UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Walhi nilai Pastor Samuel jadi inspirasi penyelamatan lingkungan

Juni 6, 2012

Walhi nilai Pastor Samuel jadi inspirasi penyelamatan lingkungan

Pastor Samuel Otto Sidin OFMCap

 

Kepala Divisi Riset dan Dokumentasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Barat, Hendrikus Adam mengatakan, karya yang dilakukan Pastor Samuel Oton Sidin OFMCap, yang baru saja mendapat penghargaan Kalpataru dari pemerintah,  menjadi inspirasi bagi upaya penyelamatan lingkungan dengan cara sederhana, namun konkret.

”Pastor Samuel melalui komunitasnya mengajak dengan perbuatan konkret, tidak dengan paksaan dan banyak kata”, ungkap Adam kepada ucanews.com kemarin.

Ia pun mengungkapkan, pemerintah tidak cukup memberi apresiasi melalui Kalpataru tanpa disertai komitmen serius untuk menyelamatkan lingkungan dan melindungi hak-hak rakyat melalui penegakan hukum terhadap berbagai bentuk penghancuran alam.

”Saya yakin, Pastor Samuel tidak pernah berpikir untuk mendapat penghargaan. Apa yang dilakukan sungguh baik dan murni untuk lingkungan dan masa depan generasi penerus”, tegas Hendrikus.

Pastor Samuel telah menerima  penghargaan Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Presiden, Selasa (56) kemarin.

Imam kelahiran Peranuk, Bengkayang, Kalimantan Barat, 12 Desember 1954 ini merupakan salah satu dari 12 penerima Kalpataru tahun ini.

Kalpataru yang diberikan dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Internasional merupakan penghargaan pada tokoh-tokoh atau kelompok yang memberi perhatian pada upaya menjaga lingkungan hidup.

Pastor Samuel berperan penting dalam upaya  reboisasi lahan kritis, melestarikan binatang asli dan berbagai jenis tumbuhan.

Ia juga melakukan penyuluhan di sebuah kawasan konservasi, bernama “Rumah Pelangi” dengan luas 106 hektar yang terletak di Desa Sungai Raya, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

“Saya mulai melakukan karya ini sejak tahu 1997 atas inisiatif pribadi. Saya bermaksud mendorong masyarakat untuk mencintai lingkungan dengan contoh-contoh konkret. Karena itu, saya berusaha bekerja dengan tangan sendiri”, katanya kepada ucanews.com.

Imam yang selama tiga periode dipilih menjadi pimpinan Kapusin Provinsi Kalimantan  ini juga berusaha menjaga sumber-sumber air, yang kemudian bisa dinikmati oleh semua masyarakat.

“Yang ikut bekerja bersama saya, bukan hanya umat Katolik, tetapi juga dari Protestan dan Islam”, ujarnya.

Ia menuturkan, kepedulian pada lingkungan pertama-tama berangkat dari alasan kemanusiaan.

“Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal manusia. Karena itu, siapa pun dia, entah percaya pada Tuhan atau tidak, memiliki tanggung jawab untuk memelihara alam”, tegasnya.

Selain itu, imam dari suku Dayak ini mengungkapkan, sebagai orang Kristen, ia juga menyadari mandat Allah pada awal penciptaan untuk bertanggung jawab dalam memanfaatkan, mengolah dan melestarikan alam

“Dan, sebagai fransiskan, saya menghidupi spiritualitas St. Fransiskus dari Assisi yang sangat menyatu dengan alam”.

Ia pun melihat, kepedulian pada lingkungan juga merupakan desakan situasi saat ini, dimana terjadi pemanasan global akibat berbagai ulah manusia.

“Kalimantan, tempat saya bekerja juga menghadapi krisis akibat pembabatan hutan ilegal, pertambangan dan ekspansi perusahan perkebunan”, jelasnya.

Ryan Dagur, Jakarta

 

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi