UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Vatikan buka suara tentang uskup China yang dibawa paksa

Juni 29, 2017

Vatikan buka suara tentang uskup China yang dibawa paksa

Uskup Peter Shao Zhumin dari Wenzhou terakhir terlihat oleh umat Katolik setempat di bandara Wenzhou pada 14 Juni. Menurut umat setempat dia sedang dikawal oleh petugas.

Vatikan telah buka suara tentang penangkapan paksa seorang uskup bawah tanah yang ditahan secara diam-diam di suatu tempat di China oleh pemerintah komunis.

Menanggapi pertanyaan dari wartawan, Greg Burke, juru bicara Vatikan, mengeluarkan sebuah pernyataan pada 26 Juni tentang Uskup Peter Shao Zhumin dari Wenzhou yang dibawa oleh pejabat pemerintah China dari keuskupannya di provinsi Zhejiang timur pada 18 Mei.

“Tahta Suci sedang mengamati dengan serius situasi Uskup Peter Shao Zhumin dari Wenzhou, yang secara paksa dibawa dari keuskupannya beberapa waktu yang lalu,” kata pernyataan tersebut.

Pernyataan tersebut mengatakan bahwa pemerintah tidak memberikan alasan untuk hilangnya sang uskup dan bahwa Tahta Suci “sangat sedih” dengan apa yang telah terjadi dan untuk “peristiwa yang serupa itu sayangnya tidak memfasilitasi usaha untuk saling memahami.”

Takhta Suci mengungkapkan harapan bahwa sang uskup akan kembali ke keuskupannya sesegera mungkin.

Pernyataan tersebut muncul saat babak baru perundingan China-Vatikan mengenai penunjukan uskup diperkirakan akan diadakan di Roma minggu ini.

Seminggu sebelum pernyataan Vatikan, Michael Clauss, duta besar Jerman untuk China, mengajukan banding pada 20 Juni kepada pemerintah China untuk membebaskan Uskup Shao.

Komisi Keadilan dan Perdamaian Katolik di Hong Kong juga menuntut pembebasan segera Uskup Shao dan juga uskup dan imam China lainnya. Komisi tersebut mengadakan demonstrasi di depan Kantor Penghubung pemerintah pusat pada Hari Internasional untuk Mendukung Korban Penyiksaan pada tanggal 26 Juni.

Ini adalah keempat kalinya Uskup Shao ditahan sejak Vatikan mengangkatnya sebagai Uskup Wenzhou September lalu, setelah kematian pendahulunya, Uskup Vincent Zhu Weifang.

Ada yang melihat sang uskup

Seorang sumber gereja dari Wenzhou mengatakan kepada ucanews.com bahwa dia mendapat informasi bahwa dalam sebulan terakhir Uskup Shao dibawa ke Lanzhou di provinsi Gansu barat laut dan kemudian ke Chengdu di provinsi barat daya Sichuan. Uskup tersebut juga terlihat oleh orang-orang Katolik setempat di bandara Wenzhou dimana dia terlihat bersama pejabat pemerintah saat dia memasuki sebuah mobil yang menuju ke kota Wenzhou pada tanggal 14 Juni.

Pemerintah telah mendesak Uskup Shao untuk bergabung dengan Asosiasi Patriotik Katolik China (CPA) – agar dia diakui oleh pihak berwenang. CPA menganjurkan prinsip gereja independen, yang tidak sesuai dengan doktrin Katolik.

Jika dia bergabung dengan CPA, uskup tersebut menanggung risiko kemarahan dari 80.000 umat Katolik di komunitas bawah tanah di Keuskupan Wenzhou. Keuskupan tersebut memiliki 50.000 umat Katolik di komunitas gereja terbuka.

Media gereja di luar China melaporkan bahwa pihak berwenang memaksa Uskup Shao untuk membujuk Vatikan menunjuk seorang imam di komunitas gereja terbuka sebagai uskup koajutornya.

“Ada dua kemungkin kandidat di komunitas terbuka. Yang satu dicari oleh pemerintah dan yang lainnya disetujui oleh Vatikan,” kata sumber di Wenzhou kepada ucanews.com.

Rencana pemerintah untuk uskup koadjutor baru adalah untuk menggantikan Uskup Shao, kata sumber tersebut.

“Tidak peduli siapa, jika Vatikan menunjuk seorang pastor gereja terbuka sebagai uskup koadjutor, pemerintah akan mengimbangi atau terus memenjara Uskup Shao, seperti dalam kasus Keuskupan Baoding di provinsi Hebei utara dimana Coadjutor Bishop Francis An Shuxin dipasang untuk menggantikan Uskup di bawah tanah James Su Zhimin, “kata sumber tersebut.

Sumber itu khawatir Uskup Shao akan menghadapi nasib yang sama dengan Bishop Su dari Baoding yang sudah lama dipenjara, yang sekarang berusia 84 tahun.

Dianggap sebagai “kontrarevolusioner” oleh pemerintah komunis karena menolak bergabung dengan CPA, Uskup Su ditangkap pada tahun 1996.

Uskup tersebut lolos dari penahanan pada 1997 sebelum ditangkap kembali. Keluarganya menemukannya secara kebetulan di rumah sakit Baoding pada tahun 2003. Dia belum pernah terlihat di depan umum sejak saat itu.

Dalam sebuah artikel tentang hubungan China-Vatikan yang diterbitkan pada bulan Februari, Kardinal John Tong dari Hong Kong berbicara tentang ada “lebih dari 30” uskup bawah tanah di daratan.

Baca juga: Vatican breaks silence on missing Chinese bishop

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi