UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gereja di Manado siaga pasca serangan militan di Filipina

Mei 31, 2017

Gereja di Manado siaga pasca serangan militan di Filipina

Pasukan berlindung di balik kendaraan lapis baja ketika menyerang persembunyian kelompok militan dekat balaikota di Marawi, Mindanao, pada 28 Mei. Anggota kelompok militan Maute, pendukung ISIS, dikhawatirkan akan melarikan diri ke Sulawesi Utara. (Ted Aljibe/AFP)

Orang-orang Kristen di Sulawesi Utara khawatir dengan kemungkinan militan Islam melarikan diri ke wilayah mereka, setelah tentara Filipina melancarkan serangan di kota Marawi di Mindanao.

Pastor Steven Lalu, Ketua Komsos Keuskupan Manado, Sulawesi Utara, mengatakan bahwa umat Katolik setempat sangat prihatin setelah terjadi kekerasan yang dilakukan kelompok militan di Filipina mulai minggu lalu.

“Jaraknya yang dekat dengan Filipina telah menimbulkan kecemasan,” kata Pastor Steven pada 30 Mei.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan darurat militer di Mindanao setelah orang-orang bersenjata yang mengklaim memiliki hubungan dengan ISIS menyerbu Kota Marawi pada tanggal 23 Mei.

Pasukan keamanan negara terus memerangi para jihadis, yang dikenal sebagai kelompok Maute. Dikabar puluhan ribu orang mengungsi akibat konflik tersebut.

Imam itu mengatakan bahwa keuskupan tersebut telah meminta kepada penduduk setempat untuk waspada terhadap militan yang menyusup ke wilayah mereka.

“Kami meminta masyarakat untuk mencari orang yang tidak dikenal masuk ke masyarakat,” katanya.

“Gereja selalu berkoordinasi dengan pasukan keamanan,” tambah Romo Steven.

Boy Pangemanan, anggota dewan Paroki St. Fransiskus Xaverius di Pineleng, Manado mengatakan bahwa mereka ekstra waspada.

“Jangan biarkan kelompok ini datang dan menyakiti kita,” katanya.

Pangemanan mengatakan bahwa mereka harus bekerja sama dengan kelompok agama lainnya untuk menjaga keamanan.

“Teroris adalah musuh semua orang dari semua latar belakang agama,” katanya.

“Kami selalu bekerja sama dengan petugas keamanan untuk memeriksa orang-orang yang baru dan mencurigakan,” kata Pendeta Emmy Situmorang Milos dari Gereja Injili Kristen di Minahasa.

Keamanan diperketat

Pemerintah Indonesia mengatakan telah memperketat keamanan di perbatasan untuk mengatasi kemungkinan anggota kelompok militan melarikan diri ke Sulawesi.

Pada tanggal 28 Mei, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah telah mengerahkan personil militer dan polisi untuk mengamankan perbatasan, terutama di sekitar perairan Pulau Sulu di Filipina selatan.

Dia juga mengatakan pemerintah Indonesia dan Filipina berkomitmen untuk menjaga daerah perbatasan dengan patroli maritim.

Menurut laporan Manado Post pada 30 Mei bahwa Kapolda Sulut, Bambang Waskito memobilisasi ratusan personil untuk menjaga daerah perbatasan.

“Warga tidak perlu khawatir, polisi dan militer akan terus meningkatkan patroli,” kata Waskito.

“Kami terus memantau kemajuan kelompok radikal ini. Kami berharap semua orang akan berpartisipasi dalam usaha kami dan melaporkan sesuatu yang mencurigakan,” tambahnya.

Angkatan laut Indonesia juga mengerahkan kapal perang untuk berpatroli di dekat Filipina.

Suselo, komandan militer di Manado, mengatakan bahwa mereka akan memeriksa setiap kapal yang berlayar di daerah perbatasan.

 

Baca juga: Indonesian Christians on alert amid Philippine violence

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi