sangat positif dari para pemimpin gereja Protestan di kawasan tersebut.

Bagi kami, bentuk-bentuk kesenian adat itu paling penting. Pada tahun 2009 kami mulai mengontak para seniman Katolik — ahli dan amatir, melalui organisasi kepemudaan keuskupan agung. Sekitar 50 orang memberi tanggapan. Para seniman profesional ini kemudian mengadakan lokakarya untuk memberdayakan yang amatir untuk lebih memperoleh keterampilan profesional.

Kami mengadakan dua pameran karya seni bertema religius dan alkitabiah.

Dengan pengetahuan saya yang terbatas tentang ekspresi iman melalui seni, saya berefleksi bersama mereka tentang tema-tema alkitabiah yang dapat disalurkan melalui talenta yang dianugerahkan Tuhan untuk mereka. Hasilnya sangat inspiratif.

Musik juga penting. Siapa saja yang mengikuti berbagai perayaan di Gereja kami akan mengatakan bahwa mutu musik gereja memiliki corak yang baru — lebih liturgis, lebih inkulturatif.

Alat musik, lagu-lagu yang terinspirasi oleh musik tradisional Khasi menjadi lebih lumrah. Kami punya buku doa plus nyanyian memiliki, Ka Lynti Bneng (cara surgawi). Kami mengundang para penggubah musik liturgi untuk mengirimkan kontribusi mereka guna dinilai dan dimasukkan dalam volume nyanyian-nyanyian tambahan. Tanggapannya luar biasa!

Kini semakin banyak orang muda mempelajari musik dan alat musik tradisional Khasi. Bersama para musisi Katolik berbakat, kami menanamkan dalam diri orang-orang muda ini kekayaan yang luar biasa dari kebudayaan dan agama kita.

Kami juga punya sejumlah musisi sangat berbakat dengan reputasi nasional dan internasional: Shillong Chamber Choir (yang beranggotakan banyak orang muda Katolik) dan orang-orang muda seperti Felix Langstieh (yang sudah punya nama bahkan sampai di Amerika Serikat).

Penyanyi dan penulis lagu Louis Majaw dari Shillong, yang dikenal sebagai Bob Dylan India Timur Laut, adalah tokoh terkenal di berbagai genre musik. Orang seperti dia perlu ditarik untuk memberi kontribusi juga bagi Gereja dan musik Kristen.

Agar tradisi misioner kita sehat, para misionaris kita dewasa ini perlu dibimbing untuk bagaimana mempromosikan dan mengintegrasikan musik tradisional kita ke dalam repertoar musik Kristen. Kami sedang pengumpulan dan mengkodifikasi berbagai cerita rakyat, yang memerlukan iringan musik jika cerita-cerita itu ditransmisikan secara lisan.

Ini akan menjadi langkah besar untuk menciptakan interpretasi yang lebih efektif dari warisan kita dan untuk mengaitkannya dengan iman Kristen kita.

Kami berusaha untuk belajar dari berbagai kebudayaan lain. Ada begitu banyak yang harus dipelajari dari tradisi lainnya di India dan dari juga tradisi Barat, terutama lagu-lagu Gregorian. Saya perhatikan bagaimana generasi muda sedang menemukan keindahan dari musik seperti itu dan sedang mencari cara untuk menciptakan ekspresi spiritual yang setara berdasarkan kejeniusan musik kita.

Uskup Agung Dominic Jala SDB, 60, telah menjadi uskup Shillong, ibukota Khasi Hills, Meghlaya, India, selama 11 tahun. Dia berbicara ketika mengadakan kunjungan ad limina ke Roma.

SUMBER

Tribal prelate uses arts for faith (ucanews.com)

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi