Pengaturan pemakaman untuk dua uskup yang baru saja diakui Vatikan disetujui oleh pemerintah China minggu ini.
Pemakaman Uskup Paul Xie Tingzhe dari Keuskupan Xinjiang-Urumqi daerah Xinjiang barat daya yang sedang bergolak dilakukan tergesa-gesa. Sementara di bagian lain, umat Katolik dapat memberikan penghormatan kepada Uskup emeritus Silvester Li Jiantang dari Keuskupan Agung Taiyuan di komunitas gereja terbuka di provinsi Shanxi utara selama seminggu.
Uskup Li, yang diakui oleh pemerintah, meninggal pada usia 92 pada 13 Agustus. Keesokan harinya, Uskup Xie dari keuskupan Apostolik Xinjiang-Urumqi, yang diakui oleh pemerintah hanya sebagai seorang imam, meninggal dunia di Usia 86 tahun.
Otoritas Xinjiang memerintahkan pemakaman Uskup Xie diadakan dalam dua hari dan mengharuskan bahwa abunya setelah kremasi untuk dikuburkan dalam waktu 30 menit di Pemakaman Qidongshan, demikian kesaksian Joseph seorang umat gereja bawah tanah yang hanya memberitahukan nama baptisnya.
“Ada pejabat pemerintah di acara pemakaman untuk mengendalikan semuanya,” kata Joseph kepada ucanews.com. “Pengaturannya jelas adalah untuk mengkremasi jenazah sang uskup segera mungkin untuk menghindari umat Katolik di luar Keuskupan Xinjiang datang untuk memberikan penghormatan,” katanya.
Pemakaman 16 Agustus di Katedral Hati Tak Bernoda di ibukota Wilayah Urumqi diperintahkan untuk dipimpin oleh hanya satu imam, yaitu Pastor Wang Hong. Kemudian, seorang pastor bernama Pastor Li Zhen memimpin upacara penguburan. Dua imam lainnya tidak diizinkan untuk melakukan konselebrasi Misa dan 22 imam diosesan lainnya dilarang meninggalkan paroki masing-masing.
“Pembatasan semacam itu jarang terjadi bahkan di kalangan komunitas bawah tanah lainnya dalam beberapa tahun terakhir ketika semua imam diosesan dapat berkumpul kembali dalam misa pemakaman para uskup mereka,” kata Joseph.
Uskup Xie: Prelatus China yang diam-diam bertemu dengan paus
Meskipun pemerintah tidak mengakui status uskupnya, Uskup Xie menikmati kebebasan bergerak yang relatif baik di negeri China sebelum kesehatannya memburuk.
Dia juga berhasil melakukan perjalanan diam-diam ke Vatikan pada tahun 1994 di mana dia menjadi salah satu dari beberapa uskup China yang mendapat kesempatan beraudiensi dengan St. Paus Yohanes Paulus II, yang menunjuk dia sebagai Prefek Apostolik Prefektur Apostolik Xinjiang-Urumqi pada tahun 1991.
Uskup Xie lahir pada tanggal 1 Maret 1931 di Lanzhou, provinsi Gansu yang bertetangga dengan daerah otonomi Xinjiang Uyghur. Dia masuk seminari pada akhir 1940an namun sekolahnya terganggu pada tahun 1951 karena kekacauan politik yang dilakukan oleh Partai Komunis China yang baru berkuasa.
Dia dan para seminaris lainnya diberi label sebagai “sayap kanan” dan “antek imperialisme” oleh komunis. Karena imannya, dia dimasukan ke penjara pada tahun 1958 dan akhirnya dibebaskan pada tahun 1979. Baru pada tahun 1980 dia menerima pentahbisan imamatnya.
Uskup Xie dikenal karena memiliki semangat evangelisasi yang hebat dan dia menjadi blogger aktif sejak tahun 2005. Dia juga dikenal karena menyanyikan lagu-lagu pujian Latin untuk umat Katolik melalui chatroom internet.
Uskup Li: pilar gereja Shanxi
Di provinsi Shanxi tengah, Uskup Paul Meng Ningyou dari Keuskupan Agung Taiyuan merayakan Misa requiem untuk pendahulunya Uskup Li pada 17 Agustus di Katedral Hati Tak Bernoda Taiyuan. Uskup Peter Wu Junwei dari Keuskupan Xinjiang (Yuncheng) dari provinsi yang sama mengadakan misa konselebrasi yang dihadiri oleh 5.000 orang awam. Setelah misa itu, jenazah Uskup Li dipindahkan ke kampung halamannya di Dongergou.
Para pekerja Gereja berharap akan lebih banyak orang awam yang menghadiri pemakaman Uskup Li yang dijadwalkan pada 19 Agustus.
Uskup Li lahir pada tahun 1925. Dia masuk seminari menengah pada usia 14 dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1956. Kaum komunis menyebabkan dia melalui kerja paksa di sebuah pabrik tekstil antara tahun 1966 dan 1980 sebelum dia dibebaskan untuk bertugas di paroki Dongergou.
Dia ditugaskan di paroki katedral pada tahun 1991 dan rektor Seminari Shanxi di tahun 2000. Dia ditahbiskan sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Taiyuan pada tahun 1994 dan pensiun pada tahun 2013.
Michael Chang Chuan-sheng, seorang peneliti Taiwan di Gereja Katolik China, mengatakan kepada ucanews.com bahwa Uskup Li ditahbiskan sebagai pastor sebelum dia lulus dari seminari.
Mengingat situasi politik selama tahun 1950an, rektor memilih untuk menahbiskan Li karena dia yang tertua di kelasnya, kata Chang.
Beberapa bulan setelah dia ditahbiskan pada bulan Maret 1956, seminari itu dibubarkan. “Dia satu-satunya imam diangkatannya dan menjadi pilar yang menghidupkan kembali gereja setelah Revolusi Kebudayaan (1966-76),” kata Chang.
ucanews.com