UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Uskup Tamil Membangun Kembali Kehidupan Korban Perang

Nopember 21, 2017

Uskup Tamil Membangun Kembali Kehidupan Korban Perang

Uskup Joseph Ponniah berbicara saat pertemuan lintas iman pada 23 Juni di pusat kateketik di Batticaloa.

Delapan tahun setelah berakhirnya perang sipil Sri Lanka, Keuskupan Batticaloa sedang berupaya membangun kembali kehidupan keluarga yang dikepalai oleh perempuan.

Ribuan wanita yang suaminya terbunuh dalam konflik yang berlangsung selama 26 tahun hidup dalam kemiskinan dan mengalami stigma sosial.

Batticaloa, yang terletak di pantai timur negara itu, memiliki populasi 525.142 yang terdiri dari mayoritas warga Tamil Hindu serta minoritas Muslim dan orang Sinhala.

Uskup Joseph Ponniah, seorang Tamil, khawatir dengan kehidupan 32.000 janda korban perang, yang sebagian besar harus mengandalkan pendapatan dari pekerjaan serabutan.

“Kami membantu mereka melalui program beasiswa untuk pendidikan anak-anak mereka dan melakukan pelatihan kejuruan khusus untuk meningkatkan taraf hidup mereka,” kata uskup tersebut.

Benih dan bantuan lainnya diberikan kepada sekitar 2.000 petani untuk mengembangkan metode pertanian organik.

Keuskupan tersebut memiliki 46.459 umat Katolik, sekitar 3,67 persen dari populasi.

Menurut kementrian Perkembangan Anak dan Urusan Perempuan, ada 89.000 janda yang terkena dampak perang saudara Sri Lanka di utara dan timur.

Pastor Geron De Lima adalah direktur organisasi kesejahteraan Caritas Katolik setempat yang menyediakan layanan lintas agama dan etnis. Ini termasuk pelatihan menenun dan produksi kerajinan tangan Palmyrah.

Antara 15 sampai 20 wanita diberikan sertifikat setelah enam bulan pelatihan oleh Dewan Pengembangan Palmyrah Sri Lanka yang kemudian membeli apa yang mereka hasilkan.

Caritas membayar gaji untuk instruktur, kata Pastor Lima kepada ucanews.com.

Pastor De Lima menambahkan bahwa perempuan diberdayakan, melalui pemberian keterampilan akuntansi dan pemasaran, untuk membentuk usaha kecil. Kebanyakan penerima manfaat tidak beragama Katolik, seperti orang Hindu dan Muslim.

Keuskupan juga menyelenggarakan program antar agama yang bertujuan mengkonsolidasikan perdamaian.

“Jika ada kesalahpahaman, kita menciptakan lingkungan untuk berkumpul dan menyelesaikan masalah mereka melalui diskusi,” kata Pastor De Lima.

Dia mencontohkan upaya untuk mengajarkan bahasa Tamil dan Sinhala di dalam komunitas masing-masing.

“Jika tidak ada hambatan bahasa maka semua orang bisa saling mengerti,” kata Pastor De Lima.

“Sinhala tinggal di rumah masyarakat Tamil untuk belajar dan memahami tradisi dan budayanya.”

Uskup Ponniah mengatakan bahwa gereja tersebut telah memilih 100 siswa, dari keluarga Katolik yang kehilangan ayah mereka, yang diberi 2.500 sampai 10.000 rupee (US $ 16 sampai US $ 65) setiap bulannya.

25 siswa lainnya dari keluarga non-Katolik juga mendapat beasiswa, kata uskup tersebut, yang merupakan presiden Komisi untuk Keadilan, Perdamaian dan Pembangunan Manusia di keuskupan.

“Kami melakukan pertukaran program antara orang Tamil dan Muslim dan termasuk konseling, meditasi dan kegiatan budaya,” tambahnya.

Batticaloa pada tahun 2012 dibentuk untuk menjadi keuskupan ke-13 Sri Lanka. Sebelumnya, Batticaloa bagian dari Keuskupan Trincomalee-Batticaloa.

Uskup Ponniah lahir pada tahun 1952 dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1980.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi